My Doctor'S Bastard

Ting! Satu pesan masuk di ponsel Shinee, dengan cepat Shinee segera mengambil ponselnya dan melihat siapa yang mengirim pesan.

Ternyata benar dugaannya, bahwa ini adalah pesan dari sang asisten pribadi. Dua jam lagi penerbangannya menuju Amerika akan usai, namun Rama belum juga memberinya informasi tentang alamat tempat tinggal sang kekasih.

Shinee selalu gundah, khawatir dan gelisah. Sebelum melihat secara langsung keberadaan Laura, rasanya kecemasan ini tak akan pernah hilang dari hatinya.

Dibacanya pesan itu dengan sangat hati-hati, tak ingin kehilangan satupun informasi penting.

'Nona Laura tinggal di apartemen Central Park, apartemen yang berada dekat di rumah sakit Nayo Hospital. Kemungkinan besar nona Laura menjalani pengobatan di sana. Namun untuk lebih jelasnya saya akan memberi tahu Anda beberapa jam kedepan.' tulis Rama yang kepalanya juga sudah ingin pecah.

Tapi jika ingat Laura yang saat ini sakit parah, dia pun merasa iba pula. Apa yang dilakukannya sekarang bukan hanya bentuk kepatuhannya pada Shinee, tapi juga upaya untuk menemukan wanita itu dan mengobatinya.

Telah banyak uang yang Rama keluarkan dalam beberapa jam terakhir untuk pencarian Laura, namun sebanyak apapun itu Shinee pun tidak peduli.

'Berkas perceraian Anda juga sudah ditanda tangani oleh nona Vella. Saya akan segera menyusul Anda.' tambah Rama.

Shinee menghela nafas kasar, tentang perceraiannya bahkan terasa tak penting lagi sekarang. Di dalam benaknya menerawang Nayo Hospital. Jika memang Laura berniat menjalani pengobatan di sana secara diam-diam, kemungkinan besar kini sang kekasih telah mendapatkan penanganan medis.

Laura pasti merasa kesepian dan ketakutan, juga rasa sakit yang dipendamnya sendiri.

Membayangkan hal itu dada Shinee sesak sekali, air mata yang dia tahan kini akhirnya jatuh tanpa suara. Menghela nafas kasar lagi merasakan tenggorokan yang tercekat.

'Maafkan aku Laura, maafkan aku. Tunggu sebentar lagi,' batinnya, sungguh Shinee sangat ingin mendampingi Laura. Dalam keadaan apapun dia akan selalu ada.

'Seluruh keluarga Carter belum ada yang mengetahui tentang penyakit Nona Laura. Justru yang mereka tahu nona Celine lah yang sakit.' lapor Rama lagi, begitu banyak hal yang harus dia laporkan pula pada sang tuan.

Dan membaca pesan itu Shinee sudah bisa menduganya. Sebab Laura tahu, kabar ini pasti akan membuat kedua orang tuanya merasa terluka. Sementara Laura tak akan pernah membiarkan kedua orang tuanya menderita, meskipun penderitaan itu adalah bentuk dari kasih sayang.

Dan ternyata Celine dijadikan sebagai alasan untuknya bisa pergi.

Shinee melihat jam di ponselnya, merasa waktu berjalan begitu lambat.

Ketika akhirnya pesawat mendarat, Shinee kembali mendapatkan pesan dari Rama. Yang menyatakan bahwa Laura memang benar-benar menjalani pengobatan di Nayo Hospital, data dirinya telah masuk sebagai salah satu pasien kanker yang di tangani oleh dokter Richard.

Deg! Jantung Shinee makin bergemuruh hebat. Keluar dari area bandara Shinee langsung berlari mencari taksi, masih membawa satu kopernya dia menuju Nayo Hospital.

"Pilih jalan paling cepat menuju Nayo Hospital, aku harus segera tiba di sana," pinta Shinee pada sang supir. Kecemasan di raut wajahnya benar-benar tak mampu ditutupi.

"Baik Tuan." Mobil itu melaju dengan cepat menuju Nayo Hospital. Tak peduli meskipun jalanan pagi ini begitu ramai. Tiba di sana Shinee kembali berlari menuju kanker Center. Tempat dimana khusus pasien kanker mendapatkan perawatan.

Namun kemudian langkahnya terhenti ketika dia melihat Laura di ujung sana.

Deg! Shinee pikir Laura telah menggunakan seragam pasien dan mendapatkan serangkaian pengobatan. Shinee pikir Laura sudah tak berdaya.

Namun di ujung sana Laura justru masih tertawa bersama Celine, menggunakan pakaian seperti biasa dan masing-masing dari keduanya memegang ice cream. Seolah tak ada penyakit ganas yang sedang menggerogoti tubuhnya.

Dengan langkah yang jadi pelan, Shinee mendekati keduanya. "Laura," panggil Shinee.