"Perawan tua' itulah hinaan yang selalu Alya terima dari tetangga bahkan dari keluarganya dikarenakan usianya yang sudah 32 tahun dan Alya masih belum menikah. Merasa lelah dengan semua hinaan yang diterima, Alya memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan pergi ke Makkah, Alya berdoa agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Ketika Alya tengah berada di Masjidil Haram, Ibu-ibu datang menghampirinya dan mengatakan ingin memperkenalkan anaknya pada Alya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Apa Alya akan menerima tawaran Ibu-ibu tersebut?
Siapakah pria yang akan dikenalkan pada Alya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaretaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Salah Tingkah
Karena terlalu lelah, Alya pun akhirnya terlelap hingga sore hari dan Alya masih belum bangun bahkan Alya tetap tidak bangun ketika Rayhan pulang.
Rayhan yang melihat Alya terlelap pun tersenyum lalu ia menghampiri sang istri dan betapa terkejutnya Rayhan ketika melihat wajah sembab Alya.
'Kok wajahnya sembab? apa Alya nangis karena aku? Ya Allah, apa sudah aku lakukan, karena ingin menegakkan peraturan, aku sampai menghukum istriku sendiri, Ya Allah maafkan aku, istri yang aku tunggu selama 34 tahun ini justru aku sakiti,' batin Rayhan.
Ketika Rayhan tengah duduk di sofa dan merenungkan apa yang sudah ia lakukan terhadap Alya, tiba-tiba Alya bangun.
"Sayang," panggil Rayhan dan menghampiri Alya.
"Mas, ada apa?" tanya Alya karena terkejut melihat wajah panik Rayhan belum lagi, Rayhan yang tiba-tiba memeluknya.
"Maafin Mas, Mas udah salah karena sudah menghukum kamu, harusnya Mas gak melibatkan kamu padahal kamu gak tau," ucap Rayhan.
"Mas, aku gapapa. Aku juga gak mempermasalahkan kok," ucap Alya.
"Aku tau, kamu gapapa. Tapi aku yang kenapa-napa," ucap Rayhan.
"Mas Rayhan kenapa kok aneh?" tanya Alya, pasalnya tadi Rayhan biasa-biasa saja ketika Alya mengatakan jika ia baik-baik saja, tapi sekarang Rayhan justru berubah.
"Kamu habis nangis?" tanya Rayhan.
"Gak," jawab Alya cepat.
"Kamu bohong, lihat mata kamu sembab loh," ucap Rayhan dan mengambil kaca lalu ia berikan pada Alya.
Alya pun melihat dirinya di cermin dan betapa terkejutnya ia ketika melihat mata sembabnya, "Ini bukan karena Mas Rayhan," ucap Alya.
"Lalu karena apa kalau bukan karenaku?" tanya Rayhan.
"I-itu, aku cuma kangen aja sama Ibu sama Izma, aku tadi nelpon mereka soalnya. Ini kan pertama kali aku benar-benar jauh dari mereka, biasanya kalau aku pergi. aku tau kapan aku balik ke rumah, tapi kalau sekarang kan beda, aku bakal tinggal disini sama kamu, aku tiba-tiba aja pengen dengar suara mereka dan akhirnya nangis," ucap Alya dan tentu saja ia berbohong, Alya tidak mungkin mengatakan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
"Minggu depan ke Bandung gimana?" tanya Rayhan.
"Gak usah Mas, kan kita baru juga kesini masa udah ke Bandung aja," ucap Alya.
"Kalau ada apa-apa, kamu bilang Mas ya. Mas kaget banget lihat mata sembab kamu, Mas panik loh lihatnya tadi," ucap Rayhan.
"Iya, maaf ya karena sudah bikin Mas panik," ucap Alya.
"Tapi, apa yang Mas katakan itu benar, Mas minta maaf karena sudah menghukum kamu, lain kali Mas akan melupakan peraturan yang ada. Harusnya Mas gak hukum kamu, maafin Mas ya, kamu boleh hukum Mas apapun, tapi maafin Mas," ucap Rayhan.
"Aku udah maafin Mas Rayhan, aku gak mau hukum Mas. Lagipula Mas kan cuma menjalankan tugas Mas, Mas gak salah, Mas sedang menegakkan keadilan buat siapapun yang melakukan kesalahan," ucap Alya.
"Harusnya kamu marah sama Mas tau," ucap Rayhan.
"Tapi, aku gak mau marah," ucap Alya.
"Masyaallah, Mas beruntung bisa mendapatkan istri yang sebaik dan secantik kamu," ucap Rayhan.
"Bukan Mas yang beruntung, tapi aku yang beruntung karena mendapatkan suami yang baik, insyaallah saleh dan bisa bimbing aku," ucap Alya.
"Alhamdulillah, kita sama-sama beruntung," jawab Rayhan.
"Apalagi suamiku seorang Gus ganteng lagi," bisik Alya.
"Sayang," tegur Rayhan karena saat ini ia sudah salah tingkah mendengar godaan sang istri.
"Ternyata Mas Rayhan gampang banget salah tingkah ya hahaha," ucap Alya yang semakin gencar menggoda Rayhan.
"Kamu mandi dulu, Mas tunggu di meja makan," ucap Rayhan yang menghindar dari Alya agar tidak digoda lagi.
Setelah kepergian Rayhan, Alya pun membersihkan tubuhnya lalu setelah berganti pakaian, ia menatap wajahnya pada cermin.
"Kok bisa sembab kayak gini ya, perasaan tadi aku gak nangis kejer deh, apa karena aku ketiduran pas nangis jadi sembab kayak gini," gumam Alya.
Alya pun memutuskan keluar dari kamar dan menuju meja makan, ternyata disana sudah ada Umi Fatimah dan Abi Zaky, Alya melihat Umi Fatimah yang marah pada Rayhan dan entahlah Alya tidak tau apa yang membuat Umi Fatimah marah.
Dengan ragu, Alya melangkahkan kakinya menuju meja makan, baru saja Alya sampai di dekat Rayhan, Umi Fatimah sudah melihatnya terlebih dahulu lalu tanpa diduga, Umi Fatimah berlari dan memeluk Alya dan hampir saja membuat Alya terjatuh, namun untung saja Alya berhasil menahan keseimbangannya hingga ia dan Umi Fatimah tidak jatuh ke dinginnya lantai.
"Umi," tegur Abi Zaky.
"Maaf ya sayang, Umi terlalu khawatir sama kamu," ucap Umi Fatimah.
"Iya, Umi. Memangnya ada apa, Umi?" tanya Alya.
"Kamu pasti sedih banget ya dihukum suami kamu, Umi juga gak habis pikir dengan suami kamu, bagaiamna bisa dia hukum kamu," ucap Umi Fatimah dan memeluk Alya.
Lalu Umi Fatimah membawa Alya ke meja makan dan duduk disampingnya, sedangkan Rayhan yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum melihat betapa sayangnya Umi Fatimah pada Alya.
"Alya gapapa Umi, lagipula Mas Rayhan cuma menjalankannya peraturan aja kok, Alya juga sih yang salah karena gak lihat tulisan diluar gerbang padahal di depan udah jelas banget tulisannya," ucap Alya.
"Tetap aja sayang, suami kamu gak seharusnya hukum kamu, kalaupun dia mau hukum kamu, hukumannya bisa lebih ringan lah, entah itu menyalin surah dalam Al-Qur'an atau apa gitu bukannya bersihin kamar mandi," ucap Umi Fatimah.
"Alya beneran gapapa Umi, Alya gak mempermasalahkannya kok," ucap Alya.
"Lihat Rayhan, istri kamu baik banget. Kalau Abi sampai hukum Umi, Umi pasti marah, tapi istri kamu justru gak marah loh," ucap Umi Fatimah.
"Iya, Umi. Lain kali, Rayhan gak akan menghukum istri Rayhan," ucap Rayhan.
"Udah dihukum baru bilang gitu," ucap Umi Fatimah.
"Salah lagi," gumam Rayhan.
"Teruma saja omelan dari Umi kamu, kali ini Abi juga setuju sama Umi kamu. Abi tau niat kamu baik, tapi kamu juga harus dengar alasannya dan lihat siapa yang melanggar, bukannya Abi pilih kasih, tapi ini istri kamu dan kamu baru nikah loh," ucap Abi Zaky yang tidak habis pikir dengan Rayhan yang menghukum Alya dihari kedua Alya datang ke pondok pesantren Al-Faruq.
"Kamu habis nangis? suami kamu nyakitin kamu?" tanya Umi Fatimah.
"Bukan Umi, Mas Rayhan tidak melakukan apa-apa kok, Alya cuma kangen Ibu sama Izma," ucap Alya.
"Sabar ya sayang, Umi dulu juga gitu. Bahkan Umi kepikiran keluarga sampai tiga bulan loh," ucap Umi Fatimah.
.
.
.
Bersambung....
semangat Alya
Rayhan demi persturan tega bngt istrinya d hukum
Lanjut Ka
lajut ka