Nayla dan Dante berjanji untuk selalu bersama, namun janji itu pudar ketika Nayla mendapatkan pekerjaan impiannya. Sikap Nayla berubah dingin dan akhirnya Dante menemukan Nayla berpegangan tangan dengan pria lain. Hatinya hancur, tetapi sebuah kecelakaan kecil membawanya bertemu dengan Gema, kecerdasan buatan yang menjanjikan Dante kekayaan dan kekuasaan. Dengan bantuan Gema, Dante, yang sebelumnya sering ditolak kerja, kini memiliki kemampuan luar biasa. Ia lalu melamar ke perusahaan tempat Nayla bekerja untuk membuktikan dirinya. Dante melangkah penuh percaya diri, siap menghadapi wawancara dengan segala informasi yang diberikan Gema.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khusus Game, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari pertama ditempat kerja
Keesokan harinya, pagi datang dengan lebih cerah. Dante bangun dengan perasaan yang benar-benar berbeda. Tidak ada lagi beban berat yang selama ini ia rasakan. Ia meregangkan ototnya, lalu bergegas bersiap. Hari ini adalah hari pertamanya bekerja, hari di mana ia akan memulai babak baru hidupnya.
Sesaat setelah sarapan, suara langkah kaki terdengar di koridor. Dante membuka pintu dan menemukan Sinta sudah berdiri di sana, mengenakan seragam kantornya. Sinta tersenyum ramah.
"Selamat pagi, Sinta," sapa Dante penuh semangat. "Saya sudah siap untuk hari pertama."
"Bagus," kata Sinta, mengarahkan Dante menuju lift. "Mari, saya akan mengantar Anda ke departemen IT. Manajer tim Anda sudah menunggu."
Dante mengangguk. Ia tahu peran Sinta hanya sebatas manajer HRD yang bertanggung jawab atas proses rekrutmen. Begitu mereka tiba di lantai tempat departemen IT berada, Dante disambut oleh suasana yang sibuk dan modern. Orang-orang sibuk dengan layar komputer, berdiskusi, atau berjalan cepat dari satu ruang ke ruang lain.
"Ini dia, departemen IT," kata Sinta sambil menggerakkan tangannya, mempersilakan Dante untuk masuk lebih dalam. "Departemen ini adalah jantung teknologi perusahaan kita. Kita akan memastikan semua sistem berjalan dengan lancar."
Sinta kemudian berjalan menuju meja resepsionis, di mana ia berbicara dengan seorang wanita yang mengenakan blazer rapi. Wanita itu, yang ternyata adalah manajer tim IT bernama Diana, menyambut Dante dengan senyum hangat. Setelah sesi perkenalan singkat, Sinta pamit dan Dante dibawa ke meja kerjanya. Meja kerja Dante sudah dilengkapi dengan peralatan lengkap, termasuk dua monitor besar yang siap digunakan.
Sambil berjalan di antara kubikel, Dante melihat karyawan lain yang menyambutnya dengan ramah. Diana memperkenalkan Dante kepada beberapa anggota tim senior yang akan membimbingnya selama beberapa hari ke depan. Setelahnya, ia diberikan orientasi singkat tentang proyek-proyek yang sedang berjalan dan prosedur kerja di perusahaan. Suasana di sana sangat profesional namun juga terasa kolaboratif.
Diana kemudian menyerahkan Dante sebuah dokumen penting. "Ini adalah rencana orientasi Anda. Kami akan memastikan Anda mendapatkan semua informasi dan dukungan yang Anda perlukan. Jika ada pertanyaan, jangan ragu untuk bertanya pada saya atau rekan kerja Anda."
Dante menerima dokumen itu. Ia menyadari bahwa di perusahaan besar, setiap langkah telah diatur dengan baik. Tidak ada ruang untuk kesalahan. Ia merasa di satu sisi sangat terbantu, tapi di sisi lain, ia juga menyadari bahwa ia harus selalu waspada terhadap setiap pergerakan.
"Dante," panggil Diana. "Silakan duduk. Sekarang kita akan membahas tugas-tugas Anda."
Diana membuka folder di mejanya dan menarik beberapa lembar kertas. "Sebagai insinyur IT senior, peran Anda sangat krusial. Tugas utama Anda adalah mengawasi dan memelihara infrastruktur server perusahaan. Anda juga akan bertanggung jawab untuk memastikan keamanan data, melakukan pembaruan sistem secara rutin, dan mengatasi masalah teknis apa pun yang mungkin muncul."
Dante mengangguk, mencerna setiap kata. Tugas-tugas ini sudah sangat familiar baginya.
"Selain itu, kami memiliki beberapa proyek besar yang sedang berjalan," lanjut Diana sambil menunjukkan daftar di dokumen. "Anda akan dilibatkan dalam pengembangan sistem keamanan baru, migrasi data ke cloud, dan optimasi jaringan. Ini semua adalah proyek prioritas tinggi, jadi kami mengharapkan Anda untuk beradaptasi dengan cepat dan berpartisipasi aktif dalam tim."
Diana menatap Dante dengan serius. "Kami percaya Anda memiliki kemampuan untuk menghadapi tantangan ini. Di sini, setiap individu adalah roda penggerak penting dalam mesin besar ini. Kami punya aturan yang ketat, tapi itu semua demi kelancaran operasional. Ada jam kerja yang harus dipatuhi, laporan mingguan yang harus Anda serahkan, dan evaluasi kinerja setiap bulan."
Dante mengangguk lagi, menyadari bahwa setiap detail telah diatur. "Baik, Bu Diana. Saya mengerti. Saya akan melakukan yang terbaik."
Setelah selesai dengan orientasi tugas, Diana bangkit dari kursinya. "Baiklah Dante, sekarang saatnya kita ke ruangan pelatihan. Anda akan mendapatkan orientasi tentang keselamatan kerja dan juga pengenalan lebih mendalam tentang visi misi perusahaan."
Dante mengikuti langkah Diana. Mereka berjalan melintasi lorong yang lebih sepi, menjauhi area kerja tim IT yang ramai. Ruangan yang mereka tuju terasa lebih formal, dengan beberapa kursi berjajar rapi menghadap layar proyektor besar. Di dalam ruangan, sudah ada dua orang yang menunggu, seorang pria dan seorang wanita yang mengenakan seragam yang sama seperti Diana.
Diana memperkenalkan Dante kepada mereka. "Ini Dante, anggota tim baru kita. Dan ini adalah Pak Bima, konsultan keselamatan dan juga Bu Citra, fasilitator internal kita yang akan membantu Anda mengenal lebih dalam seluk beluk Perusahaan XY."
Saat Pak Bima dan Bu Citra memulai presentasi mereka, Dante duduk dengan tenang. Ia mendengarkan dengan seksama seolah-olah menyerap setiap kata yang diucapkan, tetapi di dalam benaknya, ia melakukan hal lain. Dante mengaktifkan Gema. [Dante, saya sedang menyerap semua informasi ini. Ini sangat berguna untuk analisis perusahaan kita.]
Gema memvisualisasikan data dan informasi yang dipresentasikan. Dante melihat peta 3D yang rumit, yang menampilkan semua departemen dan struktur organisasi Perusahaan XY. Dante kemudian mengubah visualisasi itu menjadi bentuk yang lebih menarik, seperti sebuah game strategi. [Dante, informasi mengenai keselamatan kerja telah diserap. Saya membuat panduan keselamatan pribadi yang lebih efisien dan mudah diingat. Saya juga mengintegrasikan informasi tentang jalur evakuasi dan prosedur darurat ke dalam peta mental Anda.]
Sambil sesekali mengangguk ke arah Bima dan Citra, Dante tersenyum tipis. Sementara Bima menjelaskan peraturan keselamatan yang monoton dan Citra mempresentasikan visi misi perusahaan, Gema sudah jauh lebih maju. Ia tidak hanya menyerap data, tetapi juga menganalisis, mengorganisasi, dan memanipulasinya, mengubah semua pengetahuan itu menjadi sebuah senjata yang siap digunakan oleh Dante.
Setelah beberapa jam, pelatihan akhirnya selesai. Baik Pak Bima maupun Bu Citra tersenyum puas, seolah yakin bahwa mereka telah berhasil menyampaikan semua informasi penting kepada karyawan baru itu.
"Semua informasi sudah saya berikan, Bu Diana," kata Pak Bima kepada Diana yang menunggu di luar ruangan. "Dante adalah pendengar yang baik. Saya yakin ia akan menjadi aset berharga bagi tim Anda."
Diana tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Pak Bima, Bu Citra. Saya akan memastikan Dante cepat beradaptasi."
Setelah kedua trainer itu pamit, Diana berbalik menghadap Dante. "Baiklah, Dante. Mulai hari ini, Anda akan mengamati cara kerja rekan-rekan Anda. Anda akan duduk bersama mereka dan mempelajari alur kerja, prosedur, dan sistem yang kami gunakan. Jangan khawatir, Anda akan dipandu oleh saya secara langsung selama seminggu ini."
Dante mengangguk. Ia sudah memperkirakan hal ini. Ini adalah bagian standar dari setiap orientasi karyawan baru di perusahaan besar.
"Satu minggu adalah waktu yang cukup," kata Diana sambil tersenyum, namun ada nada serius dalam suaranya. "Setelah itu, Anda akan mulai bekerja sesuai dengan deskripsi pekerjaan Anda. Dan ingat, Dante," ia melangkah lebih dekat dan menatap mata Dante. "Jika dalam seminggu Anda masih belum bisa beradaptasi, atau kinerja Anda tidak sesuai dengan ekspektasi, saya akan mengembalikan Anda ke tim HR. Atau, lebih tepatnya, Anda akan dipecat."
Wajah Dante tetap datar, namun di dalam benaknya, ia merasakan getaran antisipasi. Ancaman itu tidak membuatnya takut, melainkan justru memotivasinya.