Rosa Casario, meninggalkan semua kemewahan dari keluarganya demi menikahi pria yang sangat dia cintai, Andre. Namun Lima tahun berlalu tanpa ada masalah berarti, Rosa mendapatkan pesan dari seseorang, memintanya datang ke sebuah hotel bahkan memberikan kartu kamar hotel.
Ternyata, dia memergoki suaminya Andre sedang bercumbu dengan Sandra. Teman baiknya dan juga anak ibu asrama tempat dia tinggal saat kuliah dulu.
Bak disambar petir. Hati Rosa sungguh hancur. Namun dia berusaha memberi suaminya kesempatan, hanya saja ternyata sang suami benar-benar menyembunyikan perselingkuhan itu. Rosa pun memutuskan untuk pergi, dan merencanakan sesuatu yang akan membuat suaminya menyesal sepanjang waktu, dengan bantuan seseorang yang pernah menyatakan cinta padanya saat mereka kuliah dulu. Meski sempat menghilang beberapa tahun, pria itu kembali datang membantunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Steven
"Jika tidak memikirkan dirimu sendiri, maka pikirkan putrimu. Makanlah Rosa!"
Rosa mengangkat pandangannya, Nesia sudah pergi. Ada yang harus dia urus, dan itu atas permintaan Steven. Sekarang, pria itu duduk di seberangnya dan menatap Rosa dengan tatapan tidak tega, mungkin lebih tepatnya kasihan.
"Aku belum bertanya padamu, kapan kamu kembali?" tanya Rosa pada Steven.
"Dua hari yang lalu, aku sudah bertemu Nesia. Nesia bilang kamu sudah menikah dengan Andre dan punya seorang putri yang sangat cantik. Aku belum sempat mengabarimu. Kamu mengganti nomormu?" tanya Steven.
Rosa mengangguk beberapa kali.
"Ponsel lamaku hilang" jawab Rosa jujur.
"Berikan ponselmu. Aku akan simpan nomorku!"
Rosa menoleh dengan cepat. Dia bahkan tidak pernah lagi menyimpan nomor pria di ponselnya.
"Tidak perlu..." Rosa menjeda ucapannya. Dia terdiam.
Dulu, dia memang anti sekali menyimpan nomor pria. Tapi, Steven adalah teman lamanya. Steven yang dulu selalu membelanya. Hanya saja saat itu pria di depannya itu tiba-tiba pergi. Lalu muncul Andre, yang memberikannya perasaan hangat dan begitu aman.
Pria yang bahkan tidak pernah berbohong duku pada Rosa. Tapi, semua benar-benar sudah berubah.
Pada akhirnya, Rosa mengulurkan ponselnya ke arah Steven.
"Beberapa bulan lalu, aku bertemu dengan bibi Santi"
Rosa kembali menoleh ke arah pria yang sedang bicara dengannya itu.
"Ibu..." lirihnya.
"Dia terlihat sangat merindukanmu. Rosa" kata Steven sambil menyimpan nomornya di ponsel Rosa.
Rosa kembali tertunduk sedih, dia meninggalkan keluarganya demi Andre. Tapi pria itu malah mengkhianatinya.
"Dengar Rosa, meski apapun telah terjadi lima tahun lalu. Keluargamu, adalah orang-orang yang tidak pernah akan meninggalkan. Bibi Santi masih sangat berharap kamu kembali, dia bahkan tahu kamu punya putri yang sangat lucu. Kak Jasmin juga sudah punya dua anak. Apa kamu tidak ingin bertemu dengan dua keponakanmu itu?" tanya Andre membuat Rosa semakin merasa bersalah.
"Aku merasa, aku sangat tidak pantas bertemu mereka. Aku bahkan meninggalkan mereka, demi mas Andre" mata Rosa kembali berkaca-kaca.
Sepertinya hatinya sungguh begitu terluka. Sampai hanya dengan menyebut nama Andre, dia bisa langsung menangis.
Mencintai seseorang terlalu dalam, akibatnya juga tidak akan baik. Tidak ada hubungan di dunia fana ini yang sifatnya kekal. Jika sudah dipisahkan oleh manusia, maka akan di pisahkan oleh takdir. Dan akan sangat menyakitkan jika perasaan itu tertanam teramat dalam. Akan sangat sulit menahan akar perasaan itu di dalam hati. Setiap detiknya, setiap waktu akan semakin terasa sakit.
"Tapi keluargamu tidak berpikir begitu. Ibumu, sangat merindukanmu" kata Steven lagi.
Rosa terdiam. Dia juga sangat merindukan ibunya. Saat akan melahirkan dulu, dia benar-benar sangat menginginkan ibunya ada di dekatnya. Dia benar-benar rindu pada ibunya.
Steven menusuk satu potong daging dengan garpu. Dan mengarahkannya ke depan mulut Rosa.
"Makanlah" kata Steven.
Rosa menyeka air matanya. Dan segera membuka mulutnya.
Baru dua kali makan. Ponselnya kembali berbunyi. Itu pesan notifikasi.
Rosa merasa sudah tahu siapa yang akan mengirim pesan padanya.
'Suamimu tidak pulang ya. Dia terlalu lelah. Kami baru saja berhubungan selama satu jam lebih. Apa dia pernah bertahan selama itu jika denganmu? aku rasa tidak mungkin'
Rosa menutup ponselnya di atas meja. Rasanya dia mau meledak. Benar-benar ingin meledak. Dan tangisnya kembali pecah.
Steven menggeser kursinya ke dekat Rosa.
"Butuh bahu?" tanya Steven menepuk bahu sebelah kirinya yang berada dekat dengan Rosa.
Rosa menoleh dan segera berdiri. Dia memilih menangis sendirian di pojok balkon sambil berjongkok, daripada harus menumpahkan semua kesedihannya di bahu Steven. Dia seorang wanita yang masih punya suami. Meski suaminya mengkhianatinya, dia tidak akan melakukan hal yang sama.
Steven terlihat kecewa. Tapi yang lebih dia rasakan sebenarnya adalah amarah. Amarah pada Andre. Apa yang kurang dari Rosa. Kenapa pria itu bisa mengkhianati Rosa demi wanita tidak berpendidikan seperti Sandra. Yang bahkan hanya seorang anak penjaga asrama. Sandra bahkan bisa bekerja di perusahaan Andre. Itu juga karena Rosa.
Dua orang itu sungguh membuat Steven jijik. Yang satu pria bodohh, yang bahkan membiarkan tangannya menyentuh batu padahal di dekatnya ada permata berharga. Dan satu lagi, wanita licik, tidak tahu malu, tidak tahu terimakasih. Sudah di tolong, sudah sering diselamatkan dari penagih hutang, tapi malah menusuk penolongnya sekejam itu. Bahkan dengan bangga, mengirimkan berbagai pesan untuk menyulut emosi Rosa.
Jika saja, dia tidak tahun Rosa membencinya. Steven pasti sudah menghancurkan Andre.
Beberapa saat kemudian, Nesia kembali.
"Dimana Rosa?" tanya Nesia khawatir.
"Di balkon, wanita gilaa itu mengirimkan pesan lagi pada Rosa. Dia menangis!" kata Steven yang rahangnya mengeras, "Bagaimana dengan yang sudah aku minta padamu, sudah kamu lakukan?" tanya Steven.
Nesia mengangkat sebuah dokumen di tangannya.
"Ini surat cerai, aku akan membujuk Rosa menandatanganinya"
Kata Nesia, yang juga sama sekali tidak rela sahabatnya itu diperlakukan seperti itu oleh suaminya dan orang yang sudah dia bantu.
"Sebenarnya, tidak usah menunggu masa mediasi. Aku bisa membuat perceraian itu terjadi secepatnya..."
"Dan Rosa akan berpikir, semua ini ulahmu" sela Nesia, "menurutmu setelah itu, dia akan masih menganggapmu teman, atau justru membencimu?" tanya Nesia.
Steven terlihat menarik nafas begitu dalam.
"Stev, kamu sudah menunggunya 10 tahun. Hanya tinggal menunggu sebentar lagi, aku yakin kamu bisa" kata Nesia yang segera bergegas ke arah balkon dan mendekati Rosa.
"Rosa"
Rosa yang melihat Nesia datang, segera memeluk Nesia.
"Tidak apa-apa, biarkan para pengkhianat itu tertawa sekarang. Tidak apa-apa, akan ada masa dimana kamu bisa membuat suamimu menangis" kata Nesia menepuk punggung Rosa.
***
Bersambung...
blmagi yg godain, ngerasa g mau cape. mau enaknya aja. bege. pea
emang ga terngiang ngiang desahan dan teriak. mereka pas lagi bercinta
OMG