NovelToon NovelToon
DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

DI UJUNG DOA DAN SALIB : RENDIFA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Romansa / Office Romance
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Marsshella

“Sakitnya masih kerasa?”
“Sedikit. Tapi bisa ditahan.”
“Kalau kamu bilang ‘bisa ditahan’ sambil geser duduk tiga kali … itu artinya nggak bisa, Dhifa.”
“Kamu terlalu kasar tadi pagi,” batin Nadhifa.
***
Renzo Alverio dan Nadhifa Azzahra saling mencintai, tapi cinta mereka dibatasi banyak hal.
Renzo, CMO Alvera Corp yang setia pada gereja.
Nadhifa, CFO yang selalu membawa sajadah dan mukena ke mushola kantornya.
Hubungan mereka tak hanya ditolak karena beda keyakinan, tapi juga karena Nadhifa adalah anak simpanan kakek Renzo.
Nadhifa meski merasa itu salah, dia sangat menginginkan Renzo meski selalu berdoa agar dijauhkan dari pria itu jika bukan jodohnya
Sampai akhirnya suatu hari Renzo mualaf.
Apakah ada jalan agar mereka bisa bersatu?
*
*
*
SEKUEL BILLIORAIRE’S DEAL : ALUNALA, BISA DIBACA TERPISAH

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsshella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10. DANA GELAP UNTUK NADHIFA

Lampu jalan menyinari mobil hitam Mercedes yang terparkir anggun di depan apartemen mewah khusus karyawan Alverio Group. Dari dalam mobil, Alaric Alverio menatap gedung tinggi itu dengan wajah dingin sebelum jarinya menekan nomor Nadhifa.

“Turun. Sekarang,” perintahnya singkat saat sambungan telepon terhubung.

Beberapa menit kemudian, pintu kaca apartemen terbuka. Nadhifa muncul dengan langkah ragu-ragu. Dia masih mengenakan piyama katun berwarna biru yang tersembunyi di balik sweater tebal, rambutnya yang baru saja dilepas dari ikatan kini kembali tertutup kerudung panjang yang diikat cepat. Mata sedikit bengkak tapi jernih.

Tanpa kata-kata, dia masuk ke dalam mobil mewah itu, duduk di samping Alaric. Aroma interior kulit dan parfum mahal Alaric yang tajam kontras dengan kesederhanaan piyamanya.

“Setia sekali sama perusahaan sampai standby 24 jam?” sergah Alaric.

“Saya baru saja selesai sholat tahajud, Pak Alaric,” jawab Nadhifa lembut, tangannya erat merapatkan sweaternya.

Alaric terdiam sejenak, menahan komentar lebih lanjut. Dia memberi isyarat pada bodyguard di kursi depan, dan mobil itu pun meluncur meninggalkan apartemen, menyusuri jalanan kota yang sepi di tengah malam.

Di dalam keheningan mobil yang nyaris tanpa suara, Alaric mengeluarkan sebuah tablet, jarinya menggeser layar sebelum menyodorkannya ke hadapan Nadhifa. 

Di sana, terbuka sebuah dokumen hukum bertuliskan WASIAT KELUARGA RAVENSHIRE ALVERIO. Matanya tertuju pada satu baris yang disorot kuning.

Penerima Dana Amanah—Trust Fund: Nadhifa Azzahra.

Nadhifa membeku. Nafasnya tersangkut. Dua belas digit. Angka yang mustahil baginya.

“Saya sudah berbulan-bulan mencari dana gelap ini,” ujar Alaric datar, memecah kebisuan. “Dana yang seharusnya bisa menyelamatkan Alverio Group dari kehancuran saham. Dana yang bisa menstabilkan segala kerusakan yang ditimbulkan ... oleh orang tua Renzo.” Dia menekankan nama sepupunya. “Dan ternyata, nama yang tercantum adalah namamu.”

Dia mematikan tabletnya, dan kini menatap Nadhifa langsung. Tatapannya bagai belati.

“Sekarang, Nadhifa, kamu berada di persimpangan.” Suaranya rendah, berbahaya. “Jika kamu keluar dari mobil ini sekarang, hidupmu akan tetap seperti semula. Kamu bersih. Tapi jika kamu memilih untuk tetap di dalam…”

Alaric membuat jeda dramatis.

“...berarti kamu memutuskan untuk ikut terlibat dalam permainan kotor keluarga kami. Permainan yang bahkan bisa menghancurkanmu. Kesimpulan kamu bakal ambil uang itu kalau tetap duduk disini.”

Nadhifa terdiam. Pikirannya berputar kencang. Uang itu bisa mengubah segalanya. Tapi itu juga bisa menjadi jerat. Dia melihat keluar jendela, ke jalanan sepi yang mereka lalui, lalu menatap kembali Alaric. Dia tidak bergerak. Tubuhnya yang kaku dan diam di jok mobil mewah itu adalah jawabannya.

Alaric akhirnya menyeringai, sebuah tawa pendek dan sinis pecah di dalam mobil. “Jadi begitu. Akhirnya ketahuan juga. Di balik jilbab dan kesalehanmu, kamu sama seperti yang lain, menginginkan uang itu.”

Dia tidak memberikan Nadhifa kesempatan untuk membela diri. Hanya memberi perintah pada sopirnya. “Antar dia pulang.”

Mobil berbalik arah. Sepanjang perjalanan pulang, Nadhifa hanya bisa menatap kosong ke luar jendela.

“Ini bukan tentang uang, Pak Alaric. Ini tentang pengakuan. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, nama saya diakui ada dalam keluarga ini, meski sebagai rahasia gelap. Tapi ... apakah pengakuan seburuk ini yang saya inginkan?” batinnya.

Saat mobil kembali berhenti di depan apartemennya, Nadhifa turun tanpa sepatah kata. Pintu mobil tertutup dengan bunyi yang tegas, meninggalkannya sendirian di tengah dinginnya malam, dengan beban rahasia dan pilihan yang baru saja dia buat. Sebuah pilihan yang mungkin akan menentukan nasibnya di tengah pusaran keluarga Alverio.

...***...

Malam itu, Nadhifa tidak bisa tidur. Wasiat itu terbuka di laptopnya, angka-angka itu menari-nari di pikirannya. Dia melakukan sholat Istikharah, memohon petunjuk pada Yang Maha Kuasa. 

Dalam kekhusyukan dan keheningan malam, sebuah kejelasan turun ke hatinya. Bukan tentang kemewahan atau rasa aman, melainkan tentang keburukan. 

Dana ini dibangun di atas fondasi yang tidak benar, dan membawanya hanya akan membawa kegelapan pada hidupnya.

Jawabannya telah datang.

Nadhifa duduk di atas sajadah. Matanya masih sembab, tubuhnya letih oleh pergolakan batin. Ia baru saja menyelesaikan sholat istikharah.

Tangannya meraih Al-Qur’an yang terbuka dari rak kecil. Ia membukanya secara acak. Lalu menunduk, matanya menyapu halaman.

Ia mulai menghitung dengan jari. Huruf demi huruf. “Kha... Syin... Kha… Syin... Syin...”

Sampai akhirnya ia berhenti. Nafasnya tertahan.  Huruf ‘Syin’ lebih banyak.

Diam.

Sunyi.

Nadhifa menatap halaman itu dalam diam.

Syin—syarr—keburukan.

Tangannya perlahan menutup Al-Qur'an. Ia memeluknya, lama. Seolah butuh kekuatan untuk menerima jawabannya sendiri.

Dana itu bukan rezekinya. Tapi ia ingin mentransfer dana itu ke Alverio malah Tuhan menjawabnya itu adalah keburukan.

Apa yang harus Nadhifa lakukan dengan uang itu?

Nadhifa duduk bersila di atas sajadah, masih mengenakan mukena yang lembut. Ia memegang smartphone yang baru saja menyala karena notifikasi masuk lagi.

Panti Asuhan Harapan Ibu: Terima kasih, Kak Nadhifa. Donasi Anda sangat berarti bagi anak-anak di sini. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda

Nadhifa terdiam. Tatapannya jatuh ke pesan itu. Lalu ia tersenyum tipis, penuh rasa syukur.

Keesokan harinya, dengan bantuan pengacara independen yang diyakininya, Nadhifa bergerak cepat. Kepada Alaric dan pengacara keluarga Alverio, dia menyatakan penerimaannya atas wasiat tersebut. Namun, ada satu syarat mutlak yang tidak bisa ditawar.

Dengan kekuatan hukum yang sah, dia mengalihkan seluruh dana, setiap rupiahnya, ke dalam sebuah yayasan yang dibentuk khusus. Dana sebesar dua belas digit itu dialirkan bukan untuk dirinya, tetapi untuk:

—Pembangunan dan operasional panti asuhan di berbagai kota.

—Pendirian masjid dan pusat pendidikan Islam yang membutuhkan.

—Program bantuan kemanusiaan dan beasiswa untuk anak-anak tidak mampu.

Dia sendiri tidak menyentuh satu peser pun untuk keperluan pribadinya. Hidupnya tetap sederhana dengan gajinya, di apartemen khusus karyawan.

Ketika keputusan itu sampai ke telinga Alaric, ekspresi di wajahnya bukan lagi kemarahan atau kalkulasi, melainkan ketidakpercayaan yang dalam. Perempuan berhijab sederhana ini telah melakukan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh siapapun di keluarganya. Mengalahkan keserakahan dengan keikhlasan.

Dan bagi Renzo, yang mendengar kabar ini, perasaannya campur aduk. Ada kekaguman yang membuncah, tetapi juga sebuah kesadaran pahit. 

Nadhifa tidak hanya menjauhi dunia mereka, dia telah membersihkan sebagian noda itu dengan caranya sendiri, meninggikan dirinya ke tempat yang tidak akan pernah bisa mereka jangkau. 

Tindakannya adalah tamparan keras bagi keluarga Alverio, sekaligus menjadi bukti nyata bahwa di tengah semua kekacauan mereka, masih ada cahaya yang begitu murni dan teguh.

1
Esti Purwanti Sajidin
syemangat kaka,sdh aq vote👍
Marsshella: Makasi semangatnya Kaka, makasi udah mampir ya. Selamat datang di kisah Renzo dan Nadhifa 🥰
total 1 replies
kalea rizuky
najis bgt tau mual q thor/Puke/ kok bs alarik suka ma cwok pdhl dia bersistri apakah dia lavender marrige
Marsshella: di Alunala Alaric dia udah tobat kok dan punya anak kesayangan. Ini giliran ceritanya si Renzo 😭😭😭😭😭
total 1 replies
kalea rizuky
njirr kayak g ada perempuan aja lubang ta.... *** di sukain jijik bgt
kalea rizuky
gay kah
Wina Yuliani
tah ge ing ketahuan jg brp umur.mu nak
Marsshella: dah jadi pria matang ya 😭
total 1 replies
Wina Yuliani
emangnya mereeka beda berapa tahun ya thor?
Marsshella: seumuran mereka 😄. Kakeknya Renzo tuh punya simpanan muda dan itu Nadhifa anaknya Kakek Renzo ... ikutin terus ceritanya, ya, ada plot twist besar-besaran 🥰
total 1 replies
Wina Yuliani
ternyata ada kisah cinta terlarang yg nambahin kerumitan hidup nih
Marsshella: ada plot twist ntar 🔥
total 1 replies
Wina Yuliani
baru baca tapi udah seru, keren
Marsshella: Welcome to kisah Renzo dan Nadhifa, Kak. Ikutin terus ceritanya ya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!