NovelToon NovelToon
Bukan Berondong Biasa

Bukan Berondong Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Identitas Tersembunyi / CEO / Romantis / Cinta pada Pandangan Pertama / Berondong
Popularitas:12k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Semua ini tentang Lucyana Putri Chandra yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucyana berani jatuh cinta lagi?
Kali ini pada seorang Sadewa Nugraha Abimanyu yang jauh lebih muda darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sleepwalking

Kata-kata yang keluar dari mulut Dewa membuat udara di ruang tamu terasa membeku.

“Gue bukan pembunuh…” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar.

Lucy tercengang, matanya membulat tak percaya mendengar kalimat itu keluar dari bibir Dewa.

Astaga… apa maksudnya? Apa dia ngigau? batinnya bergemuruh, menatap pria itu yang duduk terpaku dengan tatapan kosong.

Pelan, Lucy melambai-lambaikan tangan di depan wajah Dewa.

Tak ada reaksi. Pandangan Dewa tetap menembus kosong ke arah lantai, napasnya teratur, seolah jiwanya berada entah di mana. Saat itulah Lucy sadar. Dewa sedang tidur sambil berjalan.

Keesokan paginya, suasana dapur terasa tenang. Aroma nasi goreng dan kopi memenuhi udara. Lucy duduk di meja makan sambil menyuap sarapannya, berusaha bertingkah seperti biasa. Dewa yang baru saja duduk di hadapannya menatap tangan Lucy sekilas, lalu alisnya berkerut. Beberapa jari Lucy terbalut plester.

“Ini kenapa?” tanya Dewa, suaranya tenang tapi matanya penuh perhatian. Ia meraih tangan Lucy dan memeriksa jari-jarinya.

Lucy sedikit gugup, berusaha menarik tangannya perlahan.

“G–gak apa-apa kok,” jawabnya cepat. “Tadi pas motong bahan sarapan, ke gores pisau dikit.”

Dewa menghela napas pelan. “Ish.. hati-hati makanya,” gumamnya lembut sambil menatapnya lama. Seperti memastikan bahwa Lucy benar-benar baik-baik saja.

Lucy tersenyum tipis, meski hatinya sempat berdegup keras. Andai lo tau, bukan pisau yang bikin tangan gue kaya gini....

Semalam, saat hendak menyeka air mata di pipi Dewa, Lucy mendekat pelan, tapi tiba-tiba tubuh pria itu menegang. Tanpa aba-aba, Dewa berdiri begitu cepat hingga Lucy tersentak mundur dan hampir kehilangan keseimbangan.

“Dewa?” panggil Lucy pelan.

Namun tak ada respons. Tatapan Dewa kosong, wajahnya pucat diterangi cahaya lampu temaram. Ia melangkah melewati meja ruang tamu—

PRANG!!

Vas bunga di ujung meja terjatuh, pecah berantakan di lantai. Air dan kelopak bunga tersebar di antara pecahan kaca yang berkilat. Lucy refleks membeku sesaat, lalu buru-buru merangkak mendekat.

“Kaki lo bisa kena…” gumamnya panik.

Tanpa pikir panjang, ia menggeser pecahan vas ke pinggir dengan tangan kosong agar Dewa bisa lewat tanpa terluka.

Dewa berjalan perlahan menuju kamar, lalu menghilang di balik pintu—dan beberapa detik kemudian, terdengar suara ranjang berderit pelan. Ia kembali tidur, seolah tak terjadi apa-apa.

Lucy terdiam di ruang tamu, napasnya memburu. Saat rasa perih di tangannya baru terasa, ia mendesis pelan.

“Aww...!" Lucy meniup-niup jarinya yang berdarah tipis karena serpihan kaca. Tatapannya kemudian berpaling ke arah kamar.

Apa yang sebenarnya lo sembunyiin, Dew…?

...****************...

Sarapan pagi itu berakhir dengan rutinitas masing-masing. Lucy berangkat kerja, sementara Dewa menuju kampus.

Sesampainya di kantor, Lucy kembali tenggelam dalam tumpukan berkas dan laptopnya. Namun pikirannya terus melayang pada kejadian semalam. Lucy menggigit bibir bawahnya, pandangannya kosong menatap layar komputer yang bahkan belum menyala.

Tiba-tiba—

“Dor!”

Suara keras dari depan pintu membuatnya sedikit tersentak dari kursi. Lucy memegangi dadanya. “Astaga, Detri! Ketok pintu dulu bisa nggak sih!”

Detri terkekeh sambil bersandar di pintu. “Udaah kali, lo-nya aja yang nggak sadar. Lagian lo lamunin apaan sampe bengong segitunya?”

Lucy buru-buru menunduk, pura-pura sibuk dengan mouse di tangannya. Ia yang sejak tadi terlihat tak fokus akhirnya menatap Detri dengan serius.

“Lo tau tentang sleepwalking nggak? Biasanya faktor penyebabnya tuh apa sih?” tanyanya hati-hati, berusaha terdengar santai padahal pikirannya sedang sibuk menebak-nebak tentang Dewa.

Detri mengerutkan kening. “Sleepwalking? Maksud lo yang tidur sambil jalan itu?”

Lucy mengangguk pelan.

Detri berjalan mendekat kemudian menyandarkan tubuhnya di sofa ruang kerja Lucy, menatap langit-langit seolah mencoba mengingat.

“Hmm… gue nggak tahu pasti sih, karena belum pernah liat langsung. Tapi yang gue tahu, sleepwalking itu biasanya bisa terjadi karena stres, kurang tidur, atau ada trauma masa lalu.”

Lucy mengangkat wajahnya, menatap Detri lebih dalam. “Trauma?”

Detri mengangguk pelan. “Iya. Kadang orang yang punya tekanan berat atau rasa bersalah besar, bawah sadarnya kayak... ‘aktif’ pas dia tidur. Jadinya tubuhnya bisa bereaksi tanpa dia sadar.”

Lucy terdiam, jari-jarinya tanpa sadar menggenggam pulpen di tangannya erat.

Stres... trauma... rasa bersalah besar...

Semua kata itu terasa menancap di benaknya, membuat bayangan wajah Dewa semalam kembali terlintas—wajah yang rapuh dan penuh luka, disertai gumaman lirih yang masih membekas di telinganya.

“Gue bukan pembunuh.”

Detri menyipitkan mata curiga.

“Lagian tiba-tiba banget lo nanyain hal kayak gini. Emang kenapa?”

Lucy cepat-cepat menggeleng. “Ah, enggak. Itu tadi malem gue nonton drama china The First Frost, pemeran ceweknya kan sleepwalking juga. Jadi kepo aja gue gitu..."

Nada suaranya terdengar terlalu santai, tapi jelas itu cuma pengalihan.

Detri mengangguk-angguk, meski tatapannya masih penuh tanya. Belum sempat Lucy menarik napas lega, suara seseorang terdengar dari arah pintu.

“Lagi rumpi apa nih?? Ikutan dong!”

Ahmad muncul dengan gaya sok akrabnya.

Lucy melotot kecil. “Kepo lo!”

“Dih, main rahasia-rahasiaan nih sama gue!” goda Ahmad sambil melirik Detri. “Udah ah, yuk kita cari makan siang!”

Ahmad mengulurkan tangan ke Detri.

“Yuk!” sahut Detri tanpa ragu, menyambut uluran tangannya. Keduanya langsung berjalan keluar ruangan sambil bercanda.

Lucy menatap pemandangan itu dengan ekspresi tak percaya.

“Loh...sejak kapan mereka berdua deket?? apa yang udah gue lewatin ini?!” gumamnya tak terima. Melihat keduanya semakin menjauh, Lucy berseru, “Hei, tunggu! Gue juga mau ikut!”

Ia pun berlari kecil menyusul Ahmad dan Detri yang sudah tertawa di ujung lorong.

...****************...

Sementara itu, di kantin kampus Universitas Pasundan. Dewa sedang makan siang bersama grup “Timtam” — sebutan untuk grupnya yang mempunyai singkatan "Tim Tampan" karena ketampanan anggotanya yang sudah terkenal seantero kampus Universitas Pasundan.

Ryan menatap nampan makannya dengan ekspresi kecewa.

“Nih kantin menunya gini amat sih? Kayak menu MBG, jir. Mending gue ke warung Bi Eem aja beli nasgornya yang segunung.”

Bayu langsung nyeletuk sambil menunjuk nampan Ryan yang isinya tinggal sedikit.

“Udah sih, syukuri aja. Besok-besok makanya gercep. Lo ngeluh tapi apatuh liat abis juga tinggal sisa tulang ayam doang.”

Ryan cengengesan, sementara Dewa hanya geleng-geleng kepala.

“Banyak protes lo pada. Makan aja yang ada. Nanti kalo masih laper kan bisa nongkrong dulu, baru balik kelas.”

Tawa kecil terdengar dari meja itu. Arka, yang duduk di ujung, hanya tersenyum tipis sambil memainkan ponselnya, menikmati suasana santai siang itu.

Tiba-tiba, suara getaran ponsel memecah riuh kecil mereka. Dewa melirik layar, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Sebuah pesan baru masuk dari nomor tak dikenal.

Pesan itu lagi..

“Pembunuh gak pantes bahagia. Mati aja lo.”

Jemarinya refleks mengencang di sekitar ponsel. Tawa teman-temannya masih terdengar samar di sekeliling, tapi suara itu seakan mengabur di telinganya.

...----------------...

Lucy dibuat penasaran dengan apa yang terjadi pada dewa, kalian penasaran juga gak sih kayak Lucy, guys? 🙄

Teror untuk dewa pun masih belum berakhir. Kira-kira siapa ya? 😟

Pantengin terus kelanjutan kisah Dewa-Lucy. Jangan bosan-bosan yaa 😘

Jangan lupaaaa , untuk tinggalkan jejak bisa berupa vote, like, dan komentar ya teman-teman. Karena vote like komentar yang kalian berikan berarti untukku 🥰

Apalagi, gift boleh banget tuh ehehe 😋

Terimakasih! 💕

1
nuraeinieni
berarti tiap hari dong nih peneror ganti no;hanya ingin meneror dewa,habis di pake langsung di buang,jd nggak bisa di lacak siapa peneror nya.
Iqueena
orang gak ngapa2in juga 😭. Tapi gppa lah, lebih baik bgtu🤣
Iqueena
kirain lu yang lepas 🤣
Jemiiima__: kali ini dewa msh suci /Facepalm/
total 1 replies
Iqueena
coba lanjut tidur udah mimpi indah itu 😭
Iqueena
Gayamu lucyyyy🤣
Iqueena
huhhhhh, syukur dewa datang tepat waktu
Nuri_cha
Dewa blm bilang sapa2 ya kalo dia dah nikah?
Nuri_cha
mulai berasa cemburu ya Luc?
Nuri_cha
ternyata dewa punya mata batin. bisa liat dgn mata tertutup. wkwkwkwk
Nuri_cha
Aaah, knp bilangnya pas Lucy pingsan. dia gak denger atuh Wa. nnt ulang ya kalo dah bangun
Xlyzy
Ahhh mati aja Lo di penjara situ
Xlyzy
ugh mantep
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝
semngat lucy ☺ semoga keadilan menyertaimu ya🫂
@pry😛
cp sih.... bs jlskn np bgt
Drezzlle
Dewa mana mau nomor bininya di kasih temennya /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
cemburu nggak sih mbak Lucy 🤣
Shin Himawari
seleksi berkasss dulu ya siss kandidat calon pacar🤣
Shin Himawari
untung aja ketauan sebelum nikah kalo ni laki selingkuh ishh sok ganteng luuu
Shin Himawari
mama dea ya 🥲 masih ajaa ngeles
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
sekuat-kuatnya yg kelihatan diluar setiap orang punya sisi rapuhnya 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!