Karena sering dibuli teman kampus hanya karena kutu buku dan berkaca mata tebal, Shindy memilih menyendiri dan menjalin cinta Online dengan seorang pria yang bernama Ivan di Facebook.
Karena sudah saling cinta, Ivan mengajak Shindy menikah. Tentu saja Shindy menerima lamaran Ivan. Namun, tidak Shindy sangka bahwa Ivan adalah Arkana Ivander teman satu kelas yang paling sering membuli. Pria tampan teman Shindy itu putra pengusaha kaya raya yang ditakuti di kampus swasta ternama itu.
"Jadi pria itu kamu?!"
"Iya, karena orang tua saya sudah terlanjur setuju, kamu harus tetap menjadi istri saya!"
Padahal tanpa Shindy tahu, dosen yang merangkap sebagai Ceo di salah satu perusahaan terkenal yang bernama Arya Wiguna pun mencintainya.
"Apakah Shindy akan membatalkan pernikahannya dengan Ivan? Atau memilih Arya sang dosen? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Pagi hari setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, wanita berkaca mata keluar dari rumah besar dan mewah dengan tergesa-gesa. Tentu saja khawatir terlambat kuliah. Begitulah keseharian gadis 21 tahun yang bernama Shindy. Walaupun tinggal di rumah bude, tapi diperlakukan seperti pembantu.
"Jika pekerjaan rumah tidak selesai, kamu tidak boleh berangkat kuliah!" Tandas bude kakak ipar almarhum bapak Shindy. Kata itu masih terngiang di telinga Shindy ketika berjalan di depan komplek. Wanita yang bernama lengkap Shindy Alta Finisa itu akhirnya tiba di pinggir jalan raya menunggu angkutan umum.
"Ya Allah... lama sekali sih? Bagaimana ini?" Shindy menatap jam di handphone kurang sepuluh menit lagi masuk kuliah. Shindy bingung, jika uang sakunya ia gunakan untuk numpang ojek online otomatis tidak bisa membeli sesuatu jika ada kebutuhan kuliah mendadak.
"Lebih baik aku naik ojek saja daripada terlambat" gumamnya setelah berpikir beberapa menit ia ambil keputusan. Shindy mengetik handphone memesan ojek online.
"Mbak Shindy ya?" Tanya Kang ojek yang sudah berhenti di depannya.
"Benar Bang, cepat sedikit ya" jawabnya sembari naik ke atas motor.
"Siap... Mbak"
Ngeeennng....
Kang ojek pun melaju kencang, tibalah Shindy di depan fakultas ekonomi. Tiba di kelas tampak sepi, Shindy sudah paham jika teman-teman nya itu biasanya nongkrong di kantin sebelum jam kuliah masuk.
Shindy memutuskan untuk ke toilet dulu, karena masih ada waktu lima menit lagi. Untuk menyingkat waktu ia berlari kencang.
Bruk!
"Jalan lihat-lihat, woi!" Tandas seorang pria, rupanya Shindy menabrak Arkan teman sekelasnya. Arkan yang jatuh terduduk mendongak menatap Shindy tajam.
"Maaf..." hanya itu jawaban Shindy lalu melanjutkan perjalanan. Tidak menoleh lagi walaupun Arkan mengatainya dengan kata-kata yang kurang enak di dengar.
Selesai dari toilet, Shindy kembali ke kelas. Di dalam kelas hanya ada satu orang, yaitu Dila sahabatnya.
"Kak Dila tumben, baru tiba?" Tanya Sindy karena biasanya Dila datang paling awal.
"Aku berangkat dari Bogor Shy, makanya kesiangan" Dila mengatakan sejak hari sabtu menginap di rumah orang tuanya.
Shindy yang masih berdiri di depan Dila badannya hampir terjungkal karena tiba-tiba saja seorang pria berjalan dan sengaja menabrak bahu Shindy. "Astagfirullah..." Shindy hanya Istigfar saja sambil menatap Arkan yang tengah meledek, menjulurkan lidah ke arahnya. Tentu saja mata Shindy mendelik di balik kaca matanya.
"Hihihi... kalian ini bertengkar terus, nanti lama-lama jadian loh" Dila tertawa melihat tingkah dua remaja itu.
"Dih, nggak lah, Kak" Arkan tersenyum miring.
"Siapa juga yang mau sama pria rusuh sepertimu!" Sungut Shindy, lalu melengos.
"Apa kamu bilang? Siapa yang rusuh? Enak saja!" Arkan yang sudah duduk di bangku pun berdiri mendekati Shindy.
"Sudahlah Arkan..." Dila melerai pertengkaran dua orang itu hampir setiap hari.
Arkan duduk kembali, tidak ada yang ia ditakuti di kelas itu selain Nadila kerena istri pemilik kampus.
Mahasiswa yang lain pun masuk kelas karena jam kuliah pagi ini akan segera dimulai, dan diisi oleh dosen yang bernama Arya Wiguna yang biasa dipanggil pak Gun.
Dosen tampan, kharismatik dan baik masuk ke dalam kelas. Maka tidak heran jika digandrungi para siswi. Walaupun tidak jarang berubah galak apa bila ada siswa yang tidak taat. "Kumpulkan tugas yang saya berikan kemarin" titah pak Gun. Pak Gun mengedarkan pandanganya ke seluruh Siswa yang membuka tas masing-masing.
Semua siswa mengeluarkan kertas yang sudah mereka buat mengumpulkan ke depan kelas. Namun, Shindy kebingungan karena tugasnya di dalam tas tidak ada.
"Kamu lupa membawa tugas, Shy?" Tanya Dila yang sudah mengumpulkan tugas, tapi begitu kembali Shindy masih membongkar tas.
"Seingatku sebelum berangkat tadi sudah aku masukkan ke dalam tas Kak, tapi kok tidak ada" Shindy menatap Dila cemas.
"Kamu lupa kali Shy..." Dila kasihan menatap wajah Shindy yang tampak ketakutan.
"Mana tugas kamu?" Tiba-tiba saja pak Gun sudah berdiri di depan Shindy.
"Anu Pak, tugas saya hilang" Shindy menjawab dengan bibir gemetar.
"Alasan saja kamu. Sekarang buat yang baru lagi" pak Gun menyuruh Shindy mengerjakan tugas saat itu juga.
"Baik Pak" Shindy meninggalkan kelas kemudian ambil flashdisk di dalam tas. Bukan waktu yang lama bagi Shindy karena tinggal print saja lalu kembali ke kelas.
Shindy sebenarnya bukan anak kuliahan yang banyak fasilitas seperti teman-temannya yang rata-rata orang kaya. Bisa masuk ke kampus tersebut karena beasiswa. Jika ia punya laptop pun pemberian Dila. Walaupun laptop tersebut bekas, tapi sangat bagus karena benda tersebut milik Tristan yang dibeli dengan harga mahal. Tentu saja Shindy sangat terbantu dengan laptop tersebut.
"Permisi Pak" Shindy memberikan tugasnya kepada pak Gun yang sedang membaca satu persatu tugas para siswa.
Pak Gun ambil kertas dari tangan Shindy tanpa berkata-kata.
Shindy kembali ke tempat duduknya hendak mengerjakan tugas yang baru, setelah mendapat bocoran dari Dila.
"Shindy! Maju kamu!" Tegas pak Gun.
Shindy yang baru saja duduk, mau tak mau berdiri lagi, kemudian maju dengan hati bertanya-tanya. Kesalahan apa lagi yang ia buat?
"Kapok lu, dasar cupu!" Sindir Arkan ketika Shindy melewati Arkan yang selalu membencinya. Namun, Shindy tidak terpengaruh dengan kata-kata pria yang menurutnya sudah biasa.
Mahasiswa yang làin pun menatap ke arah Shindy yang berjalan mendekati dosen.
"Saya Pak" Shindy mengangguk sopan.
"Kenapa tugas kamu bisa sama dengan tugas Arkan?" Wiguna menunjukkan tugas Arkan dan tugas Shindy yang memang sama persis.
"Tugas ini memang saya yang membuat Pak" Shindy membaca tugas itu merasa aneh. Otak cerdasnya seketika berpikir bahwa Arkan telah mencuri tugasnya ketika ia tinggal ke toilet.
"Kamu menjual tugas kamu kepada Arkan?" Pak Gun berpikir begitu, karena sering kali mendengar curhatan Shindy kepada Dila masalah sulitnya keuangan.
"Tidak Pak, saya yakin jika Arkan mencuri tugas saya."
"Arkan, maju kamu!" Pak Wiguna beralih ke arah Arkan yang tengah tersenyum senang karena Shindy dimarahi.
"Saya Pak?" Arkan menunjuk dadanya tidak yakin jika pak Gun memanggilnya.
"Maju kamu, tunggu apa lagi!" pak Gun pusing dengan ulah dua mahasiswa itu.
Dengan perasaan kesal, Arkan pun maju, lalu bertanya ada apa ia dipanggil.
"Benar, kamu mengerjakan tugas ini sendiri?" Pak Gun masih yakin jika Shindy menjual tugasnya.
"Tentu saya buat sendiri, Pak" Arkan membandingkan tugasnya dengan tugas Shindy. "Cupu, kamu mencuri tugas saya kan?" Tuduh Arkan dengan tatapan skeptis.
"Enak saja, kamu yang mencuri tugas saya."
Shindy dengan Arkan tidak ada yang mau mengalah, pertengkaran di depan dosen pun terjadi.
"Kalian berdua saya hukum, kerjakan tugas ini tidak lebih dari satu jam!" Pak Gun memberikan tugas yang baru yakni menganalisis keuangan. Mengetes dua remaja itu tidak mau dibantah.
"Baik Pak" Shindy yang memang cerdas tidak takut ketika diberi tugas. Ia kembali ke ruang kelas multimedia yang lengkap dengan komputer, LCD proyektor dan peralatan lain.
"Gara-gara kamu! Saya disuruh mengerjakan tugas kembali!" Arkan mendelik gusar ketika tiba di ruang tersebut.
"Kenapa Anda menyalahkan saya? Bukankah Anda yang sudah mencuri tugas saya?!" Shindy tak kalah kesal.
"Heh, kamu pikir saya orang bodoh, tidak bisa mengerjakan tugas lalu mencuri milik kamu? Dih, ogah amat seorang Arkan sampai mencuri tugas wanita sepertimu?! Kamu pikir, kamu itu wanita jenius?" Arkan semakin kesal karena merasa di remehkan.
"Baiklah, daripada ribut terus, sebaiknya kita cek cctv sekarang juga" Tantang Shindy, tidak takut sedikitpun.
"Jika kalian ribut terus, kapan tugas yang saya berikan selesai?"
Tiba-tiba pak Gun berdiri di belakang mereka.
...~Bersambung~...
mengerti kaan yaaaaa?
laah dia nekaad, kenapa nda di kasih KOid ajaa siiih