"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.
Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.
Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.
Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.
Yuk simak keseruan ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Aku! Calon suaminya!
Jasmine menaiki bus menuju kampung halamannya sendirian. Di sepanjang perjalanan, ia hanya melamun sembari menatap pemandangan jalan dibalik jendela yang berada tepat di sebelahnya. Meratapi betapa sialnya dirinya dengan masalah yang terus menimpa. Tak ada yang tau jika ia pergi ke desa menemui pak kades, kecuali sahabatnya, Nessa.
Tujuannya yang tak lain adalah bernegosiasi tentang masalah hutang piutang ayahnya. Ia merasa sangat tidak terima jika rumah serta perkebunan sayur yang selama ini ia kelola susah payah, akan di rebut begitu saja dengan harga yang tidak sepadan. Meski perkebunan itu hanya sepetak. Tapi itu sangat berharga. Apalagi rumah kakek memiliki tanah yang cukup luas dengan halaman disekitarnya. Meski rumah kakek sendiri dibangun dengan ukuran sederhana.
Perasaannya berkecamuk. Tak hanya harus menghadapi kades yang terkenal memiliki kuasa semena-mena disana. Namun ia juga harus menghadapi kenangan-kenangan menyakitkan akan masalalu yang pernah ia lalui. Beberapa spot tempat telah meninggalkan luka. Meski ada untungnya pria itu sedang mendekam di penjara sehingga tak akan berhadapan langsung.
Tapi bagaimana dengan nasib gadis SMA yang putus sekolah karena ketahuan hamil itu? Nessa mengirimkan foto gadis itu. Gadis yang pernah berjumpa dengan dirinya saat menunggu Rendy keluar dari sekolah. Gadis itu ikut menyapanya dan pernah berkata bahwa 'Pak guru Rendy adalah guru yang sangat luar biasa' ucapnya memuji. Saat itu, pikir Jasmine adalah hal biasa yang dikatakan seorang murid kepada guru yang telah mengajarinya dengan baik. Semacam apresiasi. Namun saat semuanya terbongkar, kini Jasmine tau makna 'luar biasa' yang dimaksud gadis itu.
Saat itu. Aku pasti terlihat seperti orang bodoh.
Ponsel Jasmine tiba-tiba berdering.
Nessa?
“Ya, hallo Nes?“
“Min, maaf banget ya. Barusan aku terpaksa bilang ke ibu mu kalau kamu mau kesini sendirian menemui pak kades.“
Jasmine berdecak kesal, “Ck, kenapa bilang sih?“ ucap Jasmine kecewa.
“Maaf Min, habisnya ibu mu mendesak ku terus. Nggak hanya ibu mu tapi juga kakek mu. Aku bahkan sampai dimarahi habis-habisan.“
Jasmine memijat pelipisnya, “Astaga…”
“Terus gimana dong? Maaf ya Min… aku terpaksa.“
Jasmine menghembuskan napas panjang. “Sudah terlanjur. Lebih baik aku tuntaskan urusanku dulu secepatnya lalu segera kembali ke rumah sakit.“
***
Kakek sudah menandatangani surat perjanjian yang dilayangkan oleh Gyan. Kini hanya tersisa meminta persetujuan Jasmine. Tak ingin membuat ibunda Jasmine bingung dengan rencana pernikahan yang tiba-tiba. Gyan berencana untuk memberitahukannya. Hanya ibunya saja yang boleh tau. Yang lain tak boleh tau. Termasuk ayahnya Jasmine serta kedua orangtuanya Gyan. Karena jika kedua orangtua Gyan tau. Mereka pasti tidak akan setuju dan menentang keras pernikahan ini.
Saat baru saja menemui ibunda Jasmine diruang rawat inap kakeknya. Mereka justru dikejutkan dengan kabar bahwa Jasmine pergi untuk menyelesaikan masalahnya sendirian. Pantas saja perasaan ibunya sangat gelisah karena Jasmine juga tak mengangkat telpon darinya. Namun ketika mendesak sahabat putrinya akhirnya dia tau kemana tujuan putri kesayangannya itu. Kegelisahan ini semakin menjadi-jadi karena mengingat bagaimana sosok asli kades di desanya yang sangat menggilai wanita cantik dan Jasmine pernah menjadi incarannya. Ia sangat takut hal yang buruk terjadi pada putri semata wayangnya.
Bu Nayla (ibunda Jasmine) menggenggam tangan ayah mertuanya dengan perasaan kalut dan bingung harus bagaimana.
“Ayah, bagaimana ini? Anak itu pergi sendirian. Dia bisa dalam bahaya. Ayah tau sendiri kan bahwa ada beberapa orang suruhan Pak Remon (kades) yang selalu berada di sekelilingnya. Bagaimana kalau mereka justru melakukan hal buruk padanya?“ ucap Bu Nayla di iringi Isak tangisnya yang tidak keruan. Bahkan ia tak mempedulikan kehadiran Gyan serta kakeknya yang menggunakan kursi roda.
Kakek Haris terkejut mendengarnya. “Astaga cucu ku. Dia selalu saja ingin berada dibarisan depan untuk melindungi keluarganya. Aku akan menyusulnya sekarang.“
“Nggak ayah, biar aku saja!“
Gyan yang menyaksikan hal itu dan menyela pembicaraan mereka. “Lebih baik kakek tetap di rumah sakit. Biar aku saja.“
Bu Nayla baru menyadari sosok asing yang berada diruang kamar rawat inap ayah mertuanya yang sedari tadi berdiri menyaksikan mereka bersama kakeknya yang duduk dikursi roda.
Si, siapa anak muda berparas tampan yang tiba-tiba ada disini?
“Kamu siapa?“
“Saya Gyan, cucu dari Kakek David, sahabatnya Kakek Haris yang dulunya tinggal dikampung yang sama.“
Bu Nayla langsung bisa mengenali satu-satunya sahabat baik ayah mertuanya yang sering berkunjung kerumah. Bu Nayla langsung menyapanya dengan hormat.
Gyan menatap jam tangannya. “Kita nggak punya banyak waktu, kalau boleh, ibu mau menemani saya kesana? Saya nggak tau persis dimana rumah kades itu.“
“Oh! Ya, ya. Tentu saja ibu harus ikut kesana. Ah, ayah beristirahatlah. Aku akan segera kembali membawa Jasmine.“ pamitnya. “Ayo nak.“
***
Disepanjang perjalanan, Gyan sesekali melirik Bu Nayla yang terus mengepalkan kedua tangannya yang menyatu menyentuh bibirnya. Kecemasan semakin melanda tak menentu hingga terlihat jelas raut wajahnya yang keringat dingin berharap cepat menemukan putrinya.
Jarak sudah dekat. Awan yang cerah berubah menjadi mendung. Langit mulai bergemuruh menandakan bahwa sebentar lagi hujan deras akan turun. Ditambah lagi angin yang berhembus kencang menyapu jalanan dan daun-daun kering mulai beterbangan seolah menyapa kedatangan mereka di desa itu.
“Nak Gyan, nanti setelah melewati gapura, lurus terus agak jauh sampai mentok. Lalu belok kanan ya? Nanti lurus terus. Rumahnya ada di ujung yang paling besar tingkat tiga cat hitam,” tutur Bu Nayla menjelaskan.
“Oh, oke.“
Hujan deras langsung turun menghujani mereka sebelum sampai pada tempat tujuan. Mereka sudah mulai dekat dengan tempat yang ingin mereka tuju. Namun dari kejauhan. Rumah yang tak memiliki pagar itu bisa terlihat dari jauh dengan halamannya yang luas.
Nampak Jasmine berdiri menegang berseteru dengan mereka. Dihadapannya ada pria bertubuh gempal dengan perut buncit, menggunakan topi serta menghisap rokok ditangannya. Disamping kanan dan kirinya masing-masing ada dua orang pria. Jadi totalnya empat orang.
Salah satu dari mereka maju dan terus mendorong tubuh Jasmine hingga ia mundur kebelakang. Tak peduli bagaimana gadis itu menepisnya. Hingga akhirnya pria itu mendorongnya dengan lebih keras sampai Jasmine tersungkur di tanah yang penuh dengan kerikil. Mereka semua tertawa puas. Apalagi melihat tubuhnya basah terguyur hujan. Pikiran kotor mereka mulai berkelana dengan liar.
Gyan memarkirkan dengan cepat. Meminta agar Bu Nayla tetap diam dimobil. Dengan emosi memuncak ia tak sengaja menutup pintu mobil terlalu kencang hingga cukup membuat Bu Nayla tersentak.
Mereka semua yang ada disana menatap heran dan memandang tajam mengikuti arah langkah kaki panjangnya. Kemana Gyan akan berhenti dan…
Bugh!
Satu tonjokan penuh emosi melayang pada pria yang mendorong Jasmine. Pria itu tersungkur tak berdaya merasakan kesakitan yang begitu hebat seakan rahangnya mau patah. Tonjokan maut itu membuat bibirnya sedikit robek. Rasa asin mulai menyesap di lidahnya. Ia mengecek darah dibibirnya dengan jarinya.
Sontak saja, semua orang yang disana sangat terkejut melihat kedatangan serta aksinya yang tiba-tiba. Gyan melepas jas hitamnya dan menutupi tubuh Jasmine serta membantunya berdiri. Lutut gadis di hadapannya terlihat merah akibat tergores kerikil tajam hingga darahnya sedikit keluar.
Jasmine sempat terpaku menatap pria yang telah membantunya dua kali. Namun pertanyaan dibenaknya juga tiba-tiba muncul. 'kenapa dia bisa ada disini?'
Pak Remon langsung maju menatap tajam mereka berdua yang sedang diguyur hujan. Terutama Gyan. “Brengsek! Dasar bajingan!! Siapa kau berani ikut campur urusanku dengan calon istriku??“
Jasmine masih mencoba menerka-nerka, apa hubungan pria ini dengannya sampai kebetulan bertemu lagi? Dan… apa yang akan dia lakukan kali ini?
“Aku!“ Gyan menoleh ke arah Jasmine sejenak sebelum melanjutkan kata-katanya. Lagi-lagi tatapan mata yang sulit diartikan. Ia kemudian kembali menatap tajam pak kades sialan itu, “Adalah calon suaminya!“ tegasnya dengan suara lantang.
“Hahhh??“ Jasmine tercengang.
***