NovelToon NovelToon
Teka-teki Forensik

Teka-teki Forensik

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Misteri
Popularitas:769
Nilai: 5
Nama Author: sintasina

Detektif Arthur dihantui oleh kecelakaan mengerikan yang merenggut ingatannya tentang masa lalunya, termasuk sosok seorang gadis yang selalu menghantuinya dalam mimpi. Kini, sebuah kasus baru membawanya pada Reyna, seorang analis forensik yang cerdas dan misterius. Semakin dalam Arthur menyelidiki kasus ini, semakin banyak ia menemukan kesamaan antara Reyna dan gadis dalam mimpinya. Apakah Reyna adalah kunci untuk mengungkap misteri masa lalunya? Atau, apakah masa lalu itu sendiri yang akan membawanya pada kebenaran yang kelam dan tak terduga? Dalam setiap petunjuk forensik, Arthur harus mengurai teka-teki rumit yang menghubungkan masa lalunya dengan kasus yang sedang dihadapinya, di mana kebenaran tersembunyi di balik teka-teki forensik yang mengancam kehidupan mereka keduanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sintasina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Merepotkan dan Menyebalkan

Hujan masih gerimis saat Reyna meninggalkan apartemennya. Ia masuk ke mobilnya, mencoba untuk menyingkirkan kenangan masa lalu yang baru saja menghantuinya. Ia menyalakan mesin mobil dan mengemudi menuju alamat yang dikirimkan Inspektur Jaxon melalui pesan teks. Jalanan kota yang basah terlihat sedikit lebih sunyi dari biasanya. Hanya suara rintik hujan dan musik halus dari radio mobil yang menemani perjalanannya.

Setelah beberapa waktu, Reyna tiba di sebuah apartemen yang terletak di dekat jalur kereta api. Lokasinya agak terpencil, dikelilingi oleh bangunan-bangunan tua dan kumuh. Suara kereta api yang melintas sesekali terdengar nyaring, menciptakan suasana yang sedikit mengerikan. Apartemen Arthur ini berbeda jauh dengan kantor detektif yang bersih dan rapi. Ini adalah salah satu dari banyak apartemen Arthur, tempat yang sering ia kunjungi ketika mabuk.

Bangunan apartemen itu tampak tua dan usang, cat temboknya sudah banyak yang terkelupas. Reyna memasuki apartemen itu dengan hati-hati. Bau alkohol dan asap rokok kuat tercium di udara. Ruangan berantakan, botol-botol minuman beralkohol kosong tersebar di mana-mana. Pakaian Arthur tersebar di lantai, menunjukkan betapa tidak teraturnya Arthur ketika mabuk. Di salah satu sudut ruangan, Reyna melihat sebuah meja kecil yang dipenuhi dengan berbagai macam barang tidak beraturan, seperti buku, kertas, dan bungkusan makanan cepat saji. Suara kereta api yang melintas di dekat apartemen itu membuat suasana semakin menegangkan. Reyna merasa sedikit takut dan tidak nyaman berada di tempat ini. Ia mencoba untuk mencari Arthur, namun ia hanya menemukan kekacauan di sekelilingnya. Debu tebal menutupi permukaan meja dan lantai, menunjukkan betapa lama apartemen itu tidak dibersihkan. Jendela apartemen itu terbuka sedikit, membiarkan angin dingin dan hujan masuk ke dalam ruangan. Suasana apartemen itu mencerminkan keadaan Arthur yang berantakan dan tidak terkendali. Reyna berharap ia dapat segera menemukan Arthur dan membawanya ke tempat yang lebih aman.

Reyna masih sibuk mengamati kekacauan di ruang tamu apartemen Arthur, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh bahunya. Mata Reyna langsung melebar, seketika pikirannya melayang ke berbagai skenario terburuk. Ia bersiap untuk melakukan pertahanan diri, namun sebelum ia bereaksi, suara familiar menghentikan gerakannya.

"Reyna…"

Suara itu adalah suara Inspektur Jaxon. Reyna langsung berbalik, melihat Inspektur Jaxon berdiri di belakangnya dengan ekspresi yang sedikit lelah. Merasa lega karena bukan seorang penjahat, Reyna menghela napas lega.

"Inspektur… Anda mengagetkan saya saja," kata Reyna, suaranya menunjukkan sedikit kekhawatiran dan kelegaan.

Inspektur Jaxon hanya menggelengkan kepalanya, "Arthur ada di kamarnya. Tolong kau jagalah dia untuk sementara. Aku punya urusan saat ini," katanya dengan nada yang terburu-buru. Reyna tahu Inspektur Jaxon lagi-lagi menggunakan alasan 'urusan' itu. Ia mengerutkan keningnya. Ia tahu Inspektur Jaxon hanya takut pada istrinya jika pulang terlalu malam.

Reyna memutar matanya, mengeluarkan suara gerutuan yang nyaris tak terdengar. Ia kemudian berjalan menuju kamar Arthur. "Selalu saja aku. Pria itu selalu membuat masalah, dan aku yang harus menanggungnya juga," gumamnya sambil membuka pintu kamar Arthur. Bau alkohol yang lebih kuat tercium di dalam kamar, menunjukkan betapa mabuknya Arthur. Ia bersiap untuk menangani situasi yang mungkin tidak akan mudah ini.

Reyna membuka pintu kamar Arthur perlahan. Di dalam, Arthur duduk di pinggir ranjang, tatapan matanya yang tajam tertuju pada Reyna. Meskipun dalam keadaan mabuk—wajahnya memerah dan matanya sayu—tetapi tatapannya masih tampak mengintimidasi. Reyna melangkah masuk dengan hati-hati, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa takut atau gugup. Suasana kamar Arthur sama berantakannya dengan ruang tamunya. Pakaian dan barang-barang tersebar di mana-mana, menciptakan suasana yang sesak dan tidak nyaman.

Di sisi lain, Arthur menatap tajam ke arah sosok yang baru saja memasuki kamarnya. Pandangannya sedikit kabur karena pengaruh alkohol. Ia berkedip-kedip beberapa kali, mencoba untuk memfokuskan pandangannya. Wajah orang itu tampak sedikit familiar. Setelah beberapa saat, pandangannya mulai jelas. Ia mengenali orang itu. Itu adalah Reyna.

Arthur langsung mendengus, "Cih, kenapa kau lagi? Aku bosan melihat wajahmu." Suaranya terdengar berat dan sedikit sengau karena mabuk.

Mendengar ucapan Arthur, mata Reyna berkedut. Alisnya berkerut, menunjukkan rasa jengkel. Memangnya Arthur pikir ia ingin melihatnya? Ia hanya terpaksa datang ke sini. Setidaknya, ia mau berbaik hati untuk datang membantu.

"Kau pikir aku tidak bosan melihatmu? Aku sangattt bosan," balas Reyna, menekankan kata 'sangat' dengan nada yang tajam. Ia melipat tangannya di depan dada, menunjukkan sikap tidak suka yang jelas. Tatapannya menunjukkan bahwa ia tidak menghargai perkataan Arthur yang kurang ajar tersebut. Ia berharap Arthur dapat sedikit lebih menghargai kesediaannya untuk datang membantu, meskipun ia tahu bahwa itu adalah tugasnya sebagai rekan kerja. Namun, ucapan Arthur telah menunjukkan ketidakpeduliannya dan juga sikap kurang ajarnya.

"Yah… seratus persen aku bosan melihat wajah jelekmu itu," kata Arthur, suaranya sedikit tersendat-sendat karena mabuk. Meskipun Reyna sudah tahu sikap Arthur yang selalu sinis dan menyebalkan, tetap saja perkataannya itu berhasil membuat Reyna kesal.

Reyna membalas dengan nada yang sama sinisnya, "Wajahmu lebih jelek dariku, sangat jelek!" Ia menekankan kata 'sangat' untuk menunjukkan seberapa besar kejengkelannya. Tatapan matanya tajam dan menunjukkan bahwa ia tidak akan menyerah pada perdebatan sinis ini. Ia bersiap untuk mempertahankan diri dari serangan verbal Arthur yang mungkin akan semakin intens. Perdebatan sinis ini telah menjadi bagian dari hubungan kerja mereka. Meskipun kadang-kadang melelahkan, tapi itu juga menjadi cara mereka untuk saling berinteraksi, setidaknya dalam keadaan seperti ini. Reyna menunggu balasan Arthur selanjutnya, siap untuk mengatasinya dengan sinisme yang sama tajamnya.

Arthur perlahan berdiri dari ranjang, tapi ia tidak mendekati Reyna. Ia hanya berdiri di sana, menyilangkan kedua tangannya di dada. Sikapnya agak menantang, meskipun keadaannya masih mabuk.

"Aku? Jelek?" Arthur tertawa, suaranya bercampur dengan nada mengejek. Ia berusaha untuk terlihat gagah, namun gerakannya masih tampak goyah karena pengaruh alkohol. "Kau harus tahu, banyak wanita yang mengantri demi diriku…" Ia berkata dengan nada sombong, menunjukkan kesombongan yang sudah lama ia pendam. Arthur memang kadang bisa bersikap sangat sombong, karena ia sadar akan ketampanannya sendiri. Ia merasa diri lebih unggul daripada orang lain.

"Sedangkan kau? Pasti tidak ada yang mau mendekatimu. Wajar saja jika sampai sekarang kau masih jomblo," lanjut Arthur, tertawa mengejek. Ia menatap Reyna dengan tatapan yang penuh dengan sinisme. Ia mencoba untuk menyakiti Reyna dengan kata-katanya, menunjukkan sikapnya yang tidak peduli pada perasaan orang lain. Arthur terlalu tenggelam dalam dunia ego dan kesombongannya. Ia tidak sadar bahwa perkataannya bisa sangat menyakiti orang lain. Reyna hanya bisa menatap Arthur dengan ekspresi datar, mencoba untuk menahan amarahnya. Ia tahu bahwa Arthur sedang mabuk, namun perkataannya tetap sangat menyinggung.

1
Legato Bluesummers
Gak kepikiran sama sekali kalau cerita ini bakal sekeren ini!
Sâu trong em
Cerita yang menghanyutkan.
SugaredLamp 007
Gak bisa berhenti! Pagi siang malam cuma baca ini terus!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!