NovelToon NovelToon
Bringing Back My Ex Wife

Bringing Back My Ex Wife

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:40.4k
Nilai: 5
Nama Author: moon

WARNING❗

CERITA INI BUAT YANG MAU-MAU SAJA.

TIDAK WAJIB BACA JUGA BILA TAK SUKA.

⚠️⚠️⚠️

Setelah hampir satu tahun menjalani pernikahan, Leon baru tahu jika selama ini sang istri tak pernah menginginkan hadirnya anak diantara mereka.

Pilihan Agnes untuk childfree membuat hubungannya dengan sang suami semakin renggang dari hari ke hari.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Debby, sahabat Leon yang sekian lama menaruh rasa yang tak biasa pada Leon.

Badai perpisahan pun tak bisa mereka hindari.

Tapi, bagaimana jika beberapa tahun kemudian, semesta membuat mereka kembali berada di bawah langit yang sama?

Bagaimana reaksi Leon ketika tahu bahwa setelah berpisah dari istrinya, Leon tak hanya bergelar duda, tapi juga seorang ayah?

Sementara keadaan tak lagi sama seperti dulu.

"Tega kamu menyembunyikan keberadaan anakku, Nes." -Leonardo Alexander-

"Aku tak pernah bermaksud menyembunyikannya, tapi ... " -Leony Agnes-

"Mom, where's my dad?" -Alvaro Xzander-

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memori Kereta Gantung

#26

“Pelan-pelan minumnya,” tegur Agnes ketika Al buru-buru minum setelah usai naik bumper car. 

“Sorry, Mom. Habis mainnya seru banget,” kata Al seraya melirik Leon yang juga sedang minum. 

“Let's go, kita naik kereta gantung.” 

Dengan penuh semangat, Al kembali menggandeng tangan Leon, menuju antrian kereta gantung. 

Agnes hanya jadi pengawal, walau beberapa kali Leon menawarinya ikut naik salah satu wahana bersama-sama. Namun, wanita itu terus merasa enggan dan segan ikut bergabung dalam kebahagiaan Al dan mantan suaminya. 

Setelah beberapa saat menanti, akhirnya kereta gantung mereka pun tiba. “A-aku tunggu di sini,” tolak Agnes gelagapan, ketika Leon menyeret tangannya, hingga wanita itu terpaksa masuk ke dalam box kereta gantung yang akan membawa mereka melintasi wahana taman hiburan dari atas. 

Namun, Leon tak mau melepaskan genggaman tangannya. 

“Tidak ada penolakan! Sejak tadi Al terus bertanya padaku, kenapa kamu tak mau ikut menikmati permainan. Iya, kan, Al?” 

Seolah kompak dengan sang ayah, Al pun mengangguk. “Masa’ Mommy cuma jadi bodyguard aku dan Uncle, nggak seru.” 

Senyum Agnes terbit, “Bukankah Mommy cantik jika tersenyum?” puji Leon, namun, Agnes merasa sedang di sindir. Karena sejak tadi ia memasang wajah datar. 

“Yeah, I agree,” sahut Al. 

Plak! 

Kedua pria itu kembali tos tanda sepakat dengan satu pendapat yang sama. 

“Waaahh! Jelas sekali jika dilihat dari sini!” pekik Al, “Uncle, lihat, tadi kita naik bianglala yang itu, kan?”

“Benar sekali!” balas Leon seraya mengacak rambut Al yang basah karena keringat. “Apa yang kamu rasakan ketika naik bianglala itu?” 

Al mengerucutkan bibirnya, jari-jari kecilnya menggaruk hidung ketika otaknya sibuk berpikir. “Ketika naik, ku pikir dia tak akan kuat membawa begitu banyak orang, tapi ternyata aku bisa sampai di atas juga.” 

Wajah Al mulai kemerahan karena sinar matahari yang menerpa wajahnya, tapi senyuman itu begitu lebar, membuat kedua orang tuanya merasa bersalah, karena tak mampu mewujudkan keluarga utuh untuknya. 

Agnes meraih selembar tisu dari dalam tasnya, “Anak Mommy bahagia sekali,” katanya sambil mengeringkan keringat di wajah dan leher Al. 

“Oh, iya. Aku lupa memberitahu, tadi ada telepon.” Agnes mulai sedikit mencair, ia menyerahkan ponsel Leon pada pria itu. Dan mencoba tak ambil pusing dengan apa yang tadi ia lihat. 

Sementara Leon hanya melirik acuh pada ponselnya, tak sampai membuka kunci layar ponsel, Leon kembali memasukkan benda tersebut ke dalam tas Agnes. 

Hembusan angin di udara masuk kedalam gondola melalui sela jendela yang sengaja dibuka, beberapa saat mengudara Al mulai merasa lelah, hingga terlelap bersandar di bahu Leon. “Sepertinya, untuk urusan tidur, dia sepertimu.”

Agnes menanggapinya dengan senyum tipis, wanita itu mengumpulkan sampah tisu, kemudian memasukkannya dalam kantong kresek berisi sampah gelas minuman.

Duduk berhadapan di dalam ruangan sempit berukuran 1,5 m x 1,5 m membuat kecanggungan semakin kentara, apalagi Al yang semula berisik dan mengomentari apa saja tiba-tiba terlelap. 

Leon melebarkan jendela, karena mulai merasa bahwa di dalam ruangan sempit itu terasa semakin pengap. “Pengap sekali,” gerutunya, “Terakhir kali kita naik gondola udaranya terlampau dingin hingga kamu minta semua jendela di tutup.” 

“Entah, aku sudah lupa,” kata Agnes, namun rona di wajahnya tak bisa di sembunyikan. 

“Ya, memang sudah lama, tapi kurasa itu momen bulan madu yang tak mudah dilupakan,” cetus Leon, kembali memancing Agnes agar mengingat momen di awal-awal pernikahan mereka dahulu. 

Saat itu Agnes mengalami hipotermia karena berada di pegunungan yang diselimuti salju, jadi terpaksa mereka kembali ke Hotel, untuk menghangatkan tubuh dengan selimut dan juga makanan. 

•••

“Ini, minum sup dulu, biar tubuhmu hangat,” kata Leon, sambil meninggikan bantal Agnes. 

Pria itu dengan telaten menyuapi istrinya dengan semangkuk sup, agar Agnes tak lagi menggigil. “Ma-sih di-dingin,” keluh Agnes dengan suara putus-putus, karena tubuhnya gemetar menahan dingin yang menusuk. 

Padahal sup sudah hampir habis, tapi Agnes masih menggigil dan wajahnya semakin pucat nyaris kebiruan. “Haish, tak ada jalan lain.” 

Leon membuka pakaian atasnya, begitu pula pakaian sang istri. Kemudian bergabung di bawah selimut untuk melakukan skin to skin, sebagai solusi terakhir. 

“Mau apa kamu?” rengek Agnes kesal, karena di saat dirinya tak baik-baik saja, Leon masih berpikir untuk melakukan hal yang lainnya. 

“Percaya saja pada dokter pribadimu.”  Leon menghempaskan pakaian 3 lapis yang dikenakan Agnes untuk menghalau udara dingin. 

“Iya, dokter pribadiku adalah dokter mesum,” gerutu Agnes, namun demikian, setelah beberapa saat kulit mereka saling bersentuhan, wanita itu segera meringkuk nyaman di pelukan suaminya. 

“Merasa lebih hangat?” bisik Leon, telapak tangan pria itu menggosok punggung Agnes yang masih terasa dingin. 

“Hmm, tubuhmu hangat, Dok.” Agnes semakin merapatkan tubuhnya, kemudian mendongakkan kepalanya. “Nyaman sekali, kenapa tak sejak tadi?” bisik Agnes. 

“Karena aku tak mau, kamu berpikir aku mesum karena melakukan hal ini,” jawab Leon sok bijak, padahal sejak merencanakan perjalanan ini, karena udara di Swiss paling cocok untuk pasangan pengantin baru. 

Karena mereka bisa terus berada di balik selimut untuk menghangatkan tubuh. “Heleh, kamu pikir aku percaya,” sindir Agnes. 

Leon terkekeh, “Terbaca dengan jelas, ya?” Leon tak berusaha menampik tuduhan, toh, tak salah mesum pada istri sendiri. 

“Sangat,” jawab Agnes dengan suara berbisik syahdu, serta ciuman tipis di bawah dagu suaminya. “Tapi terimakasih, Dok. Solusi Anda membuatku merasa hangat.” 

Leon menunduk menatap wajah Agnes yang kini mendongak menatapnya. “Jadi, boleh aku minta bayarannya sekarang?” 

Dan jawaban Agnes menerbitkan senyum bahagia di wajah Leon, sepasang pengantin baru itu pun hanyut dalam pusara kebahagiaan mereka. Agnes mendapatkan kehangatan yang ia butuhkan, sekaligus bisa meladeni hasrat suaminya yang masih menggebu-gebu, harap maklum, saat itu mereka pengantin baru. 

•••

“Jangan membicarakan hal itu, tidak etis. Apalagi kita bukan suami istri lagi,” kata Agnes tak ingin meracuni pikirannya dengan kenangan masa lalu. Terlebih kini acara lamarannya sudah di depan mata. 

“Kenapa tidak etis, aku hanya menunggumu berkata ‘iya’.” 

“Iya, untuk?” 

“Melanjutkan kembali pernikahan kita.” 

Agnes tersenyum pahit, masalah yang lalu saja belum terselesaikan, mana bisa melanjutkan hubungan? 

“Maaf, tak akan ada kata ‘iya’.” 

“Kenapa? Ada Al diantara kita?” 

“Masalah kita, tak sesederhana itu.” 

“Kalau begitu, mari uraikan satu persatu, agar kita bisa—” 

“Sudah terlambat untuk diuraikan,” sela Agnes menghentikan ucapan Leon. “Karena sekarang—” Agnes tak melanjutkan ucapannya. 

“Sekarang apa?” 

Belum sempat Agnes menjawab, kereta gantung tersebut, sudah berhenti di stasiunnya. 

###

Salahkan keretanya, kenapa udah berhenti, padahal belum selesai ngomong. 🥱

1
Sh
kalau ga datang..kamu masih aman...karena udah beli tiket...siap siap demit...mau di dinamit...booommmm...gosong..the end.....apa masukin kuali aja ???lagi jalan ..ngomel ngomel...di samping ada kuali pisang goreng Pontianak yang gede itu....jahat ya aku...
Rahmawati
ternyata al jg denger obrolan mamanya sama rama
Arieee
semoga menemukan jalan terbaik👍👍👍👍👍👍👍👍
Esther Lestari
kamu gak have fun ya Agnes....jawabanmu bikin Leon nyesek.
Al mendengar saat Agnes bilang daddy.

sudah gak naik kereta gantung tapi masih digantung thor😂
Esther Lestari
beli karcis lagi 1x putaran, biar obrolannya berlanjut🤭
moon: nah, Leon gak kepikiran itu 🤣🤣🤣
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
ya Allah di suruh nunggu 🥹🥹🥹🥹
Bu Ninin
heemmm... baby moon sukanya nggantung 🤭
Bunda Aish
senenge lah di gantung-gantung ngene 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
jujur aja Nes 😔
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
Dih ada ulet bulu 😏
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ ☘𝓡𝓳
didikan yg bagus 👍🏻
Bunda Idza
salahnya ngomong nya mbuletttt aja
DozkyCrazy
up lagi donk kak
Rahmawati
lanjuttt
Rahmawati
hayo leon, pengen liat gimana sikapmu ke Agnes setelah debby datang
Gita mujiati
👍👍bagus ceritanya menarik
Lovita BM
sumbunya lsg dicelupin Aer ajah, biar kapok sekalian, ngrusak rumah tangga orang, memisahkan anak ayah 😡
Arieee
selama Mak lampir Debby masih menempel kayak lintah jangan harap bisa sama Agnes, si Leon lemot😡😡😡😡😡😡😡
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!