NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:577.1k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

***

Instagram Author: Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 05

Pyar

Bu Mina terkejut bukan main oleh suara benda pecah, ia membuka mata tapi hanya ada kegelapan, sehingga dirinya tak dapat melihat apa-apa.

Suara napas Bu Mina terdengar nyaring, ia meraba dinding, ingin mendekati dimana tadi lampu teplok tergantung di paku.

Namun, telinganya berdenging, bulu tangan merinding, saat mendengar Gareng berbunyi nyaring.

“Pergilah! Jangan ganggu aku!” pintanya dengan intonasi nada terputus-putus. Hidungnya mencium bau anyir, tiga langkah dari posisinya berdiri terlihat asap putih tak berbentuk, sedetik kemudian besar, semakin membesar sampai berwujud sosok wanita berambut panjang hingga menyapu lantai.

Bugh.

Bu Mina terjatuh, terduduk di atas lantai papan keras, sekuat tenaga berusaha menjerit, tapi mulutnya seolah terkunci, begitu juga anggota tubuh tak bisa bergerak barang sejengkal pun.

Hi hi hi

Tawa khasnya menghantarkan rasa takut yang luar biasa, sampai dimana sosok berjubah lusuh berwarna putih kotor itu mengangkat dagu.

‘Bapak. Tolong! Tolong!’ Bu Mina ketakutan setengah mati, tapi matanya tak dapat tertutup malah melotot, ia menjerit dalam hati.

Terlebih ketika sosok di depannya menyibak rambut, kedua pipinya digerogoti belatung, bolah mata sepenuhnya putih dengan kelopak menghitam.

Hi hi hi

“Bukankah kau ingin mati, ayo sini ku percepat prosesnya!” Langkahnya mengambang, dalam kegelapan sosoknya terlihat bersinar.

‘Tidak! Pergi!’

Sekeras apapun dia menjerit, berusaha memberontak, tetap saja tak dapat bergerak dan bersuara.

Jari telunjuk berkuku runcing itu menunjuk jendela, seketika daun jendela kayu terhempas, masuklah ribuan kunang-kunang bersinar kuning kehijauan mengelilingi bu Mina.

“Akan ku antar kau berkumpul para orang kesayanganmu!”

Air mata Bu Mina sudah seperti aliran anak sungai, matanya membulat sempurna tanpa berkedip, satu, dua, tiga ekor belatung terjatuh lalu melata di wajahnya.

Tawa sosok menjijikan itu begitu mengerikan, kuku runcing nya menusuk urat leher bu Mina, sepersekian detik kemudian tubuh tua ibunya Sawitri tak sadarkan diri.

.

.

“Jangan sakiti Mamakku! Tidak!” sosok yang terbaring di atas dipan terbuat dari anyaman bambu itu terlonjak, terduduk seraya menatap sekeliling dengan pandangan rumit.

Argh!

Ia berteriak nyaring kala mendapati hanya mengenakan kain jarik yang dililitkan dari ketiak hingga bagian tengah paha.

Tubuh tidak tertutup itu ditempeli sesuatu berserat dan berwarna putih, hijau kecoklatan.

“Apa ini?” Jari telunjuk dan jempolnya mencolek sesuatu lalu menciumnya. Keningnya langsung mengernyit, dia kenal dengan bau ini. Kencur, rumput jampang dan ada campuran lainnya. Ramuan tradisional yang berkhasiat mengempeskan pembengkakan.

Kepalanya terasa ringan, dingin, lalu tangannya berusaha naik ke atas, meraba.

“Rambutku … mengapa tak ada? Kema_” suaranya terputus, sekelebat ingatan mengerikan memenuhi memorinya, di mana dia disiksa layaknya binatang. “Anakku!”

Bak orang kehilangan akal sehat, ia menjerit sekuat-kuatnya, meraba bagian perut yang kempes, meskipun kehamilannya masih terbilang sangat muda, tapi insting keibuan nya mengatakan kalau tak ada lagi janin yang menghuni rahimnya. “Tidak! Anakku!”

Bugh!

Tubuhnya terjatuh di atas lantai bertanah liat, tangannya memukuli kepala mencoba mengusir bayangan menjijikan sekaligus mengerikan. Tidak dia hiraukan rasa berdenyut pada kewanitaannya, begitupun sudut bibir yang terasa perih.

“Bapak! Mamak! Mas Hardi! Tolong Witri!” Ia seperti kehilangan daya, tak kuasa berdiri, kendali otak dan tubuhnya masih dikuasai kejadian yang entah sudah berapa lama berlalu.

Ya, sosok mengenaskan itu adalah Sawitri. Wanita yang pernah merintih, menjerit, memohon ampun, tetapi tetap disiksa, diperkosa.

“Sudah sadar ternyata. Mandilah! Agar badanmu lebih segar.”

“Siapa kau?” tanyanya seraya menatap curiga pada wanita tua, berambut putih di gelung, mengenakan kemben tali satu, dan bawahan kain jarik.

Masih dalam keadaan separuh badan terbaring di atas tanah, Sawitri mencoba mengesot menjauhi, terlihat waspada dan ketakutan.

“Tak usah takut. Nini bukan orang jahat! Muridku yang menyelamatkanmu dan Akulah yang mengobati luka-luka bekas dari perbuatan anak buah si Bahri biadab.”

Punggung tangan yang uratnya menonjol itu mengelus kepala Sawitri yang rambutnya mulai tumbuh sekian senti. “Gadis yang malang. Kecantikanmu membawa malapetaka, persis seperti putriku.”

“Maksudnya?” meskipun takut, tapi Sawitri tidak menepis tangan yang masih membelai rambut dan sisi wajahnya.

“Panggil saja Nini. Ayo kembali duduk di amben. Akan ku tunjukkan fakta sesungguhnya, pasti kau terkejut.” Ia menepuk pundak Sawitri, kemudian mengambil bokor terbuat dari logam tembaga, membawanya ke atas dipan bambu beralaskan tikar pandan.

"Tak mau! Aku mau pulang! Mas Hardi dan juga kedua orang tuaku pasti cemas mencari ku. Tolong Ni, antarkan aku pulang!” Sawitri menggeleng kuat, pertanda menolak. Berusaha bangkit dan melangkah tertatih keluar dari kamar tidak berpintu.

Akhh!

Tubuhnya menabrak dinding tepas yang terlihat rapuh, tapi anehnya tidak roboh. Matanya terbelalak, Sawitri ketakutan sampai sekujur badannya bergetar hebat.

Hi hi hi

Kuntilanak berpipi di makan belatung itu mendekati Sawitri, menjulurkan lidah runcing yang panjangnya melewati dagu. “Darah manis, tulang wangi.”

“Per_gi!” Bibir Sawitri bergetar, wajah pucat, terlebih ketika sosok mengerikan mengendus-endus sisi wajahnya.

“Kunti! Jangan kau ganggu dia!” suara Ni Dasah terdengar menggelegar.

"Kau ingin pulang? Siapa yang hendak kau temui? Kedua orang tuamu telah mati.” Bibir hitam itu menyeringai, kukunya menusuk satu ekor belatung yang keluar dari bola mata yang seluruhnya putih, lalu mengunyah layaknya makanan ringan.

"Tak mungkin!"

Hueg!

Hueg!

Sawitri meluruh, perutnya bergejolak, sungguh menjijikan melihat sosok yang pastinya bukan manusia ini.

“Kalau saja tak ku tolong, kau pasti bernasib sama seperti ku. Wanita bodoh yang mudah diperdaya oleh kata-kata manis belaka, suamimu itu tak lah sebaik yang kau kenal.” Kunti menunduk, menjatuhkan lebih dari lima ekor ulat kecil berwarna putih kekuningan yang merambat di kepala Sawitri.

“Jangan mengada-ada, suamiku laki-laki baik dan setia. Dia begitu mencintaiku!” hardik Witri, seolah melupakan ketakutannya.

Argghh!

Kunti menggeram, tangannya mencekik leher Sawitri, lalu melemparkan sosok ringkih itu ke atas dipan dan menabrak dinding tepas.

Bugh!

Akh!

Bak ikan kekurangan oksigen, Sawitri menggeliat, badannya terasa remuk redam.

“Perlihatkan padanya Ni! Biar terbuka mata yang ditutup cinta buta itu!”

Kunti melayang dan duduk di atas meja kayu, kakinya berayun-ayun, sesekali dia mengunyah belatung.

“Duduklah! Sebelum dia bertambah marah dan menyiksamu!” titah Ni Dasah sembari meletakkan baskom tembaga di tengah-tengah dipan.

Tidak punya pilihan, dan juga ia ketakutan serta badannya kesakitan. Witri bersusah payah untuk duduk, netranya tidak berani menatap makhluk menyeramkan yang dipanggil Kunti.

Ni Dasah membaca mantra, seketika air bening di dalam bokor mendidih dan mengeluarkan uap, sedetik kemudian menayangkan adegan layaknya televisi.

Terlihat empat sosok pria yang salah satunya begitu cintai oleh Sawitri. Wanita itu bergidik kala melihat wajah laki-laki yang sudah menyiksanya.

“Kalian yakin kalau dia sudah mati?”

.

.

Bersambung.

1
💕£LI P®iwanti 🦋✍️⃞⃟𝑹𝑨 🐼
kenapa tidak kau cekik saja, Lastri 😤😤
Nisa Nisa
setahu saya Lurah itu utk kepala daerah setara desa tp di wilayah kota dan diangkat oleh pemerintah tdk dipilih oleh masyarakat sebagaimana kepala desa
emma mahriana
pendi sakaw 😂
Mahrita Sartika
suka pake banget 🥰
Nisa Nisa
kejahatan iblis yg kalian balas dgn memakai bantuan iblis juga, percayalah setelah dendam terbalas kalian akan tetap harus memberi tumbal pada iblis sesembahan kalian dan itu akan mengambil orang-orang tdk bersalah apa-apa pada kalian. jadi apa beda kalian dgn mereka??
Nisa Nisa
di desa udah tuir bukan pemuda lg kalau 35 tahun itu
Nisa Nisa
Rahman memang jahat Tp sepertinya Surti tdk terlibat. Itulah jahatnya dendam utk membalasnya kadang mengenai orang yg tak bersalah
Nisa Nisa
astaghfirullah al adzim
Nisa Nisa
atas nama dendam bahkan tega menjerumuskan putri sendiri ke dasar neraka
Nisa Nisa
sama aja, demi apapun kalau yg dipuja iblis ya sesat jg namanya.
Begitulah manusia ada yg diuji dgn harta atau penderitaan semua berpulang bgm manusia menjalani ujian itu, bersyukur atau takabur bersabar atau mengikuti nafsu
Nisa Nisa
sdh deh bakal diantar ke hutan larangan 🤣🤣
Nisa Nisa
ini perang sesama pemuja iblis. dan iblis pun tertawa krn makin banyak teman ke neraka 🤣🤣
Nisa Nisa
utk memotong motong manusia 🤬
Nisa Nisa
setan mana mau rugi, manusia aja gk ada yg gratis sekarang ini pertolongannya apalagi kunti. semua tumbal itu gk akan dimakan hanya jalan agar manusia makin jahat pada sesama manusia dan menumpuk dosa utk memastikan menemani mereka ke kerak neraka
Emi Widyawati
bagus sekali
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️‍🔥
total 1 replies
Nisa Nisa
logika alur cerita ini bgm?
kejadian 15 th yg lalu.. td aku berasumsi masa umur Sawitiri baru 15 th udah kawin, eh keterangan selanjutnya saat kejadian umurnya 5 th oke jd umur Sawitri 20 th. kenapa kemudian dia mencari kakaknya, cerita ini lompat atau bgm kok aku bingung dibagian mana disebut ada kakaknya,
Cublik: Umur Sawitri saat kejadian Kakak dan orang tuanya, masih lima tahun.

Dan cerita ini dibuat saat umur Sawitri 20 tahun, baru beberapa bulan menikah dengan Hardi.

Ada kok semua ulasannya, Kak.
Terima kasih sudah membaca karya sederhana ini.
total 1 replies
Nisa Nisa
jebakan setan berhasil, satu lg manusia mau jd budaknya
Nisa Nisa
anak setan lah. Anak Nini mungkin korban entah juragan Bahri entah Hardi.
tp yg mati gk bisa balik ke dunia lagi, yg gentayangan ya setan.
emma mahriana
ceritanya ngeri2 sedap, ada rasa takut tp tetep penasaran & tetep lanjut baca
mksh thor
Cublik: Terima kasih Kakak ❤️
total 1 replies
Ass Yfa
centenge Juragan yg rudapaksa Sawitri ternyata
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!