NovelToon NovelToon
Istri Pesanan Miliarder

Istri Pesanan Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: Stacy Agalia

Zayn Alvaro, pewaris tunggal berusia 28 tahun, tampan, kaya raya, dan dingin bak batu. Sejak kecil ia hidup tanpa kasih sayang orang tua, hanya ditemani kesepian dan harta yang tak ada habisnya. Cinta? Ia pernah hampir percaya—tapi gadis yang disayanginya ternyata ular berbisa.
Hingga suatu hari, asistennya datang dengan tawaran tak terduga: seorang gadis desa lugu yang bersedia menikah dengan Zayn… demi mahar yang tak terhingga. Gadis polos itu menerima, bukan karena cinta, melainkan karena uang yang dijanjikan.
Bagi Zayn, ini hanya soal perjanjian: ia butuh istri untuk melengkapi hidup, bukan untuk mengisi hati. Tapi semakin hari, kehadiran gadis sederhana itu mulai mengguncang tembok dingin di dalam dirinya.
Mampukah pernikahan yang lahir dari “pesanan” berubah menjadi cinta yang sesungguhnya? Ataukah keduanya akan tetap terjebak dalam ikatan tanpa hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Stacy Agalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapuhnya Alisha

Iring-iringan mobil mewah yang di design khusus anti peluru melaju cepat menembus jalan raya. Sirene pengawal sesekali di bunyikan, memecah keramaian lalu lintas. Di dalam mobil utama, suasana tegang membungkam semua orang.

Alisha duduk di samping Zayn, wajahnya masih basah oleh air mata. Sesekali ia menekan ponselnya, menanti kabar terbaru dari rumah sakit, namun layar itu hanya menampilkan pesan singkat dari Bu Mayang, "Ibu masih belum sadar, sudah di ruang ICU.".

Tangan Alisha gemetar, ia menggenggam erat jemari Zayn.

“Zayn… bagaimana jika... jika Ibu tidak kuat?” suaranya lirih, pecah di tengah tangis yang belum reda.

Zayn menoleh, menatap mata istrinya dalam-dalam. “Jangan pikirkan yang terburuk, Alisha. Ibumu wanita kuat. Dia akan berjuang. Dan aku ada di sini, kita akan lalui ini bersama. Fokus pada doa, bukan ketakutan.”

Alisha menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya terguncang. Zayn menariknya ke dalam pelukan, meski pikirannya sendiri dihantam badai curiga. Tabrak lari? Itu bukan kebetulan. Omar atau Lucas pasti ada di balik ini.

Di kursi depan, Arvin sibuk berkoordinasi melalui HT dengan tim keamanan lain. “Perketat jalur masuk! Pastikan tidak ada kendaraan asing yang mengikuti dari belakang! Saya ulangi—pastikan clear!” suaranya tegas, dingin.

Namun di sisi lain, ada momen yang justru menimbulkan senyum tipis di tengah gentingnya suasana. Dari mobil belakang, Juna sibuk menenangkan seekor anak kucing mungil di dalam box kecil, sekaligus menenangkan Bima yang menangis sesenggukan.

Kitten itu mengeong pelan, seolah merasakan ketegangan di sekitarnya. Juna menunduk, mengelus kepalanya dengan jari telunjuk. “Tenanglah. Aku tahu ini bukan perjalanan biasa,” gumamnya lirih.

Sesekali ia menoleh keluar jendela, matanya waspada. Senjata api yang menempel pada ikat pinggangnya tetap siap, tapi satu tangannya sibuk menjaga box kecil berisi kitten itu. "Tuhan… di tengah situasi sekeras ini aku malah bawa anak kucing. Tapi ini amanah, dan Tuan Muda Bima tidak pernah main-main soal hatinya. Dia juga rapuh saat ini," batinnya.

Iring-iringan terus melaju, menempuh jalan panjang menuju kampung halaman Alisha. Di luar, suara angin terdengar riuh. Di dalam, hanya ada doa yang tak henti-henti dari bibir Alisha.

“Ya Tuhan… tolong kuatkan Ibu… tolong selamatkan dia…” bisiknya berulang kali, tangan kecilnya terus menggenggam tangan Zayn seolah itu satu-satunya pegangan yang tersisa.

Zayn menunduk, mencium kening istrinya. Suaranya berat, penuh janji. “Apapun yang terjadi, aku akan ada di sampingmu. Ingat itu, Alisha.”

Mobil terus melaju, membelah perjalanan panjang penuh kecemasan. Di belakang, Juna menghela napas panjang, menatap kitten yang kini tertidur di dalam box kecil. “Kau juga harus kuat… karena kita sedang menuju badai.”

_____

Iring-iringan mobil mewah itu berhenti tepat di depan pintu IGD. Pintu langsung dibuka oleh petugas keamanan rumah sakit yang sudah diberi kabar sebelumnya. Zayn keluar lebih dulu, lalu memapah Alisha yang kakinya gemetar hebat. Arvin dan dua bodyguard segera mengamankan area, sementara Juna—tetap dengan box kecil berisi kitten, satu tangannya lagi memegang tangan Bima—Ia mempersilahkan Bima untuk berjalan lebih dulu namun bocah itu menggeleng, ia tetap ingin bersama Juna.

“Dimana ruangannya?” suara Zayn dalam dan tegas.

“Lantai dua, ruang ICU, Pak!” jawab seorang perawat tergesa.

Tanpa pikir panjang, Zayn menggenggam erat tangan Alisha, menuntunnya berlari melewati koridor panjang rumah sakit umum Daerah itu. Detak langkah mereka berpacu dengan degup cemas di dada.

Sampai di ruang ICU, pintu terbuka, dan pandangan Alisha langsung tertuju pada ranjang di dalam.

“Ibu!” seru Alisha terisak, melepaskan genggaman tangan Zayn dan berlari mendekat.

Di ranjang itu, ibunya terbaring lemah, wajahnya pucat, oksigen menempel di hidung, selang infus di lengan. Kelopak mata yang semula terpejam perlahan bergerak. Ia membuka mata tipis, menatap ke arah Alisha.

“Alisha…” suara parau itu membuat Alisha tersungkur, menggenggam tangan ibunya yang dingin. Air matanya jatuh deras. “Ibu, aku di sini, Bu… Aku bersama Zayn, kami datang, Bu. Tolong jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan Bima…”

Seketika mata ibu Alisha berkaca-kaca. Senyum samar muncul, meski tubuhnya begitu lemah.

“Ibu… senang… melihat kalian… sehat…” katanya dengan napas yang terputus-putus.

Namun belum sempat Alisha menjawab, napas ibunya seketika memburu. Dadanya naik turun cepat, lalu tersendat. Monitor jantung memunculkan bunyi alarm beep-beep-beep—terdengar mengkhawatirkan.

“Ibu?! IBU!!” teriak Alisha panik, tubuhnya bergetar.

“Cepat! Oksigen tingkatkan! Siapkan alat bantu napas! Jangan biarkan drop!” suara dokter berteriak pada timnya.

Para perawat dan dokter langsung berlarian, mengelilingi ranjang. Mereka bekerja cepat—menekan dada, mengganti tabung oksigen, menyuntikkan obat.

Zayn yang berdiri di samping Alisha segera meraih bahunya, menariknya mundur. “Alisha, cukup! Biarkan tim medis bekerja! Kita harus keluar sekarang!”

Alisha menggeleng keras, air mata tak berhenti. “Aku tidak bisa, Zayn! Itu Ibuku! Aku harus di sini!”

Namun dokter yang memimpin operasi darurat itu menoleh sebentar, suaranya tegas. “Tolong bawa keluarga keluar dulu! Kami butuh ruang!”

Zayn tak punya pilihan. Ia memeluk Alisha dari belakang, menahan tubuh istrinya yang berontak. “Cukup, Alisha… cukup. Percayakan pada mereka. Ayo keluar.”

Dengan berat hati, Alisha akhirnya menyerah. Tangannya masih terulur ke arah ibunya saat Zayn menyeretnya keluar ruangan. Pintu tertutup rapat di belakang mereka, meninggalkan Alisha terisak hebat di dada Zayn.

Di luar ruang ICU, suasana mencekam. Alisha terjatuh berlutut, menutup wajahnya. “Tuhan… jangan ambil Ibuku sekarang…”

Zayn ikut berlutut, memeluk erat tubuh istrinya yang gemetar. Tangannya membelai rambut Alisha, suaranya parau namun berusaha kokoh. “Kuatlah… aku ada di sini. Apapun hasilnya, kau tidak sendirian.”

.....

Di ujung koridor, Arvin berdiri kaku, wajahnya tegang. Ia tahu betul, ini bukan hanya soal kecelakaan. Ada sesuatu di balik semua ini. Sementara Juna, yang tetap membawa box kecil berisi kitten, duduk diam di kursi tunggu bersama Bima yang bersandar di lengan kekarnya. Sebelah tangannya lagi ia gunakan untuk mengelus si kecil itu, seolah mencoba memindahkan doa melalui belaian.

Di balik pintu ICU, bunyi alat medis dan teriakan perawat masih terdengar samar. Waktu seolah berjalan lambat, menambah rasa mencekam. Alisha hanya bisa berdoa, menunggu kabar yang akan menentukan harinya.

.....

Waktu seakan berhenti di koridor itu. Hanya suara langkah suster dan bunyi roda brankar dari kejauhan yang memecah keheningan. Lampu neon di langit-langit berkelip samar, menambah kesan mencekam.

Alisha masih terisak di pelukan Zayn. Tubuhnya gemetar, wajahnya basah oleh air mata. Zayn merapatkan pelukannya, seakan ingin memindahkan kekuatan pada tubuh rapuh itu. Jemarinya terus mengusap punggung Alisha, meski di balik ketenangan yang ditunjukkannya, dadanya sendiri ikut sesak.

Tak jauh dari mereka, Bima duduk di kursi tunggu. Wajahnya tegang, matanya merah, namun ia berusaha menahan tangis. Bocah itu merapat kembali sisi Juna, yang setia mendampinginya.

“Tuan muda, tenang ya…” bisik Juna lirih, berusaha menenangkan.

Bima menggeleng kecil. Suaranya pecah.

“Aku tidak mau jauh dari Om Juna… aku takut jika meninggalkan Ibu di sini… jika Ibu… jika Ibu—”

Suaranya tercekat. Air mata akhirnya jatuh, meski ia berusaha menahannya.

Juna menunduk, menatap bocah itu penuh iba. Ia membiarkan box kecil berisi kitten di pangkuannya, lalu menarik Bima ke dalam dekapannya. “Aku janji, aku tidak akan meninggalkanmu. Ibumu sedang berjuang di dalam, kita doakan saja ya. Harus kuat.”

Bima mengangguk pelan, lalu menyembunyikan wajahnya di bahu Juna. Tangis tertahan keluar juga. Anak kucing di dalam box itu mengeong pelan, seakan ikut merasakan suasana duka yang menyelimuti.

Arvin, yang berdiri agak jauh, menatap semua pemandangan itu dengan rahang mengeras. Ia paham betul siapa yang harus disalahkan. Omar dan Lucas. Ada api marah yang berkobar di dadanya, tapi ia memilih diam, menjaga ekspresi di hadapan Zayn.

Zayn masih merengkuh Alisha. Ia menunduk, membisikkan sesuatu di telinga istrinya.

“Sayang, dengar aku… apapun yang terjadi, aku tidak akan meninggalkanmu. Kita akan hadapi ini sama-sama.”

Alisha hanya mengangguk pelan, suaranya serak. “Aku takut, Zayn… aku takut kehilangan Ibu…”

Zayn mengecup puncak kepalanya. “Jangan berpikir buruk dulu. Kita berdoa. Ibumu wanita kuat. Dia masih ingin melihatmu dan Bima bahagia. Percayalah.”

Koridor itu larut dalam kesedihan, doa, dan penantian yang terasa begitu panjang. Setiap detik seakan memukul hati. Alisha di pelukan Zayn, Bima di dekap Juna—keduanya sama-sama rapuh, sama-sama menanti keajaiban.

Hingga akhirnya… bunyi pintu ICU berderit terbuka dari dalam.

Seorang perawat keluar, wajahnya tegang. Semua serempak menoleh, jantung seakan berhenti berdetak.

1
Lisa
Benar² kejam Omar & Lucas itu..menghilangkan nyawa org dgn seenaknya..pasti Tuhan membls semua perbuatan kalian..utk Alisha & Bima yg kuat & tabah ya..ada Zayn,Juna, Arvin yg selalu ada di samping kalian..
Lisa
Ya Tuhan sembuhkan Ibunya Alisha..nyatakan mujizatMu..
Lisa
Makin seru nih..ayo Zayn serang balik si Omar & Lucas itu..
Lisa
Ceritanya menarik
Lisa
Semangat y Zayn..lawan si Omar & Lucas itu..lindungi Alisha & Bima..
Lisa
Selalu ada pengganggu..ayo Zayn ambil sikap tegas terhadap Clarisa
Lisa
Moga lama² Zayn jatuh cinta pada Alisha..
Lisa
Ceritanya menarik nih..
Lisa
Aku mampir Kak
Stacy Agalia: terimakasiiihh🥰
total 1 replies
Amora
lanjut thor, semangaaatt
Stacy Agalia: terimakasiiiiih🥰
total 1 replies
Stacy Agalia
menarik ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!