"Heh, anak sialan! Pergi kamu dari
rumah ini. Keluar!! Gak sudi aku
nampungmu lagi!!" usir Bu Elanor.
membuat Alvin yang sedang melamun
segera terperanjat.
"Berhenti bicara yang tidak-tidak
Ela!!" hardik pak Rohman.
"Kamu pilih aku dan anak anak yang
keluar apa anak sialanmu ini yang keluar
pak!?" teriak Bu Elanor membuat pak Rohman terkejut.
Beliau tak pernah berfikir akan
dihadapkan pada situasi se rumit ini.
"Alvin yang akan keluar pak buk"
ucap Alvin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fantastic World Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 Berangkat Bareng
Jalan raya yang sudah tak digunakan
sebagai jalur utama, yang biasanya sepi,
nyatanya semakin malam semakin ramai,
tersulap menjadi arena balap.
Riuh penonton mendukung masing
masing jagoannya, membuat adrenalin
Alex semakin terpacu, ketika mengendarai
motor sportnya di kecepatan tỉnggi.
Hobi Alex yang ia sembunyikan, sebab
sang mama akan marah besar, jika sampai
ketahuan. Sementara Alvin yang
awalnya tak tertarik sedikitpun, lambat
laun mulai menikmati suasana.
Dilihatnya sekeliling, para remaja
seusianya, menaiki sepeda motor bagus-
bagus dan tampak keren. Alvin tak
merasa iri, ia hanya mengamati. Itu saja.
Raungan suara mesin motor yang
tadinya sempat menghilang karena sudah
menjauh, kini mulai terdengar lagi,
artinya mereka akan segera sampai ke
garis finish.
Alvin pun menajamkan
penglihatan, siapa gerangan yang akan
menjadi nomor l di balapan sesi pertama
kali ini. Dari jauh samar terlihat sosok
yang tak asing mengungguli. Lalu dalam
sekejap melewati garis finish.
Benar saja Alex lah pemenangnya.
Dengan gaya tengilnya Alex mendekat ke
arah Alvin usai mendapatkan hadiah.
"Yokk pulang vin!" ajak Alex.
"Ya ayok" jawab Alvin yang segera
naik ke sepeda motor Alex.
"Lex, gak lanjut lagi?!" teriak salah
satu peserta balap liar.
Alex yang sudah siap menjalankan
motornya pun, tak segera melaju.
"Kalau aku ikut lagi nanti menang lagi,
udah lah giliran yang lain yang menang"
jawab Alex dengan sombong, seraya segera
melajukan motornya dengan kecepatan
tinggi.
"Pasti ini alesan kamu ijin nginep di
rumahku ya Lex, bukan karena luka di
mukamu itu kan" ujar Alvin di
perjalanan menuju rumahnya.
"Hehe tahu aja, udah hampir sebulan
aku gak turun vin, akhir-akhir ini mama
ketat banget. Jam 9 malam udah harus
dirumah, mana bisa turun aku" jawab Alex
membuat Alvin berdecak kesal.
Eh, kok galk langsung pulang Lex"
ucap Alvin begitu Alex menghentikan
motornya ke salah satu warung lalapan.
"Makan vin, laper aku" jawab Alex
yang kemudian segera memesan 2 porsi
bebek goreng beserta nasi dan es tehnya.
"Kamu gak capek, sekolah mancal gitu
Vin?" tanya Alex sembari menunggu
pesanan datang.
"Itu sudah jauh lebih bagus daripada
pas jalan kaki dulu Lex" jawab Alvin
jujur.
"Hmmm maksudku gak pingin ganti
motor? Usahamu ya wes bagus loh itu,
meskipun hanya berkutat di rosok, tapi
aku yakin penghasilanmu sudah lumayan,
kayaknya kalau ganti kendaraan juga bakal
memudahkan akomodasi kamu kan" ujar
Alex membuat Alvin terdiam.
"Sebenarnya aku juga udah mikir mau
beli motor bekas Lex, cuma ya itu. Masih
tak pikir pikir lagi, sekarang belum terlalu
terganggu meski mancal" jawab Alvin.
"Ya kamu gak ngerasa kalau
ngeganggu kerjaan atau enggak, tapi coba
pikir kalau kamu naik sepeda motor,
pulang sekolah bisa sampai rumah dengan
cepat, jadi gak bikin orang nunggu terlalu
lama kan" ujar Alex setelah menyaksikan
Alvin bertransaksi dengan pemulung
Sore hari tadi.
"Iyo ya, kalau beli sepeda bekas itu
dimana yang bagus biasanya Lex?" tanya
Alvin pada akhirnya.
Belum sempat menjawab, pesanan
sudah datang, mereka pun memakan
pesanan tersebut dengan lahap, Alex
menegaskan kalau itu untuk merayakan
kemenangannya malam ini. Usai mengisi perut, mereka pun segera
pulang ke rumah, badan yang lelah dan
ata mulai mengantuk setelah perut
terisi, membuat Alvin segera terlelap
usai masuk ke dalam rumah.
Sebelum subuh, alarm ponsel Alvin
telah berbunyi, ia pun terbangun dan
segera mandi. Begitu adzan subuh
terdengar, ia segera beribadah.
Lanjut membangunkan Alex dan
memintanya untuk segera pulang, sebab ia
akan mengambil sampah dan baru
kembali saat terang nanti.
Alex yang masih enak tidur pun tak
mengindahkan Alvin, ia bahkan berkata
akan berangkat sekolah dari rumah
Alvin.
Tak ingin ambil pusing dan semakin
terlambat dalam mengambil sampah,
Alvin pun segera berlalu, ia memiliki
kewajiban menyelesaikan pekerjaannya.
Setelah keliling sebagain kampung,
Alvin akhirnya menyelesaikan tugas
paginya, seperti biasa, ia pun mampir ke
warung Mak Na dan membungkus nasi
bungkus untuk dibawanya pulang.
"Kenapa gak makan disini le" ucap
Mak Na.
"Lagi pingin sarapan dirumah Mak"
jawab Alvin yang kemudian berpamitan
pada Mak Na untuk segera pulang.
Diperjalanan ke rumahnya, Alvin
bertemu Dina dijalan, sepertinya sudah
hendak berangkat sekolah.
"Dina!" teriak Alvin membuat
adiknya itu menatapnya malas.
"Kenapa kemarin bohong? Rafi gak sakit apapun. Buat apa uang kemarin"
tanya Alvin.
"Jadi kamu ngadu ke bapak kalau aku
minta uang ke kamu, pantas saja semalem
bapak nanya nanya, untung aja ada ibuk
yang selalu belain aku" jawab Dina enteng,
tanpa rasa bersalah dan tanpa beban.
"Sekarang mana uang kemarin, uang
segitu gak sedikit buatku Dina" pinta
Alvin.
"Halah, uang segitu aja di minta lagi,
dasar tukang sampah!" ejek Dina.
"Uang yang kamu pinta kemarin
berasal dari sampah ini!" jawab Alvin
emosi.
"Bacot!" umpat Dina kemudian berlari
meninggalkan Alvin yang masih kesal.
Dilihatnya sang adik berlari ke arah laki-laki yang memakai seragam SMA
dengan motor sportnya, tanpa menoleh ke
belakang lagi, tampak Dina memeluk laki-
laki tersebut begitupun menempel.
Membuat Alvin hanya bisa geleng-
geleng kepala.
Sesampainya di rumah, Alex sudah
siap dengan memakai seragamnya yang
kemarin, untuk seragam kemarin bisa
dipakai hari ini, sehingga tak masalah
meski tak ganti.
Sedangkan Alvin segera berlalu
membersihkan diri, pertemuannya
dengan sang adik memotong waktunya
yang sudah mepet sekitar 5 menit.
Tak lama kemudian Alvin juga
sudah selesai dengan urusannya, ia pun
segera menghampiri Alex yang tampak
sedang bertelepon.
"Ini loh ma Alvin" ucap Alex seraya
menunjukkan layar ponselnya pada
Alvin, yang menghampiri dirinya
sambil membawa kresek berisi makanan
untuk sarapan mereka.
"Pagi Alvin" sapa mama Rosa pada
Alvin.
"Pagi te" jawab Alvin tersenyum.
"Dari kemarin Alex disitu vin?" tanya
mama Rosa.
"Iya Tante" jawab Alvin.
"Ya udah kalau kamu yang bilang gitu
kan Tante jadi percaya, maaf ya kalau Alex
ngerepotin" ujar mama Rosa.
"Gak repot kok Tante" jawab Alvin.
"Giliran aku yang ngomong gak
langsung percaya" gerutu Alex.
"Soalnya kadang kamu kan bohongin mama Lex" tegur sang mama, yang tak
lama kemudian mengakhiri panggilannya.
Usai menyelesaikan sarapan, Alex pun
mengajak Alvin untuk berangkat
bersama, namun Bintang menolak.
"Kamu bikino tulisan di depan, baru
pulang jam 5 sore, jadi kalau ada pemulung
yang Dateng gak nungguin kamu" ujar
Alex.
"Emang kita nanti pulang jam segitu?"
tanya Alvin polos.
"Ya enggak, nanti kita pulangnya cari
motor buat kamu, makanya sekarang
berangkat bareng aku' ujar Alex.
"Uangku cuma ada 4jt Lex, kalau bisa
cari yang 3 jutaan aja ya, biar ada sisanya
buat modal bayarin rosok orang" ujar
Alvin jujur, ia tak ingin temannya itu
beranggapan dirinya memiliki uang yang banyak, takutnya akan dicarikan motor
yang bagus.
"Tenang aja, kalau kurang aku
tambahi, kemarin kan udah janji hasil
balapan bagi 2" jawab Alex seraya
tersenyum.
"Gak! kalau kurang aku gak jadi beli,
ditambahi sama kamu aja ogah, apalagi ini
uangnya hasil balapan liar" tolak Alvin
bercanda, sembari naik ke motor Alex.
"SIAL!" umpat Alex kemudian ngakak.
"Ya kita cari yang sesuai budget mu aja
nanti" sambung Alex kemudian.
***
Kedatangan Alvin yang bareng
dengan Alexpun membuat beberapa orang
melihatnya dengan heran.