NovelToon NovelToon
PEDANG GENI

PEDANG GENI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Balas Dendam / Persahabatan / Raja Tentara/Dewa Perang / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan
Popularitas:9.8k
Nilai: 5
Nama Author: Fikri Anja

PEDANG GENI. seorang pemuda yang bernama Ranu baya ingin membasmi iblis di muka bumi ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fikri Anja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35

Rakuti mendengus kesal. Dia tidak bisa percaya jika pedangnya yang super berat itu menjadi tidak berarti di depan lawannya. Bahkan kini mulai timbul retakan kecil di pedangnya. Bilahnya yang tajam juga mulai sedikit tumpul akibat terlalu seringnya berbenturan dengan tombak besi lawannya.

Rakuti bukan tidak mengetahuinya, tapi dia percaya diri jika pedangnya tidak akan apa-selama tidak patah.

"Aku tidak bisa berlama-lama lagi. Ledakan energi Iblis!" teriak Suropati.

Dari tubuhnya keluar sebuah ledakan energi yang begitu besar. Rakuti bahkan sampai menggunakan pedangnya yang ditancapkan ke tanah untuk bertahan agar tidak terdorong ke belakang.

Ratusan prajurit yang kemampuannya rendah bahkan langsung pingsan ataupun mati akibat ledakan energi iblis yang dikeluarkan Suropati. Tubuh mereka berjatuhan setelah terlempar jauh akibat tekanan tersebut.

Wanandra yang juga ikut merasakan ledakan energi itu menggumam dalam hati, " pantas saja dia dipilih menjadi panglima perang Gusti Ratu."

"Tidak mungkin! Bagaimana bisa dia masih menyembunyikan energi sekuat ini," gumam Rakuti. Tiba-tiba saja dia merasakan sebuah energi besar yang mengincarnya.

Sebuah tombak energi melesat begitu cepat ke arahnya.

Meski sudah menahan dengan bilah pedang besarnya, tubuh Rakuti tetap tertembus tombak energi tersebut. Bahkan pedangnya besarnya pun patah menjadi dua bagian

Suropati jatuh berlutut setelah mengeluarkan ledakan energi iblis. Matanya nanar menatap tubuh Rakuti yang sudah tidak bernyawa dengan mata melotot.

"Dia benar-benar kuat. Untung aku masih menyimpan tenagaku dari awal," gumam Suropati.

Dia mendongak ke atas untuk melihat pertarungan Raja Condrokolo melawan Raja Dharmacakra. Matanya menyipit untuk memperjelas penglihatannya. Ledakan demi ledakan kerap kali terdengar di angkasa. Kekuatan yang ditunjukkan kedua raja itu membuat Suropati atau bahkan siapa pun yang melihatnya terkagum-kagum.

Suropati kemudian berjalan mendekati tempat pertarungan Wanadra dan Raksa.

Dengan kekuatan yang berbeda dua tingkat, bukan hal sulit bagi Wanandra untuk mendesak Raksa. Setiap serangan Raksa begitu mudah dihindari oleh jin tua tersebut.

Keringat dingin Raksa terus keluar dengan semakin deras. Rasa ketakutan akan kematian bahkan membuat serangannya kacau balau dan tidak beraturan.

"Cepat selesaikan, Wanandra. Jangan bermain-main lagi dengannya!" teriak suropati dari jarak tidak terlalu jauh.

Wanandra mengangguk setelah mendengar teriakan tersebut. Dia memutar tongkatnya dan mengubah gerakannya menjadi menyerang.

Raksa yang juga mendengar teriakan itu hanya bisa menelan ludahnya. Dia berpikir kalau kematiannya sudah sangat dekat dan tidak mungkin menghindarinya lagi.

Praaak!

Tebasan tongkat Wanadra menghantam punggung Raksa yang lengah. Akibatnya, lelaki itu terjungkal ke depan dan wajahnya membentur tanah.

Raksa menahan rasa sakit yang di deritanya. Darah mengucur deras dari hidungnya yang patah. Belum lagi dengan tulang punggungnya yang terasa seperti remuk akibat tebasan tongkat itu.

"Aku menyerah!"

Raksa berlutut dan membuang pedangnya. Wajahnya penuh darah bercampur debu yang menempel.

Tidak terlihat lagi sikap sombong seperti di awal pertarungan. Meskipun berlumuran darah, Wanandra bisa melihat jika wajah Raksa sudah terlihat pucat.

Jin tua itu kemudian menoleh ke arah Suropati yang sedang melihat pertarungannya.

Namun tanpa disangkanya, Raksa mengeluarkan pisau kecil dari balik bajunya, dengan sisa-sisa tenaganya dia melesat dengan cepat menusukkan pisau kecil itu di perut Wanadra.

Suropati sudah memberi peringatan dengan menunjuk Raksa, namun Wanandra tidak menduga jika yang ditunjuk adalah Raksa yang hendak menyerangnya.

"Aaakh!"

"Licik kau!" bentak Wanandra terbata-bata.

"Mati kau, Jin Tua!" Raksa menyeringai menunjukkan giginya yang penuh darah. Tangannya yang memegang pisau kecil masih menempel di perut Wanandra.

"Licik adalah bagian dari sebuah pertarungan, Jin tua bodoh!" cibir Raksa sebelum melompat menjauh.

Suropati meledak emosinya, dengan cepat dia menangkap tubuh Wanandra sebelum jin tua itu terjatuh ke tanah.

"Sepertinya hidupku akan berakhir hari ini. Tolong jaga Jambrong, jangan biarkan dia menghisap darah manusia sembarangan. Masukkan dia ke dalam tongkat ini," Wanandra terbatuk pelan beberapa kali sebelum memuntahkan darah yang menghitam. Tangannya menunjuk ke arah pertarungan Jambrong dan Bisma.

"Racun..." desis Suropati geram. Pandangan matanya menoleh ke arah Raksa yang ternyata sudah melarikan diri.

"Bajingan ...!" Setelah meletakkan tubuh Wanandra.

Suropati melesat dengan membawa tongkat Wanandra.

Kecepatan Suropati begitu mengagumkan, dalam waktu singkat, dia sudah berada di belakang dan menusuk punggung Raksa hingga tembus keluar dari perutnya.

"Mati kau pengecut...!"

Raksa matanya mendelik tidak percaya. Akal liciknya memang bisa membuat Wanandra mati, tapi tidak bisa menyelamatkan hidupnya sendiri.

Tidak ada senyum kepuasan di bibir Suropati. Apa gunanya berhasil membunuh lawan jika dia harus kehilangan kawan.

Suropati kembali melesat menuju tubuh Wanandra yang sudah tidak bernyawa. Panglima perang andalan Dewi Anjani itupun membopong tubuh Wanandra dan meletakkannya di bawah sebuah pohon besar.

Setelah itu Suropati mencari keberadaan Jambrong yang masih bertarung dengan Bisma.

Tatapan matanya tertuju kepada Ranu yang sedang berhadapan dengan Panca. Yang membuatnya heran, dia melihat Ranu ada 7 dan Panca ada 5.

"Rupanya Ranu sedang menggunakan tubuh Ilusi," gumamnya dalam hati. Dia teringat dengan isi dalam kitab yang sudah dijaganya selama seratus tahun lebih, sebelum dibawa Ranu.

"Kau jangan terkejut seperti itu, Pak Tua! Jika kau bisa memecah tubuhmu, aku pun sama," kata Ranu mencibir.

Panca terus terang tidak menyangka jika pemuda yang menjadi lawannya itu juga bisa mengeluarkan ajian yang secara teknis sama dengan ajian miliknya.

"Bagus, Anak Muda. Kau sudah bisa membuatku sedikit terkejut." Panca mengubah gerakan tubuhnya menjadi sedikit menghadap miring.

Ranu terkekeh, "Kalaupun aku mau, aku bisa saja meratakan kota Wentira ini. Tapi aku tidak bisa melakukannya karena sudah pasti banyak nyawa tidak berdosa yang akan menjadi korban!"

"Kau terlalu sombong, Anak Muda. Mari kita tuntaskan pertarungan ini!"Setelah menarik napas, kelima tubuh Panca bergerak memberikan serangan ke arah Ranu dan 6 tubuh ilusi lainnya.

Pertarungan kembali terjadi begitu hebat. Meski tidak sehebat tubuh aslinya, tubuh ilusi yang mereka berdua ciptakan nyatanya memiliki kekuatan satu tingkat saja di bawah tubuh asli mereka berdua.

Tubuh Panca yang asli menghadapi tubuh Ranu yang asli pula. Mereka berdua bisa mengetahui mana asli dan tidaknya setelah keduanya mengeluarkan energi tenaga dalamnya dengan kuat.

Racun Utara yang melihat Raja Dharmacakra terdesak, melesat terbang untuk memberi bantuan. Kedatangannya membuat peta jalannya pertarungan kedua raja itu menjadi berubah.

Raja Kolocokro tidak sedikitpun menurunkan kecepatan dan kewaspadaannya. Dia yang merupakan penguasa alam jin tentunya memiliki energi tidak terbatas. Namun meskipun begitu, dua manusia yang dihadapinya sekarang memiliki kapasitas untuk mengalahkannya.

Kecepatan ketiganya bertarung di angkasa begitu membuat mata semua yang berada di bawah tercengang.

Prajurit Raja Condrokolo yang sudah berhasil mendesak mundur prajurit kota Wentira, terus melakukan gempuran hebat. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan bagus tersebut untuk membuat lawan setidaknya menyerah ataupun mati terbunuh

"Serang terus... jangan beri kesempatan kepada mereka untuk menekan balik!" teriak salah seorang prajurit berkuping lebar memberi semangat Ranu dan Panca terus bergantian memberi serangan.

Pertarungan panjang yang mereka lakukan tentunya membuat stamina dan energi mereka menurun. Tapi itu tidak membuat kecepatan mereka berdua menurun.

1
Was pray
bagaimana mau melawan racun Utara, ranu ranu melawan bawahannya saja sudah kelabakan
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
Was pray
ya jelas dicurigai kan kamu dan suropati jelas2 orang asing
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!