NovelToon NovelToon
Cassanova - Dendam Gadis Buta

Cassanova - Dendam Gadis Buta

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Dendam Kesumat
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Wida_Ast Jcy

Casanova seorang gadis cantik. Namun sayang sekali dengan parasnya yang cantik ia memiliki kekurangan. Kedua matanya buta. Meski ia buta ia merupakan kembang desa. Karena kecantikannya yang luar biasa. Walaupun ia buta ia memiliki kepandaian mengaji. Dan ia pun memiliki cita cita ingin menjadi seorang Ustadzah. Namun sayang...cita cita itu hanya sebatas mimpi dimana malam itu semuanya telah menjadi neraka. Saat hujan turun lebat, Casanova pulang dari masjid dan ditengah perjalanan ia dihadang beberapa pemuda. Dan hujan menjadi saksi. Ia diperkosa secara bergantian setelah itu ia dicampakan layaknya binatang. Karena Casanova buta para pemuda ini berfikir ia tidak akan bisa mengenali maka mereka membiarkan ia hidup. Namun disinilah awal dendam itu dimulai. Karena sifat bejad mereka, mereka telah membangkitkan sesuatu yang telah lama hilang didesa itu.

"Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Karena kalian keluarga ku mati. Maka keluarga kalian juga harus mati.

Yuk...ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wida_Ast Jcy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 5. DENDAM KU BERMULA

Hujan yang turun bertambah deras, seakan semesta tau apa yang dirasakan Casanova saat ini. Keterpurukan yang sangat mendalam. Luka luka dan lebam pada tubuhnya terasa begitu pedih karena diguyur air hujan. Darah darah pun mulai mengalir dari luka luka itu.

Dengan bersusah payah ia mencoba untuk bangkit. Kini dirinya telah kotor. Kesucian yang ia jaga telah hilang dalam sekejap. Marah sedih benci bercampur satu dalam benaknya. Tak dapat lagi menyimpan senyuman yang indah dalam wajahnya.

Yah... Senyum ceria itu telah lenyap. Bukan hanya menghilang, tapi tercabik dan terbuang entah ke mana, digantikan oleh kabut pekat yang bernama amarah dan dendam. Cassanova terbaring dalam diam, tubuhnya gemetar menahan luka yang tak hanya menghunjam raga, tapi jauh lebih dalam menusuk jiwa.

Nafasnya terengah, bukan karena kelelahan semata, melainkan karena jiwanya sedang mencari pegangan, sesuatu yang bisa ia genggam agar tak sepenuhnya tenggelam dalam kegelapan.

Jemarinya ,meraba-raba tanah yang basah di sekeliling nya, mencari tongkat yang biasa menemaninya menapaki dunia tanpa cahaya. Namun yang ia temukan adalah sehelai kain kecil lembut namun terasa asing.

Kain itu dingin, berbau samar-samar mungkin parfum murahan atau peluh laki-laki yang tak dikenalnya. Tapi Cassanova tahu. Ia tahu betul bahwa kain kecil itu adalah sapu tangan yang digunakan untuk membungkam mulutnya, meredam jeritan dan perlawanan ketika ia diseret paksa oleh tangan-tangan kasar.

Ada noda kecil di ujungnya, entah darah atau tanah, tapi Cassanova tak peduli. Dalam benaknya yang berkecamuk, satu hal saja yang kini memadat kain itu adalah milik salah satu pemuda yang telah menghancurkan dunianya.

Ia menggenggam sapu tangan itu dengan erat, seolah itu adalah kunci untuk membuka pintu masa depan yang baru, masa depan yang gelap, penuh bara, dan tak lagi mengenal belas kasih.

Sakit di sekujur tubuhnya,memar di tangannya, goresan di kakinya, bahkan luka yang tak bisa disebutkan, semuanya tak sebanding dengan rasa sakit di hatinya. Ada sesuatu yang tercerabut dari dalam dirinya. Harapan. Cahaya. Cassanova merasa jiwanya telah retak, dan tak ada yang bisa menyatukannya kembali.

Dunia yang ia kenal telah runtuh. Cassanova yang dulu, gadis buta yang selalu tersenyum meski tak pernah melihat pelangi, yang menyapa setiap orang meski tak tahu wajah mereka, yang mengandalkan suara dan kehangatan untuk mengenali dunia, kini gadis itu telah mati.

Di tempatnya kini berdiri sosok baru, masih dengan tubuh yang sama, tapi jiwa yang berbeda. Hatinya mengeras, matanya meski buta menatap ke dalam kegelapan dengan ketegasan yang belum pernah ada sebelumnya.

Ia bukan lagi Cassanova yang ramah. Ia bukan lagi gadis yang bisa dimaafkan karena kelembutannya. Kini, ia adalah bara yang menyala dalam diam. Ia adalah senyap yang menyimpan badai. Di balik tubuh ringkih itu tersimpan tekad yang tak bisa dihancurkan yaitu dendam.

Akan datang waktunya, pikir Cassanova. Akan tiba hari di mana ia akan membalas semuanya. Satu per satu, para pemuda durjana itu akan merasakan perih yang lebih dalam daripada yang ia rasakan malam ini.

Bukan hanya luka di tubuh, tapi juga kehancuran di hati. Cassanova tak akan membiarkan mereka berjalan bebas. Tidak... setelah apa yang telah mereka lakukan padanya.

Dan malam ini, di antara tanah basah, luka yang masih menganga, dan kain kecil yang kini menjadi simbol luka terdalamnya, Cassanova menguburkan dirinya yang lama. Ia bangkit bukan sebagai korban, tapi sebagai pemburu.

Dan ia bersumpah dalam hati, dengan bisikan yang tak bisa didengar siapa pun, ia akan menjadi mimpi buruk bagi mereka. Bahkan mimpi buruk itu akan lebih mengerikan. Kemusnahan mereka akan dimulai.

Hujan masih mengguyur desa itu tanpa henti, mencurahkan ribuan tetes air dari langit yang kelam dan penuh murka. Angin menderu dari segala arah, menghempas dedaunan dan menggoyangkan pepohonan hingga mereka menjerit dalam bisu.

Di antara rumah-rumah tua yang berdiri berjajar dengan dinding kayu yang mulai lapuk dimakan waktu, tampak sebuah rumah sederhana beratapkan genteng tanah liat yang telah ditumbuhi lumut. Di dalamnya, seorang wanita paruh baya duduk diam di kursi kayu reyot, tubuhnya berguncang lembut seiring detak cemas yang menguasai hatinya.

Ia adalah Bu Rahmi yang sedang duduk menghadap jendela kamar yang kusam, disinari cahaya lampu minyak yang redup memantul di wajahnya yang dipenuhi guratan usia dan kerisauan. Matanya menatap keluar, penuh harap dan ketakutan.

Sesekali, tangannya yang mulai keriput menarik gorden tua yang mulai sobek di sana-sini, mengintip keluar seakan-akan bisa melihat lebih jelas dalam gelap dan derasnya hujan. Ia menanti. Menanti dua sosok yang sangat dicintainya, dua anak yang belum juga kembali sejak sore menjelang.

Angin malam semakin menggila, menusuk masuk lewat celah dinding, membawa hawa dingin dan kegelisahan. Suara petir mengguntur bertubi-tubi, menyalak dari langit yang muram dan menyambar begitu dekat hingga kaca jendela itu bergetar hebat.

Hati Bu Rahmi pun tak tenang, berdegup tak karuan. Dalam diam, ia berdoa, bibirnya bergetar lirih menyebut nama-nama anaknya.

“Ya Allah... jaga mereka... lindungi Kayano dan Cassanova” ucapnya dengan suara yang hampir tak terdengar, diselingi tarikan napas panjang yang berat.

Petir kembali menyambar, menggetarkan atap rumah. Perempuan tua itu menggenggam kain selendang yang melingkari pundaknya, mencoba menghangatkan tubuh dan hatinya.

Kecemasan telah menjadi teman akrab malam itu. Di sudut matanya, ada air yang mulai menggenang, tetapi ia tahan. Ia tidak boleh lemah. Ia harus tetap menunggu sampai anak-anaknya pulang. Tiba-tiba, sebuah suara mengguncang kesunyian rumah.

"BRUK!

Suara benda jatuh dari luar membuatnya tersentak. Jantungnya berdegup lebih cepat. Dengan langkah tergesa namun tertahan oleh usia, ia menyingkap gorden dan menatap ke luar. Samar-samar di tengah guyuran hujan, tampak sosok anak laki-lakinya.

Kayano berdiri tergopoh, memungut sesuatu di tanah. Ternyata sepeda tuanya yang tergelincir. Tubuh Kayano basah kuyup, menggigil oleh dingin dan hujan yang mengguyur dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.

“Ibu, aku pulang!” serunya, napasnya terengah dan suaranya terdengar parau, terbata-bata oleh hawa dingin dan kelelahan. Air menetes dari rambutnya, meresap ke lantai rumah yang terbuat dari papan.

Wajah sang ibu seketika berubah. Ada air mata yang kini jatuh bebas dari matanya, bukan lagi karena takut, melainkan kelegaan. Namun kecemasan belum hilang sepenuhnya.

“Dari mana saja kamu nak? " tanya Bu Rahmi dengan cemas.

"Ibu sangat khawatir dengan mu. Mbak mu juga sampai sekarang pun belum pulang lagi. Tadi pamitnya mau pergi kesurau, tapi sampai sekarang lagi belum pulang. "ujar ibunya menambahkan.

"Kemana ya...Cassanova mbak mu? Ibunya sangat takut terjadi apa apa denganya. Diluar pun hujan sangat deras. Cassanova... cepat pulang nak. "lirih nya dengan penuh kekhawatiran.

BERSAMBUNG...

1
Susi Santi
bgus
Susi Santi
up yg bnyak dong thor
Anyelir
hai kak aku mampir
mampir juga yuk kak ke karyaku
Wida_Ast Jcy: ok say. baiklah...tq ya sudah mampir dikaryaku. 🥰
total 1 replies
Susi Santi
plis lanjut thor
Wida_Ast Jcy: Hi... say. tq ya sudah mampir. Ok kita lanjuti ya harap sabar menunggu 🥰
total 1 replies
Wida_Ast Jcy
jangan lupa tinggal kan jejak nya yah cintaQ. TQ
Wida_Ast Jcy
Jangan lupa tinggal kan jejak nya disini ya cintaq. coment dan like
Wida_Ast Jcy: tq say.... atas komentar nya. yuk ikuti terus cerita nya. jgn lupa subscribe dan like yah. tq 😘
Nalira🌻: Aku suka gaya bahasanya... ❤
total 2 replies
Wida_Ast Jcy
Hi.... cintaQ mampir yuk dikarya terbaruku. Jangan lupa tinggal kan jejak kalian disini yah. tq
Wida_Ast Jcy
😘😘😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!