Ayushita Dewi, gadis berusia dua puluh dua tahun tapi memiliki tubuh yang cukup oversize. 109kg dengan tinggi badan 168cm. Kehidupannya awalnya cuek saja dengan kondisi tubuhnya yang besar itu, tapi dengan pertemuan kliennya membuat jas lengkap bernama Dewangga Aldiansyah yang cerewet itu membuat Ayushita jengah dan memutuskan untuk diet.
"Cewek kok oversize."
"Jangan usik kehidupanku yang nyaman ini, mau oversize atau ngga, bodo amat!"
Tak di sangka perselisihan masalah tubuh Ayushita itu membuat Dewa lebih dekat dan akrab dengan gadis itu. Apalagi dia melihat perselingkuhan tunangan Dewangga tunangannya membuat Ayushita dan laki-laki itu semakin dekat dan menimbulkan benih-benih cinta.
Apakah mereka akan berlanjut dengan cinta? Atau selamanya akan jadi Tom and Jerry?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummi asya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. Di Kafe
Dalam ruangan berukuran tiga kali dia setengah meter, ruang kantor Ayushita memang tidak besar. Ruangan yang hanya ada beberapa dekorasi miliknya, berbagai model baju dan juga beberapa aksesoris ada di rak lokernya.
Gadis itu sedang mencoret-coret bukunya, tepatnya sedang mendesain baju. Berbagai model pada sketsa yang di buatnya, terkadang dia buang kertas yang salah di buat. Beberapa kali tapi kembali di buat lagi. Hingga suara langkah seseorang masuk tidak terdengar.
"Mba Ayu, kok serius banget sih? Lagi bikin model baju?" tanya Dinda berdiri di dekatnya memperhatikan Ayushita mendesain baju.
"Sebenarnya aku bisa membuat desain baju perempuan, cuma karena aku malas aja dan suka model desain simpel jadilah aku tukang jahit baju laki-laki," ucap Ayushita memperhatikan desain bajunya yang sudah selesai.
"Itu bagus kok mbak gambarnya, bisa di bikin? Atau ada yang pesan khusus?" tanya Dinda.
"Ngga ada, lagi coba bikin desain baju perempuan aja. Oh ya, ada apa?" tanya Ayu.
"Oh, ini yang kemarin orang pesan jas. Katanya hari ini mau datang," jawab Dinda.
Ayushita melirik jam di tangannya, pukul sebelas tiga puluh. Masih ada waktu setengah jam di kantor, selebihnya waktu jam makan siang dia akan keluar cari makan atau hanya sekedar hangout cari inspirasi untuk bahan desain bajunya.
"Mereka datang jam berapa?" tanya Ayushita.
"Kurang tahu mbak, tapi katanya hari ini mau datang."
"Jam makan siang aku keluar."
"Kemarin dia datang di jam makan siang mbak," ucap Dinda.
"Ya sudah, aku tunggu sampai jam satu siang. Kalau belum datang juga aku tinggal."
"Oke. Oh ya mbak, yang kemarin gimana? Apa jadi pesan jas buat tunangannya?" tanya Dinda.
"Ck, dia hanya mau mempermainkan saja. Males banget ketemu laki-laki itu lagi," jawab Ayushita.
"Jadi, ngga jadi ya?"
"Dia sudah cari butik yang lain, sudah jangan pikirkan. Rejeki ngga akan kemana, kita kerja saja yang benar."
"Iya sih. Tapi kemarin ibu Ratna menelepon ke butik," ucap Dinda melirik pada bosnya.
"Mau apa?"
"Ngga tahu, cuma tanya mbak Ayu kemana aja," jawab Dinda.
Ayushita menghela napas panjang, dia sedang tenang tanpa gangguan orang itu malah meneleponnya lagi ke butik. Mengingatkan kenangan buruk di masa lalu.
"Kalau telepon lagi, abaikan saja."
"Ya kan aku ngga tahu siapa yang telepon. Kalau klien baru sih ngga masalah, mbak."
"Makanya setelah tahu dia yang telepon, matikan saja," ucap Ayu.
"Ya ngga enak mbak."
"Haish, ya sudah kalau dia tanya aku lagi. Katakan sudah mati!" ucap Ayushita kesal.
"Astaghfirullah mbak, jangan bicara begitu."
"Kamu bikin kesal aja, tinggal bilang begitu aja kok ngga enak ngga enak terus."
"Heheh. Iya mbak."
Setelah bicara seperti itu, Dinda pun keluar dari ruangan Ayushita. Gadis bertubuh besar itu menghela napas panjang menatap kepergian asistennya itu.
"Mau apa lagi perempuan itu?"
_
Ayushita sedang duduk di kafe menatap orang-orang yang masuk dan keluar di kafe, berbagai macam orang dia perhatikan. Menebak-nebak iseng usia orang-orang yang berkunjung di kafe itu.
Cukup lumayan bagus dan ramai pengunjung, Ayushita duduk sendiri di meja paling pojok. Menunggu makanan datang sambil melihat keadaan kafe yang ramai.
Di samping mejanya terdapat perempuan seperti sedang menunggu seseorang, penampilan seperti wanita karir yang cantik dan seksi. Ayu menatap pelanggan kafe di depannya sedang bersolek.
Seorang laki-laki berjalan mendekat pada perempuan itu, langsung saja di sambut dengan senyuman manis dan bahagia.
"Hai sayang, sudah lama menunggu?" tanya laki-laki menyambut pinggang perempuan itu.
"Ngga sih, yuk duduk. Aku lapar nih," ucap perempuan itu dengan manja.
"Hmm, baiklah. Oh ya, kita ketemu tidak ada yang tahu kan?" tanya laki-laki itu.
"Ngga dong, aku sudah bilang sama calon tunanganku kalau makan siang dengan bosku," jawab perempuan itu dengan manja.
"Baguslah, aku kangen sama kamu," ucap laki-laki itu mencium pipi sang perempuan.
"Aku juga kangen sayang."
"Hmm, bagaimana kalau setelah makan siang kita ke hotel?"
"Emm, boleh. Aku juga kangen dengan permainan tanganmu," ucap perempuan itu dengan genit.
"Hahah! Baiklah, kali ini aku akan memuaskanmu."
Perempuan itu tertawa manja, Ayushita awalnya risih mendengar ucapan kedua sejoli itu. Kalimat demi kalimat obrolan keduanya dengan saling memuji dan menggoda membuat gadis itu semakin risih. Hingga suara telepon menghentikan percakapan kotor keduanya.
"Halo?"
"Kamu di mana?"
"Kan aku sudah bilang, makan siang dengan pak Irwan. Sekalian meeting sayang."
"Sore ini bisa kan temani aku cari jas untuk acara kita Minggu depan?"
"Kamu masih belum dapatkan jasnya?"
"Belum. Makanya aku minta temani kamu sekalian kasih saran sayang."
"Oke, nanti aku izin sama bos dulu sore pulang cepat "
"Baiklah, thank you sayang."
"Oke. Daah."
Klik!
Sambungan telepon di putus, laki-laki di samping perempuan itu memperhatikan perempuannya dan bertanya.
"Kenapa dia?"
"Minta di temani cari jas sore ini," jawabnya.
"Belum juga dapat?"
"Entah, dia kadang susah kalau pilih baju. Aku suka kesal sama dia."
"Tapi uangnya suka kan?"
"Tentu saja, dia adalah kartu kredit ku, ATMku. Hahah!
"Lalu aku?"
"Kamu itu cintaku yang selalu pengertian padaku." ucap perempuan itu dengan genit dan bergelayut manja.
"Baiklah, kamu itu licik ya."
"Bukan licik sayang, tapi cerdas. Hahah!"
"Hahah!"
_
_
*****