NovelToon NovelToon
Pewaris Dewa Perang

Pewaris Dewa Perang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Junot Slengean Scd

Langit di atas Lembah Seribu Pedang selalu berkabut, seolah-olah para roh pedang zaman kuno sengaja menutupinya dari mata dunia luar. Di balik kabut itu, terdapat sebuah lembah yang luas, terjal, dan dipenuhi bangunan megah terbuat dari batu hitam. Di puncak-puncak tebingnya, ratusan pedang kuno tertancap, bersinar samar seperti bintang yang tertidur. Konon, setiap pedang telah menyaksikan darah dan kemenangan yang tak terhitung jumlahnya sepanjang ribuan tahun sejarah klan ini.

Di tempat inilah, klan terbesar dalam benua Timur, Klan Lembah Seribu Pedang, berdiri tegak sebagai simbol kekuatan, kejayaan, dan ketakutan.

Klan ini memiliki struktur kekuasaan yang ketat:

Murid luar, ribuan pemula yang menghabiskan waktunya untuk latihan dasar.

Murid dalam, mereka yang telah membuktikan bakat serta disiplin.

Murid senior, para ahli pedang yang menjadi pilar kekuatan klan.

Murid elit, generasi terpilih yang berhak memegang pedang roh dan mempelajari teknik pamungkas.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Junot Slengean Scd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB.28 Wujud Asli Pedang Kegelapan

Langit di atas Lembah Suci Seribu Pedang dipenuhi cahaya ungu kehitaman.

Semburat aura purba menjalar dari dasar lembah, seperti bisikan zaman yang telah terkubur ribuan tahun,

Setelah semua peristiwa terungkap jelas, xio lun menerka siapa dalang di balik semua ini, ayahnya yang tewas dan ibunya yang hilang, serta xin shin yang tertarik oleh energi dahsiat, apakah mereka di bawa oleh orang yang sama fikiran xio lun masih menerka nerka

Di tengah gejolak hatinya ,tiba tiba mutiara teratai ilahi di genggaman Xio Lun berdenyut pelan—mengeluarkan cahaya putih kebiruan yang berputar perlahan seperti napas makhluk hidup.

Di saat yang sama, pedang kecil peninggalan ayahnya bergetar halus, mengeluarkan suara lirih bagai seruan rindu.

“Mereka bereaksi…,” gumam Xio Lun lirih.

“Seolah… menunjukkan jalan.”

Cahaya dari mutiara membentuk jalur tipis di udara, mengarah ke pusat formasi segel lama tempat dahulu Patriak Xio Tian dikurung selama bertahun-tahun oleh Yumeng.

Udara di sana begitu padat, bergetar oleh sisa energi segel ilahi tingkat dewa.

Tanah retak di setiap langkah Xio Lun, tapi ia terus maju.

Mutiara di tangannya berdenyut makin kuat.

Pedang kecil itu melayang sendiri, memancarkan aura gelap lembut, lalu menusuk tanah tepat di depan reruntuhan batu raksasa yang retak.

“Tempat ini…” Xio Lun memejamkan mata.

“Di sinilah kakek dulu dikurung.

Dan di sinilah… pusaka itu tertidur.”

Suara lirih bergema dari dalam tanah.

Suara yang dalam, berat, dan purba.

Tanah bergetar keras, udara membeku.

Bersamaan dengan itu, muncul cahaya hitam legam menyala dari celah-celah batu.

Gelombang energi spiritual menjulang, membentuk pusaran pekat.

Lalu — suatu benda panjang, gelap, dan dingin perlahan terangkat dari bawah tanah.

Pedang itu…

Hitam bagaikan malam tanpa cahaya, bilahnya halus namun memancarkan hawa kematian.

Di sepanjang bilahnya, mengalir aliran aura merah darah yang berdenyut seperti nadi manusia.

Saat Xio Lun menyentuh gagangnya, hawa ribuan jiwa yang telah direnggut oleh pedang itu menjerit dalam keheningan, menembus kesadarannya.

“Inilah… Pedang Kegelapan Sejati.”

“Senjata dewa perang yang telah tidur selama ribuan tahun.”

Xio Lun hampir terhuyung.

Pedang itu seolah hidup, berusaha menelan jiwanya.

Namun pada detik yang sama, mutiara teratai ilahi di tangannya memancarkan cahaya lembut yang menenangkan.

Suara purba bergema di dalam pikirannya — suara Dewa Perang itu sendiri.

“Tenangkan hatimu, pewaris darahku. Pedang ini hanya tunduk pada jiwa yang mengenal kehancuran dan kebangkitan. Biarkan ia mengenali darahmu.”

Xio Lun menggigit jarinya, meneteskan darah ke gagang pedang.

Darahnya terserap seketika, dan pedang itu bergetar hebat.

Langit menggelegar.

Awan hitam berkumpul.

Dari ujung pedang muncul bayangan naga hitam yang berputar di sekelilingnya, meraung panjang menembus langit lembah.

Setelah badai aura mereda, Xio Lun menyadari sesuatu berkilau di samping pedang itu.

Sebuah cincin biru tua tergeletak di antara batu-batu yang hancur, diukir simbol samudra dan bintang.

Xio Lun mengangkatnya, dan suara ringan bergema.

“Cincin Samudra…” bisiknya.

“Cincin penyimpanan tingkat dewa… milik Dewa Perang itu sendiri.”

Ketika kesadarannya masuk ke dalam cincin, matanya membelalak.

Ribuan tumbuhan langka, kristal spiritual, mineral suci, dan puluhan artefak kuno mengapung di dalam ruang biru tak terbatas itu.

Beberapa di antaranya bahkan memancarkan energi hidup sekuat gunung.

“Ini… sumber daya untuk menempaku.”

“Warisan sejati… dari leluhur yang bahkan para dewa pun gentar padanya.”

Xio Lun mengepalkan tangan, mata menyala.

Mutiara teratai di dadanya tiba-tiba memancarkan cahaya terang, dan pedang kecil peninggalan ayahnya mulai melayang ke arah Pedang Kegelapan Sejati.

Di sisi lain, Pedang Naga Abadi — pedang simbol klan Lembah Seribu Pedang — bergetar, seolah ikut terpanggil.

Ketiga pusaka itu bersinar serentak.

Langit menjadi gelap, bumi bergetar, dan dari dalam pusaran aura muncul cahaya ungu kehitaman yang menyilaukan mata.

“Apa yang terjadi…?” seru Xio Lun, menahan tekanan spiritual dahsyat.

Suara Dewa Perang kembali bergema di kepalanya:

“Ketika darah naga bertemu darah manusia,

ketika warisan lama bertemu pewaris baru,

tiga pusaka akan menyatu, dan lahirlah satu senjata yang menelan langit.”

Dalam sekejap —

ketiga pedang itu meledak menjadi ribuan fragmen cahaya, melayang di udara dan menyatu kembali menjadi satu.

Dari pusaran itu lahirlah Pedang Kegelapan Sejati, kini sempurna dengan bilah hitam keunguan, menyala dari dalam seperti bara bintang.

Ujungnya meneteskan aura merah — bukan darah, tapi esensi jiwa.

Gagangnya berukir pola naga dan bunga teratai menyatu — lambang warisan Dewa Perang dan jiwa teratai ilahi.

“Kini, pedang ini menjadi satu dengan darahmu, Xio Lun.

Jagalah ia, karena setiap kali kau menebas, dunia akan mencatat namamu dalam kutukan dan kehormatan.”

Xio Lun menggenggam pedang itu.

Aura dari tubuhnya naik gila-gilaan — melewati Ranah Jiwa sejati menembus Ranah jiwa tertinggi

Langit lembah bergetar, petir hitam menyambar di sekelilingnya.

Dari kejauhan, para tetua dan murid yang menyaksikan hanya bisa berlutut, tak sanggup menahan tekanan kekuatan ilahi yang memancar dari tubuh pewaris muda mereka.

Xio Lun mengangkat pedangnya tinggi-tinggi.

Bayangan Dewa Perang berdiri di belakangnya, samar namun nyata.

Suara lembut tapi tegas menggema di udara:

“Waktumu telah tiba, pewaris darahku.

Bangkitkan lembah ini, rebut kembali langit.

Karena badai besar dari Benua Barat sudah bergerak—dan mereka datang untukmu.”

Angin berhenti.

Langit tenang.

Pedang Kegelapan Sejati bersinar lembut di genggamannya.

Xio Lun membuka matanya.

Tatapannya bukan lagi milik anak muda biasa.

Itu tatapan dari seseorang yang telah menyatu dengan kehendak perang purba.

1
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Nanik S
di Cerita ini harusnya kata subuh tidak ada Tor
Nanik S
Peta
Nanik S
Siap Balas Dendam
Nanik S
apakah Xiao Lun akan dilenyapkan
Nanik S
Awal yang menarik
Ibad Moulay
Pengawal Timur
Ibad Moulay
Lorong Batu
Ibad Moulay
Formasi Penyegel Darah
Ibad Moulay
Penjaga Kuno
Ibad Moulay
Kuil Bayangan
Ibad Moulay
Menara Langit Ilahi
Ibad Moulay
Uraaa 🐎🐎🐎🐎
Ibad Moulay
Lanjutkan 🔥🔥🔥🔥
Ibad Moulay
Gerbang Bintang
Ibad Moulay
Pusaran
Ibad Moulay
Jalur Utara
Ibad Moulay
Penjaga
Ibad Moulay
Ledakan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!