Amanda Zwetta harus terjebak ke dalam rencana jahat sahabatnya sendiri-Luna. Amanda dituduh sudah membunuh mantan kekasihnya sendiri hingga tewas. Amanda yang saat itu merasa panik dan takut terpaksa harus melarikan diri karena bagaimana pun semua itu bukanlah kesalahannya, ia tidak ingin semua orang menganggapnya sebagai seorang pembunuh. Apalagi seseorang yang dibunuh itu adalah pria yang pernah mengisi hari-hari nya selama lima tahun. Alvaro Dewayne Wilson seorang CEO yang terkenal sangat angkuh di negaranya harus mengalami nasib yang kurang baik saat melakukan perjalanan bisnisnya karena ia harus berhadapan dengan seorang gadis yang baru ia temui yaitu Amanda. Amanda meminta Alvaro untuk membantunya bersembunyi dari orang-orang yang sudah berbuat jahat kepadanya. Akankah Alvaro membantu Amanda? Atau justru Alvaro akan membiarkan Amanda begitu saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifafkryh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MELARIKAN DIRI
Ditempat yang berbeda, sepasang manusia sedang bertengkar hebat. Siapa lagi kalau bukan Luna dan Malvin. Saat ini, di apartment Luna, mereka sedang bertengkar setelah apa yang terjadi semalam di antara mereka berdua.
"Kau yang memaksaku, Malvin!!" Bentak Luna.
"Aku tidak sadar melakukan semua itu!! Sekalipun aku melakukannya, yang ada di pikiranku saat itu hanya Amanda, bukan dirimu!" Balas Malvin tak kalah membentak.
Semalam memang terjadi sesuatu di antara Luna dan Malvin. Setelah acara pertunangan mereka kemarin, Malvin memutuskan untuk pergi terlebih dahulu tanpa menunggu kedua orang tuanya.
FLASHBACK
Kebetulan pesta pertunangan itu selesai malam hari, Malvin memutuskan untuk mengunjungi salah satu club malam yang ada di kota tersebut.
Mungkin dengan sedikit minum bisa menenangkan pikirannya. Pikir Malvin.
Melihat kepergian Malvin langsung membuat Luna geram. Tetapi sebisa mungkin ia tidak menunjukkannya karena masih ada kedua orang tua Malvin dan kedua orang tuanya.
"Luna sayang ... Kau baik-baik saja? Maafkan sikap Malvin. Nanti Tante akan coba bicara dengan anak itu." Ucap Tante Vina berusaha menenangkan Luna yang terlihat sedih karena Malvin pergi begitu saja.
Luna hanya menanggapi ucapan Tante Vina dengan senyuman. Padahal hati nya begitu kesal karena sikap Malvin.
Setelah kedua orang tua Malvin pamit untuk pulang, tak lama Luna pun pamit kepada orang tuanya untuk pulang ke apartment. Karena selama ini dia tinggal di tempat yang berbeda dengan kedua orang tuanya karena jarak apartment lebih dekat dengan restoran tempatnya bekerja.
Saat ini Malvin sedang menikmati segelas whiskey yang ia minta tadi kepada salah satu bartender.
Menegak minuman seperti itu masih hal yang baru bagi Malvin karena baru beberapa bulan ini dia mengkonsumsinya jika ia merasa stress. Cukup lama Malvin berada di tempat itu hingga ia tidak sadar sudah menghabiskan lima gelas whiskey.
Malvin benar-benar sudah muak dengan hubungannya dengan Luna. Jika bukan karena paksaan kedua orang tuanya, Malvin tidak mau dijodohkan dengan Luna. Malvin sangat ingin membatalkan perjodohan ini tetapi kedua orang tuanya tidak menyetujuinya jika bukan Luna yang berbicara. Tetapi sayang nya wanita itu tidak mau membatalkan perjodohan ini.
"Aku harus memaksa Luna untuk membatalkan perjodohan ini." Ucap Malvin setengah sadar karena pengaruh Alkohol.
Akhirnya dia memutuskan untuk pergi menemui Luna di apartment wanita itu. Malvin tidak peduli dengan keadaannya saat ini yang tengah mabuk berat. Yang ada di pikirannya saat ini hanya Luna. Dia harus berhasil memaksa Luna untuk membatalkan perjodohan ini.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh akhirnya Malvin tiba di depan pintu apartment Luna walupun dia harus beberapa kali terjatuh karena ia merasakan pusing di kepalanya.
Tok!Tok!
Malvin mencoba mengetuk pintu apartment Luna.
"Luna!! Buka pintunya!" Teriak Malvin.
Setelah beberapa kali mengetuk akhirnya Luna membukakan pintu apartment nya. Dan saat melihat Luna, entah kenapa yang ada di pikiran Malvin saat ini adalah Amanda. Postur wanita itu sangat mirip dengan Amanda. Mungkin karena pengaruh Alkohol yang sudah menguasainya membuat Malvin tiba-tiba membayangkan Amanda.
"Sayang ... Ada apa? Kau mabuk?" Tanya Luna.
Luna bisa mencium bau alkohol yang sangat menyengat dari mulut Malvin. Dan Luna bisa memastikan bahwa saat ini Malvin sedang mabuk.
"Ayo masuk." Ajak Luna sambil menuntun Malvin agar masuk ke dalam apartment nya.
Baru saja tiba di dalam apartment Luna, Malvin langsung mendorong Luna agar bersandar di dinding dan tak lupa ia mengunci pintunya.
"Sayang ... Apa yang kau lakukan?" Tanya Luna dengan raut wajah terkejutnya.
"Amanda ... Kau sangat cantik malam ini. Dan juga ... Seksi." Ucap Malvin sambil mengusap wajah Luna.
Saat ini Luna memang menggunakan pakaian yang cukup terbuka. Sehingga menampilkan lekuk tubuhnya.
Mendengar nama Amanda disebut membuat Luna kesal bukan main. Ia langsung mendorong tubuh Malvin agar menjauh darinya.
"Aku bukan Amanda! Aku Luna, tunanganmu!" Bentak Luna.
"Sstt ... Jangan berisik Amanda sayang. Nanti orang-orang merasa terganggu dengan teriakanmu itu. Ohya, aku punya kabar gembira untukmu." Ucap Malvin.
"Perjodohanku dan Luna akan dibatalkan. Tadinya aku berniat untuk menghampiri apartment sahabatmu itu dan memaksanya untuk membatalkan perjodohan ini. Tetapi ternyata aku malah datang ke rumahmu. Tetapi tak apa, aku sangat senang karena bisa bertemu denganmu. Apalagi saat melihatmu menyambutku dengan pakaian seperti ini semakin membuatku bahagia. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk kita berdua, sayang. Kau akan menjadi milik-ku seutuhnya dan aku yakin, tidak akan ada yang bisa memisahkan kita berdua termasuk Luna dan juga kedua orang tuaku." Lanjut Malvin setengah sadar.
"Berhenti meracau tidak jelas!! Aku bukan Amanda!! Aku-- hmmp!
Ucapan Luna terhenti karena tiba-tiba saja Malvin menciumnya dengan ganas. Luna mencoba mendorong tubuh Malvin agar menjauh, tetapi sayangnya tenaga pria itu sangat kuat sehingga Luna tidak bisa berbuat apa-apa.
Malvin terus menciumnya dengan liar. Bahkan saat ini ciuman itu sudah turun ke leher Luna yang mulus
"Emmhh ... Hentikan, Malvin!" Ucap Luna berusaha menahan desahannya.
Malvin tidak menghiraukan ucapan Luna. Karena ia mengira wanita yang saat ini berada di hadapnnya adalah Amanda. Malvin terus menciumi leher Luna. Bahkan saat ini Malvin menarik paksa pakaian yang dikenakan oleh Luna.
"Malam ini kau akan menjadi milikku, Amanda." Ucap Malvin.
Luna sudah tidak bisa membendung lagi air matanya. Hatinya benar-benar sakit karena perlakuan Malvin. Andai saja dirinya yang disebut, mungkin Luna tidak akan merasa sakit seperti ini. Justru ia akan merasa sangat senang karena akan melakukannya dengan Malvin. Tetapi sayangnya yang ada di pikiran pria itu hanyalah Amanda.
Malvin langsung membawa Luna ke dalam kamar dan langsung mendorong wanita itu ke atas ranjang.
"Jangan lakukan ini, Malvin! Aku bukan Amanda!!" Bentak Luna.
"Kau Amanda ... Kekasihku. Milik-ku." Ucap Malvin.
Air mata Luna terus membasahi wajah cantik wanita itu. Dia benar-benar tidak bisa memberontak karena Malvin menahannya.
Dan akhirnya, kegiatan panas itu terjadi walaupun Luna tidak menikmatinya karena Malvin menganggapnya sebagai Amanda.
FLASHBACK OFF
"Kau jahat, Malvin!! Setelah apa yang kau lakukan kepadaku kau masih mau mengelak?!" Ucap Luna dengan nada tinggi.
"Sudah aku katakan bahwa aku tidak sadar melakukan semua itu!! Andai aku tahu wanita itu kau, aku tidak mau melakukannya!!" Balas Malvin.
"Kau harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kau perbuat kepadaku! Kau harus menikahiku secepatnya!"
"Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan menikahimu. Aku tidak pernah mencintaimu! Aku hanya akan menikahi Amanda bukan kau!!" Bentak Malvin.
Kesabaran Luna benar-benar sudah habis. Selama ini dia selalu mencoba untuk bersabar dengan sikap Malvin kepadanya walaupun ia tahu Malvin masih mencintai Amanda. Ia selalu berusaha untuk membuat Malvin mencintainya.
"Aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Kau hanya akan menjadi milikku, Malvin. Hanya milikku!!" Geram Luna.
"Silahkan kau berhalusinasi sesuka hatimu, Luna. Aku tidak peduli. Aku akan tetap membatalkan perjodohan ini." Ucap Malvin.
Setelah mengatakan hal itu, Malvin memutuskan untuk pergi dari apartment Luna.
Melihat Malvin akan pergi membuat Luna kesal bukan main. Dan tiba-tiba saja terbesit pikiran buruk dalam benak Luna. Wanita itu berlari ke arah dapur untuk mengambil sesuatu. Dan setelah mendapatkannya, Luna langsung menghampiri Malvin yang hendak membuka pintu.
"Malvin, tunggu!!" Teriak Luna dengan air mata yang masih membasahi wajahnya.
Malvin langsung menghentikan langkahnya. Baru saja Malvin berbalik, dia merasakan sesuatu menancap di tubuhnya. Sehingga membuatnya memekik kesakitan.
"Aaakhhhh!!"
"Jika aku tidak bisa memilikimu, maka tidak ada satu pun wanita yang bisa memilikimu, Malvin!"
"A--Apa yang kau la ... lakukan?" Lirih Malvin sambil memegang bagian dadanya yang ditusuk oleh pisau.
"Ini-lah akibatnya karena kau tidak mau bertanggung jawab atas perbuatanmu kepadaku!!" Teriak Luna.
Tubuh Malvin ambruk seketika dan saat itu juga Malvin kehilangan kesadarannya. Luna yang menyadari apa yang sudah ia perbuat langsung merasa panik.
"Bagaimana ini? Aku tidak ingin masuk penjara." Gumam Luna.
"Orang tua Malvin pasti akan menjebloskan-ku ke dalam penjara jika mereka mengetahui aku yang sudah melakukan semua ini." Ucap Luna panik.
Perlahan Luna menghampiri Malvin dan mencoba mendengar detak jantung pria itu. Kepanikan Luna semakin bertambah saat mendengar detak jantung Malvin semakin lemah. Ia takut Malvin tiada.
"Tidak!! Aku tidak membunuhnya!!" Ucap Luna histeris.
"Bagaimana ini?! Apa yang harus aku lakukan?"
Tiba-tiba saja ia teringat Amanda. Ya, Amanda. Dia berpikir bisa memanfaatkan keadaan dengan menjebak Amanda supaya Luna tidak disalahkan atas kejadian ini.
"Ini semua karena Amanda. Andai saja Malvin tidak terus menerus menyebut nama Amanda di hadapanku, mungkin aku tidak akan berbuat hal nekat seperti ini." Ucap Luna.
Kau sudah menghancurkan hidupku, Amanda. Maka sekarang saatnya aku membalasmu. Batin Luna.
Saat ini Amanda sedang dalam perjalanan menuju makam Ayah dan Ibunya. Tiba-tiba saja cacing-cacing di dalam perutnya bersorak minta diberi makan. Amanda memang belum sempat sarapan pagi karena uang yang ia miliki sudah menipis. Itu sebabnya Amanda menahan rasa lapar nya.
"Uangku hanya cukup untuk makan siang dan malam saja. Jika aku menggunakannya sekarang, nanti malam aku tidak bisa makan. Semua uang tabunganku juga sudah habis karena membantu Tante Sani." Gumam Amanda.
Amanda teringat bahwa dia membawa air mineral yang selalu ia simpan di tasnya. Akhirnya Amanda pun memutuskan untuk mengambil botol minumnya dan meminum air mineral itu.
"Semoga air ini bisa mengurangi rasa lapar-ku." Gumam Amanda.
Setelah menyimpan kembali botol minumnya ke dalam tas, Amanda kembali melanjutkan langkahnya menuju makam Ayah dan Ibunya.
Baru saja akan melangkah pergi, tiba-tiba saja ponselnya berdering menandakan ada sebuah pesan masuk. Luna mengirimnya pesan dan memintanya untuk datang ke apartmentnya. Ia langsung berbalik arah menuju apartment Luna.
Selama setengah jam Amanda berlari sampai akhirnya ia tiba di depan pintu apartment Luna. Saat hendak mengetuk pintu, Amanda melihat pintu apartment Luna sedikit terbuka.
"Kenapa Luna tidak mengunci pintunya?" Gumam Amanda.
Akhirnya, Amanda pun memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Dan betapa terkejutnya Amanda saat melihat tubuh Malvin yang berlumuran darah sudah tergeletak dibawah sana.
"MALVIN!!" Teriak Amanda.
"Malvin apa yang terjadi padamu? Siapa yang tega melakukan ini kepadamu?!" Ucap Amanda histeris.
"Luna ... Luna ... Dimana kau?" Amanda berusaha memanggil Luna karena wanita itu belum juga terlihat disana.
Amanda melihat pisau masih mencap di dada Malvin. Ia pun berniat untuk mengambilnya. Baru saja ia menyentuh pisau itu, tak lama sosok Luna datang dari arah luar menghampiri Amanda.
"Astaga, Amanda!! Apa yang kau lakukan kepada Malvin?!!" Ucap Luna histeris.
Amanda langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara Luna. Tante Vina yang berada di belakang Luna pun langsung berteriak histeris saat melihat putranya tergeletak dengan pisau yang menancap pada dadanya.
"AMANDA ... APA YANG KAU LAKUKAN KEPADA PUTRAKU?!!"
Amanda langsung beranjak berdiri dan berjalan menghampiri Tante Vina yang sedang menangis histeris.
"Tante ... Aku tidak melakukan apapun kepada Malvin. Aku bisa menjelaskan semuanya kepadamu." Ucap Amanda dengan air mata yang masih membasahi wajahnya.
Plakk!
Satu tamparan mendarat di wajah Amanda. Tante Vina menamparnya dengan sangat kencang. Luna yang menyaksikan itu pun langsung tersenyum bahagia karena rencananya untuk menjebak Amanda berhasil.
"Tamparan itu tidak sebanding dengan apa yang sudah kau lakukan kepada putraku!" Bentak Tante Vina.
Tante Vina langsung menghampiri Malvin dan memeluk putranya itu.
"Malvin ... Bangunlah. Mama ada disini." Ucap Tante Vina sambil menangis.
Luna tidak mempedulikan Amanda yang tengah menangis. Wanita itu lebih memilih menghampiri Tante Vina. Luna berpura-pura mengecek apakah Malvin masih hidup atau tidak padahal dirinya sudah mengetahui bahwa Malvin telah tiada.
Luna langsung menangis histeris di hadapan Tante Vina dan juga Amanda.
"KAU SUDAH MEMBUNUH CALON SUAMIKU, AMANDA!!" Bentak Luna yang masih berpura-pura menangis.
Mendengar ucapan Luna barusan semakin membuat Tante Vina menangis histeris.
"Malvin ... Jangan tinggalkan Mama dengan cara seperti ini."
"Kau seorang pembunuh!!" Bentak Luna.
"Tidak ... Aku tidak membunuh Malvin. Aku tidak tahu siapa yang melakukan semua ini kepadanya. Aku datang kemari karena kau menghubungiku dan meminta bantuanku." Balas Amanda.
"Kau tidak perlu berbohong seperti ini, Amanda!! Apa yang aku lihat tadi sudah membuktikan bahwa kau-lah pelakunya. Kau seorang pembunuh, Amanda!! Kau sudah membunuh Malvin!!" Ucap Luna dengan amarahnya.
"Aku tidak membunuh siapapun!!" Balas Amanda tak terima.
"Kau harus bertanggung jawab atas perbuatanmu!!" Ucap Luna.
"Tidak!! Aku tidak melakukan apapun kepada Malvin!! Luna, kenapa kau menyalahkanku seperti ini?" Tanya Amanda sambil menangis.
Saat melihat Luna mengambil ponselnya, Amanda sudah tahu apa yang akan dilakukan Luna. Yaitu menghubungi polisi.
Amanda benar-benar panik, tanpa berpikir panjang dia langsung berlari meninggalkan apartment Luna. Satu-satu nya cara agar dirinya tidak di tangkap polisi adalah melarikan diri sejauh mungkin.
Melihat Amanda melarikan diri semakin membuat Luna di dera rasa panik. Ia takut semua perbuatannya terbongkar. Luna langsung mengejar Amanda tanpa berpamitan kepada Tante Vina yang masih menangis sambil memeluk tubuh Malvin.
*****
To be continue …