Akan Kurebut Suamimu

**

Baru saja mengirim pesan tertuju untuk Adam bahkan baru saja satu detik yang lalu. Adam langsung membaca pesan singkat beserta foto darinya.

Sampai Mora terkejut. Membekap mulutnya sendiri, menatap tidak menyangka pada layar ponselnya. Karena tidak akan menyangka Adam secepat itu menerima pesan di tengah larut malam.

“Apa aku sedang bermimpi?”

Mora tersadar. Spontan menjauhkan ponsel dari tangannya, ia bahkan tidak berani menatap ponselnya sedikit saja karena takut akan respon Adam.

Mungkin saja pria tampan itu akan memakinya. Atau bahkan lebih, Mora sampai tidak berani menghadapi dunia karenanya.

Foto yang Mora kirim bukanlah foto biasa. Foto dengan gaya binal dan terkesan menggoda, Mora merasa sudah benar-benar gila menyaksikan foto sexy ala-ala dewasa miliknya sendiri.

“Bagaimana bisa aku bergaya seperti itu?” Mora terus bertanya-tanya saat memandangi dirinya dari pantulan cermin.

Bahkan lingerie berwarna merah terang itu masih juga Mora kenakan. Ia menutupi tubuhnya dengan kain tipis karena mulai terasa dingin.

“Bagaimana lagi….” Mora terduduk dipinggir ranjang, menatap nanar pada ponselnya. “Aku benar-benar tidak memiliki cara lain lagi…”

“Mau tidak mau… peran pelakor ini harus aku kerjakan sebaik-baiknya. Entah itu menjadi binal atau bahkan tidak.. jangan sampai tu orang aneh masih juga memantau rencana ini.”

Mora menghela napas panjang sekali. Sebenarnya hal yang telah ia lakukan yang mana mengirim foto sexy-nya kepada Adam sama sekali tidak pernah menjadi opsi dalam rencana.

Susah payah Mora akan tetap beraksi asal jangan sampai terlalu vulgar. Tapi ancaman dari sosok asing masih juga menghantui.

Mau tidak mau harus membuat Mora jauh lebih bertekad lagi. “Apapun… asal Ibu baik-baik saja maka aku tidak perlu khawatir,” Tiada henti Mora terus saja menyemangati dirinya sendiri.

Tiba-tiba notifikasi yang berasal dari ponselnya cukup mengejutkan. Awalnya Mora masih sedikit ragu untuk melihat siapa yang mengirim pesan malam-malam begini.

Tebakan Mora benar-benar mengarah pada respon Adam. Sudah termenung menunggu balasan dari pria itu setelah memakan waktu sampai 10 menit.

Pada akhirnya mendapatkan balasan juga. Mungkin saja, Mora memberanikan diri mengambil ponselnya meskipun sangat takut untuk membaca nama yang tertera di layar.

“Kalaupun dia terus marah besar karena foto yang aku kirim… bagaimana?” Mora terus saja bertanya-tanya jadinya.

Tapi rasa penasaran Mora melebihi apapun. Meskipun tangannya sangat merasa berat untuk meraih ponsel, tetap saja ia memaksa melakukannya.

Hal pertama kali yang Mora lihat adalah tertera nama Adam dilayar ponsel. Sebanyak dua pesan yang belum ia baca, respon yang cukup singkat.

Padahal Mora mengirim sebuah foto vulgar dirinya. Dalam bayangan Mora jika kemungkinan Adam akan marah besar padanya atau bahkan mungkin saja bertubi-tubi mengirim pesan umpatan.

“Respon yang cukup singkat untuk ulah yang besar,” gumam Mora didalam hati.

Mencoba mengabaikan hal itu, Mora mengalihkan fokus sepenuhnya pada dua pesan dari Adam. Pertama-tama Mora menghela napas berat sekali untuk sebagai awal langkah berani.

“Kau sengaja menggodaku?”

“Kenapa tidak mencoba datang saja ke Mansionku?”

Mora termenung sebentar membaca satu persatu pesan tersebut. Sama sekali tidak ada unsur marah atau bahkan memaki, setidaknya ia aman untuk tindakan pertama kali.

Tapi hati Mora sedikit janggal akan satu hal. Yaitu pesan terakhir yang Adam kirim, seolah menantang saja.

“Maksudnya… dia ingin aku menggoda secara langsung dan itu juga disaksikan oleh istrinya?” Mora tercengangang.

“Gila!” pekiknya. “Sekalipun sekarang yang aku lakukan lebih dari kata gila… tetap saja aku tidak akan mungkin mau lebih gila lagi dari itu.” Mora benar-benar tidak habis pikir dengan semuanya.

Harapan utama Mora jika Adam sudah menerima foto vulgar darinya hanyalah respon mesum atau hanya ingin Adam tahu jika dirinya memiliki tubuh yang bagus.

Secara tiba-tiba ponsel Mora berdering, cukup mengejutkan. Mora bingung dan juga kalang kabut. Mau angkat panggilan Adam atau tidak.

“Kenapa dia menghubungiku?”

Terus saja datang menyerang. Mora menekan tombol hijau tanpa berpikir panjang, ia memberanikan diri menunggu jawaban dari Adam disebrang panggilan sana.

“Halo, Tuan?” 

“Datanglah ke alamat yang aku kirim padamu. Aku ingin melihat secara langsung… bagaimana caramu menggodaku.”

Panggilan berakhir begitu saja tanpa menunggu respon Mora. Tubuh Mora seketika bangkit, berdiri mematung mencerna hal demi hal yang telah Adam lontarkan.

“Apa?! Adam mengajakku making love?!” 

Sangat-sangat terkejut. Sungguh respon yang sangat diluar nalar baginya, Mora tidak berani kalau sampai benar-benar melakukannya.

“Tapi… dari making love setiap pelakor selalu berhasil merebut suami orang bukan?” Mora benar-benar merasa seakan-akan tidak ada cara lain lagi.

“Apa aku harus menyerahkan mahkotaku ini padanya?”