NovelToon NovelToon
JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:386
Nilai: 5
Nama Author: Sarah Siti

JATUH KEPELUKAN SANG PANGERAN

Zhao, putri bangsawan yang terkenal cantik dan keras kepala, kembali membuat kehebohan di kediaman keluarganya. Kali ini, bukan karena pesta atau keributan istana… tapi karena satu hal yang paling ia hindari seumur hidup: perjodohan!

Dirinya dijodohkan dengan Pangeran Wang pangeran kerajaan yang dikenal dingin, tegas, dan katanya... kejam?! Zhao langsung mencari cara kabur, apalagi hatinya telah tertambat pada sosok pria misterius (pangeran yu) yang ia temui di pasar. Tapi semua rencana kacau saat ia malah jatuh secara harfia ke pelukan sang pangeran yang tak pernah ia pilih.

Ketegangan, kekonyolan, dan adu mulut menjadi awal dari kisah mereka. Tapi akankah hubungan cinta-benci ini berubah jadi sesuatu yang lebih hangat dari sekadar perjodohan paksa?

Kisah cinta kerajaan dibalut drama komedi yang manis, dramatis lucu, tegang dan bikin gemas!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarah Siti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAAT KAU ADA SI SAMPINGKU

Pagi itu menyapa lembut dengan udara sejuk yang menyusup melalui celah-celah jendela kayu.

Cahaya matahari yang hangat merambat perlahan masuk ke dalam ruangan, menyinari wajah Zhao yang sedang tertidur. Kepala Zhao bersandar di bahu Pangeran Wang, yang juga tertidur dengan posisi tubuh condong ke meja, tangan kirinya masih menggenggam pena.

Kelopak mata Zhao perlahan terbuka, silau cahaya membuatnya menyipitkan mata. Ia mengerjap beberapa kali sebelum menyadari posisi mereka. Pandangannya jatuh pada wajah Pangeran Wang yang terlelap dingin namun damai, seperti samudra beku yang tenang.

Zhao melirik ke arah tumpukan buku yang hampir penuh dengan tulisan tangannya. Ia menghela napas pelan. "Dia benar-benar membantuku menyalinnya," gumamnya dalam hati, matanya kembali ke wajah sang pangeran.

"Jika setiap pagi aku bisa menatap wajah ini... bahkan hukuman pun akan terasa seperti anugerah," batinnya, tanpa sadar mengulurkan tangan menyentuh ujung hidung pria itu.

Ia terlonjak sendiri. "Astaga! Apa yang kulakukan? Kenapa aku jadi terang-terangan begini?" bisiknya panik, lalu cepat-cepat bangkit dari tempat tidur dan berjalan menjauh.

Tak lama, Meilan muncul dari balik tirai. "Nona, kau sudah bangun?" Zhao sedikit terkejut. "Meilan! Kau membuatku jantungan."

Meilan menaikkan satu alis. "Memangnya Nona sedang apa sampai tak sadar aku masuk?" Zhao buru-buru membuang wajah. "Tidak... tidak apa-apa. Aku hanya berdiri."

Meilan mendekat dan menyengir. "Wajah Nona merah seperti tomat." Zhao hanya menjawab dengan senyum malu-malu.

Meilan kemudian memberitahu bahwa Hwa Jin sedang menunggu di luar.

"Hwa Jin? Ada urusan apa ya pagi-pagi begini?" gumam Zhao. Meilan menggeleng pelan. "Ia tidak bilang."

Zhao melirik sekilas pada Pangeran Wang yang masih tertidur. "Aku pergi sebentar, ya," bisiknya lirih.

---

Di halaman luar, Hwa Jin sudah berdiri dengan anggun. Ia menunduk memberi hormat saat melihat Zhao mendekat.

"Sudah lama kita tidak berbincang, Kakak Zhao," katanya lembut.

Zhao tersenyum, meski ia menangkap sesuatu yang berbeda dari sorot mata Hwa Jin. "Apa kau ingin bicara atau bercerita ? Aku siap mendengarkan."

Hwa Jin tersenyum samar. "Bagaimana kalau kita berjalan-jalan ke pasar pagi ini? Udara sangat sejuk."

Zhao ragu. "Tapi... aku sedang dihukum, dan salinan itu tinggal sedikit lagi."

"Ah, maaf kalau aku mengganggu kakak zhao. Aku bisa pergi sendiri..." suara Hwa Jin merendah, seolah menyesal.

Zhao tak tega. "Baiklah... tapi hanya sebentar, ya."

---

Mereka berjalan menuju pasar kecil, dengan Meilan dan dayang Hwa Jin mengekor di belakang. Suasana pasar masih segar, ramai tapi menyenangkan. Zhao terlihat begitu ceria, matanya berbinar setiap melihat jajanan, kain, dan benda lucu.

Namun suasana hangat itu mendadak berubah ketika seorang wanita sengaja menyenggol Zhao hingga ia hampir terjatuh. Untung Meilan sigap menangkap tubuhnya.

"Hei! Kau hampir menjatuhkan nona kami! Mintalah maaf!" bentak Meilan.

Wanita itu tertawa sinis. "Kenapa kau yang marah? Orangnya saja diam."

"Biarkan saja, Meilan. Tak perlu meladeni orang seperti mereka," ucap Zhao menenangkan.

Namun wanita itu malah menatap Zhao dengan sinis.

"Apa kau tahu siapa dia?!" bentak Meilan.

"Tahu atau tidak, dia bukan wanita yang pantas dihormati."

Meilan mengepal tangan. "Jaga ucapanmu!"

"Apa kami harus bersujud padanya, istri yang ditinggal suami tak lama setelah menikah?"

Zhao menegang. Kata-kata itu menyentuh titik rapuh hatinya. Dari mana wanita ini tahu?

Zhao maju selangkah. "Ulangi. Apa yang kau katakan tadi?"

"Suamimu pergi mencari wanita lain, itu artinya dia tak tertarik padamu," ucap wanita itu sinis.

Zhao menarik napas panjang, matanya membara. "Kau telah menghina suamiku. Sekalipun itu benar, kau tak berhak mengatakannya di hadapan umum."

Kerumunan mulai mengelilingi mereka.

"Sekali lagi kau bicara seperti itu, aku tak akan mengampunimu," ancam Zhao.

"Apa aku harus takut? Suamimu sama saja dengan pria hidung belang lainnya"

Zhao meledak. Ia menarik rambut wanita itu, dan pertengkaran pecah. Teman-teman wanita itu ikut menyerang, Meilan pun terlibat. Dalam kekacauan itu, Zhao terlempar ke tanah, tangannya terluka.

Tiba-tiba seseorang meraih bahunya, zhao menoleh.

"Aku mencarimu. Ternyata kau di sini," suara itu dalam dan tegas Pangeran Wang.

Ia membantu Zhao berdiri dan membersihkan tangan Zhao yang kotor. Zhao menatapnya, sedikit linglung, rambutnya berantakan, wajahnya merah padam.

Pangeran Wang menatap wanita-wanita itu dengan tajam, membuat mereka pucat dan mundur. Ia memberi isyarat pada Meilan. Meilan mengangguk dan mengejar mereka diam-diam.

"Ayo pulang," ucap Pangeran Wang. Zhao mengangguk pelan. Ia digandeng pergi.

Orang-orang mulai berbisik. "Itu... Pangeran Wang? Astaga, jadi wanita itu... istrinya?!"

---

Di istana, Zhao duduk sementara Pangeran Wang mengobati luka di tangannya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau sampai seperti ini?"

"Dia menghina dirimu... aku tak tahan."

"Menghina apa?"

"Katanya... kau seperti pria hidung belang yang meninggalkan istrimu," jawab Zhao polos.

Pangeran Wang tersenyum.

"Kau senyum? Memangnya lucu?!"

"Kau repot-repot membelaku... padahal kau tahu aku?"

Zhao mendengus. "Ya, ya... lain kali aku tak akan peduli!"

Dalam hati ia menggerutu, "Istri mana yang diam saja saat suaminya dihina?"

Pangeran Wang menatapnya serius. "Kau lucu. Dan aku tak suka ada yang mengganggu dan menyentuhmu."

Jantung Zhao berdebar. "Apa maksudnya itu? Apa dia memujiku?"

"Tapi aku khawatir kejadian ini bisa jadi masalah untukmu, Kau sedang dihukum."

Mata Zhao membulat. "Astaga! Kau benar, Kalau ibumu tahu, pasti... perang mertua vs menantu akan terjadi!"

Pangeran Wang tersenyum kecil. "Kenapa kau bisa ada di sana?"

"Hwa Jin mengajakku. Aku tak tega menolak."

Pangeran Wang mengernyit. "Tapi aku tak melihatnya tadi."

"Mungkin... dia takut dan pulang lebih dulu. Dia kan lembut orangnya."

"Tapi dia tahu kau sedang dihukum. Aneh rasanya."

Zhao tampak berpikir. Ada ganjalan, tapi ia menahan diri.

"Mungkin dia sedang bosan di istana, Aku harus menyelesaikan salinan itu."

"Sudah selesai. Aku menyelesaikannya tadi."

"Benarkah?!" Zhao tersenyum lebar, melompat senang, lalu tanpa sadar memeluk pinggang Pangeran Wang. Ia cepat-cepat melepas pelukannya.

Pangeran wang terdiam tapi seolah menikmatinya

"Terima kasih! Kau memang yang terbaik!" Ucap zhao

Dan tiba tiba, seorang pelayan datang.

"Utusan Permaisuri datang. Nona Zhao dipanggil untuk menghadap permaisuri."

Zhao membeku. "Astaga... dia tahu lebih cepat dari yang kuduga..."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!