NovelToon NovelToon
Pengkhianat Yang Ditendang Ke Dunia Modern

Pengkhianat Yang Ditendang Ke Dunia Modern

Status: tamat
Genre:Romantis / Transmigrasi / Permainan Kematian / Tamat
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Carolline Fenita

Di sudut kota Surabaya, Caroline terbangun dari koma tanpa ingatan. Jiwanya yang tenang dan analitis merasa asing dalam tubuhnya, dan ia terkejut saat mengetahui bahwa ia adalah istri dari Pratama, seorang pengusaha farmasi yang tidak ia kenal.

Pernikahannya berlangsung lima tahun, hanya itu yang diketahui. Pram ingin memperbaiki semuanya. Hanya saja Caroline merasa ia hanyalah "aset" dalam pernikahan ini. Ia menuntut kebenaran, terlebih saat tahu dirinya adalah seorang bangsawan yang dihukum mati di kehidupan sebelumnya, sebuah bayangan yang menghantuinya

Apakah mereka akan maju bersama atau justru menyerah dengan keadaan?

p.s : setiap nama judul adalah lagu yang mendukung suasana bab

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carolline Fenita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ado-Glaring

Cahaya matahari pagi masuk ke dalam kaca ruang depan, menembus hingga meja makan. Pram duduk di salah satu kursi, menatap piring di depannya dengan tatapan campur aduk. Berkas cahaya itu pas sekali, bersarang di piring dengan slime kuning kehitaman.

Tebakannya omelet, lumayan abstrak bentuknya, sedikit gosong di bagian pinggir, namun terlihat pucat di tengahnya.

Netra hitamnya melirik sang koki dadakan.

Rambut berantakan khas bangun tidur yang ditahan dengan jedai. Istrinya, berdiri di samping meja, memegang spatula begitu erat. Semoga dia tidak membengkokkannya.

Ekspresinya penuh harap bercampur keraguan. Pram apalagi. Ia ragu apakah omelet di depannya ‘menyehatkan mata dan perut‘.

“…”

“Pram, makan rotimu saja. Itu telur dadarku,” sela Caroline seraya menarik jauh piring itu dari wajah suaminya.

***

Dia tidak tahu bahwa hasilnya akan berakhir begini. Dalam dunia makanan, Caroline mengakui bahwa alat masak yang ada disini sangat berbeda dibandingkan masanya.

Misalnya tungku api berubah menjadi kompor. Panci mungkin sama, namun lebih sederhana. Ada juga yang namanya kuali dan spatula.

Tidak lupa dengan bungkus bernama indomie yang disukai semua penghuni disini

Apabila dulu di masanya, belasan pelayan bangun pukul satu pagi dan menyiapkan berbagai makanan rumit beralaskan tungku kayu bakar dan segala alat masak, disini ia hanya perlu mengoleskan selai ke roti atau menceplok telur menjadi omelet.

“Seharusnya mudah,” gumam Caroline seraya mengintip berbagai bahan yang terlihat.. unik di dalam kulkas.

Beberapa kali ia bolak-balik bertanya apa bahan yang ada disana. Dengan ribuan pertanyaan yang diajukan ke pelayan disana hingga satu jam terlewati, pada akhirnya wanita itu berdiri di depan wajan. Mengamati telur yang baru saja dipecahkannya di atas kuali.

Dengan sumpit, ia menjepit beberapa cangkang yang jatuh ke sana. Terlalu sibuk hingga tidak menyadari bau asap yang keluar dari sana. Sampai-sampai Bu Ninik yang baru lewat langsung berhenti sejenak dan maju. Membereskan segalanya.

Alhasil subuh hari ia sudah berhasil merecoki satu rumah, membongkar satu isi dapur, dan membakar wajan hanya untuk menghasilkan satu omelet.

Rusak sudah citranya.

***

Pratama tidak mempedulikan peringatan istrinya. Dia menarik cepat piring omelet ke depannya dan langsung menancapkan garpu ke tengah telur yang setengah matang dan setengah gosong itu. Dulu Caroline memang sering membuat makanan seperti ini tetapi rasanya tidak sekeji itu.

Mulut Caroline terbuka saat melihat Pram menelannya begitu kilat. “P-Pram-“

“Tidak masalah, buatanmu enak, kok.” Pratama mengunyahnya beberapa detik dan baru merubah pendapatnya saat aroma gosong terasa kuat di sela-sela giginya.

Wajahnya masih datar namun tidak bisa menampilkan ekspresi penuh kepuasan. Takutnya daripada menampakkan ekspresi kagum, dia malah meringis. Ada sensasi lumer yang agak aneh, anggap saja telur setengah matang. Ia mencoba menahan senyum. Ia mengunyah dengan susah payah, berusaha keras untuk tidak menunjukkan reaksi berlebihan.

Caroline memperhatikannya dengan cemas. Wanita itu mengulurkan segelas air jeruk ke suaminya dan melihatnya menenggak dengan lambat. Pram berdeham, berusaha menetralkan rasa di mulutnya.

“Ada sensasi melumer di dalamnya namun garing di luar, resep baru yang... unik.”

Caroline mengerucutkan bibirnya. Ia tahu itu bukan pujian. “Seharusnya kamu makan saja rotinya, bagian itu biarkan aku yang memakannya,” lontarnya dengan nada bersalah. Jelas-jelas ia sudah mencobanya dan rasanya benar-benar mengaduk lambungnya. Bahkan Pak Jackie yang melihatnya saja sudah mundur beberapa langkah ke belakang. Pram tertawa lepas.

“Aku tidak masalah. Lain kali jika ingin memasak, bawa aku bersamamu. Siapa tahu, ada resep baru yang lebih luar biasa lagi,” candanya.

Pram rasa, ia tidak perlu memeriksa dapur untuk mengamati kebersihan dan kerapihan yang ada disana. Untuk omelet setengah berhasil ini, istrinya sudah juara total untuk menggali satu isi dapur.

Caroline maju dan mengambil piringnya. “Mungkin omelet tadi harus dinamai dengan ‘selai kuning pembawa kebahagiaan‘ karena semenjak memakannya, bibirmu melengkung lebih ke atas dibandingkan biasanya,” akunya.

Caroline berlalu ke dapur, meninggalkan Pratama yang tengah menggelengkan kepala sambil tersenyum geli. Pandangannya beralih saat pelayan rumahnya membawa masuk asistennya, Andreas.

“Apakah ada simulasi pemadaman kebakaran disini?” tanya Andreas sambil terbatuk.

“..eksperimen kecil-kecilan.”

Asistennya hendak meletakkan seberkas data namun membatu saat melihat Nyonya-nya dalam keadaan kacau balau. Rambut yang hampir seperti sarang burung. Noda kuning di perlak memasaknya. Lalu bau asap dari tubuhnya.

…Rasanya ia sudah tahu siapa biang keroknya.

Caroline yang baru saja keluar, sedikit terkejut karena ada orang lain di sebelah suaminya. Kakinya hampir mundur namun ia urung ke belakang dapur. Dia menoleh kikuk sebelum naik ke atas tangga dan masuk ke kamar untuk mandi. Kini hanya tersisa Pratama dan Andreas.

Andreas menatap Pratama dengan ekspresi campur aduk antara profesionalisme dan keheranan. Bau asap tipis masih tercium di udara, menambah misteri pagi yang baru saja berlalu. Pratama mendudukkan dirinya di sofa tunggal, menyandarkan punggungnya dan memijat pelipis.

“Apakah ada kabar untuk batch sediaan obatnya?” tanyanya pada Andreas, kepala QC sekaligus asisten di pabrik obatnya.

“Sejauh ini sedang dilakukan uji baku bahan utamanya, beberapa tikus percobaan yang disuntikkan obat mengalami perkembangan yang baik. Seharusnya beberapa hari lagi akan dilakukan pemeriksaan terakhir sebelum produk benar-benar diluncurkan.”

Pratama mengangguk seraya bangkit berdiri. Dia memanggil pelayannya, Frans untuk memeriksa ke dalam dapur. Tanpa perlu disuruh kesana, bawahannya sudah melaporkan langsung padanya. Andreas berpura-pura membalik halaman, tetapi telinganya bergerak ikut mendengarkan penuh penasaran.

“Nanti akan kami bereskan dapurnya. Nyonya.. terlalu bersemangat untuk membuatkan sarapan tadi pagi.”

“Ada apa dengan dapurnya?” pancing Andreas dan tidak berkutik saat mendapati pelototan dari Pratama.

Pratama mengusap wajahnya. “Masih bertanya? Bukankah sudah jelas apa yang dikatakan Frans? Istri saya mencoba memasak.”

Ketiganya mengangguk penuh pemahaman, tidak perlu diperjelas bahwa ini bukan sekadar insiden memasak biasa. Andreas mengintip ke arah dapur dan matanya terpejam agak lama. Dia tidak tahu harus kasihan pada bosnya atau lega karena istrinya sendiri tidak pernah menggali satu dapur separah ini hanya untuk sarapan.

Pertama, wajan anti lengket yang baru dibeli minggu lalu sudah meleleh di bagian tengahnya. Ada noda gosong yang tidak bisa dihilangkan. Hal ini terjadi karena wajan diletakkan di atas kompor dengan api terlalu besar dan ditinggalkan terlalu lama. Lalu, ada tiga telur yang pecah di meja dapur, bukan di mangkuk. Terakhir, beberapa bumbu dapur seperti garam dan gula tertukar tempatnya.

“Pak, ada hal yang aneh. Tabung gas cadangan di belakang rumah, posisinya berubah. Seperti ada yang mencoba membukanya,” lapor Frans dengan wajah penuh khawatir.

Pratama melotot. Tabung gas? Caroline mencoba membuka tabung gas? Pikiran itu saja sudah membuat Pratama merinding.

“Apakah istriku terlihat kesana dan mencoba mengambil gas?”

“Kami tidak bisa memastikan, Pak. Tapi posisinya memang tidak seperti semula..”

Pratama menekan pelipisnya. Ini lebih parah dari yang ia bayangkan. Kehilangan ingatan Caroline bukan hanya soal melupakan nama dan wajah, tapi juga melupakan cara kerja benda di sekitarnya.

Setelah mendengarnya, Andreas melipat kedua lengannya di belakang. Telapaknya diam-diam merogoh data di meja dan bersiap pergi. Pratama menghentikannya dengan tatapan aku ada tugas baru untukmu.

Lelaki itu memberikan beberapa instruksi dan menghubunginya terkait pengembangan obat baru mereka. Setelah Andreas menyanggupi dan kabur dalam sapuan detik, Pratama menghela napas panjang, membayangkan kekacauan yang terjadi di dapur. Sepertinya ia harus lebih aktif mengawasi "petualangan" Caroline di rumah.

Tak lama setelah Andreas pergi, ponsel Pratama di meja berdering. Ia mengangkatnya dan mendengar suara tegas. “Selamat pagi, Pratama. Ini saya, Dr. Karina.”

Pratama teringat. Dr. Karina adalah psikiater yang menangani kasus amnesia Caroline. Dia keluar dari rumah, memandangi taman yang terlihat lebih pendek dan baru saja dipangkas.

Menjawab panggilannya, “Oh, Dr. Karina. Selamat pagi. Caroline baik-baik saja. Ada beberapa momen lucu, tapi progresnya cukup lambat.”

“Begitu rupanya. Saya turut senang mendengarnya. Saya ada kabar terbaru, Pratama. Ada beberapa hal yang perlu saya sampaikan terkait sesi konsultasi dua bulan lalu. Ini berkaitan dengan pemulihan istri Bapak.”

Jantung Pratama berdesir. “Kapan janji temunya, Dokter Karina?”

“Bagaimana kalau sore ini jam empat? Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan secara langsung. Saya sarankan anda datang sendiri, karena tertulis bahwa ada masa lalu pasien yang mungkin perlu anda ketahui.”

Saat panggilan berakhir, ia menatap ponselnya dengan ekspresi serius. Rasa penasaran bercampur cemas melingkupi benaknya. Apa yang disembunyikan Caroline? Apakah itu akan membantu atau malah memperkeruh kondisinya?

1
Anyelir
kak, mampir yuk ke ceritaku juga
Cherlys_lyn: okeee
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!