Novel Keduabelas 🩶
Namaku Jennaira. Kisah ini adalah tentang aku yang menikah dengan seorang pria sempurna. Bertahun-tahun aku menganggapnya seperti itu, sempurna. Namun setelah menikahinya, semua berubah. Penilaianku terhadapnya yang asalnya selalu berada di angka 100, terus berubah ke arah angka 0.
Benar kata pepatah, dont judge a book by its cover. Penampilannya dan segala kemampuannya berhasil menghipnotisku, namun nyatanya hatinya tak seindah parasnya dan aku terlambat menyadarinya.
Unofficial Sound Track: Pupus
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lalalati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Bertemu Lagi
Bel pulang berbunyi. Aku membuka aplikasi perpesanan dan mengetik untuk Gaga.
: Ga, sekarang jadi 'kan kita belanja? Gaga mau langsung jemput aku?
Ku kirimkan pesan itu. Sambil menunggu balasan, aku membereskan barang-barangku ke dalam loker kemudian pergi ke gerbang sekolah. Sambil berjalan, aku melihat ke arah ponselku lagi. Belum ada jawaban dari Gaga. Bahkan pesanku belum dibacanya.
Aku pun memutuskan meneleponnya. Namun teleponku tak kunjung dijawabnya. Ku putuskan untuk menunggu sebentar lagi. Aku berdiri di depan gerbang sekolah. Beberapa guru dan siswa menyapaku, berpamitan untuk pulang.
Setelah lima belas menit menunggu, Gaga tak kunjung menjawab. Kehadiran kembali Alleta benar-benar mengubah sikap Gaga terhadapku. Biasanya Gaga akan selalu menjawab chatku meskipun jawabannya singkat.
Setetes air mata membasahi pipiku. Segera aku menghapusnya sebelum orang lain melihatnya.
Ku putuskan untuk memesan ojek online saja. Aku yakin Gaga tidak akan datang, tapi aku harus tetap berbelanja karena persediaan memang sudah habis.
"Naira?"
Ku dongakkan kepalaku dari ponselku. Gio dan seorang gadis dengan seragam SMA berada di depanku.
"Mas Gio?" sapaku.
"Kita ketemu lagi. Sedang nunggu jemputan?" tanyanya.
"Iya. Saya sedang menunggu ojek online. Anda menjemput adik anda?" Aku pun tersenyum tipis pada gadis di sebelahnya.
Almira sebetulnya sangat cantik. Wajahnya mirip dengan Gio. Namun ia sangat kurus dan terlihat tak bersemangat. Seragamnya kebesaran dan rambut panjangnya diikat asal. Ia menunduk tak membalas senyum padaku.
"Iya. Ini Almira. Al, salam sama Bu Naira." Kemudian Almira mencium tanganku khidmat.
"Bukannya Ibu, Bu Jenna?" tanyanya. Suaranya lembut sekali.
"Iya. Di sekolah saya dipanggil Jenna, Mas," terangku.
"Oh begitu. Baiklah."
"Almira, nanti kita harus ngobrol ya. Karena Ibu sama kakaknya Almira 'kan temenan."
"Iya, Bu," sahutnya.
"Ya udah, kami pamit ya, Bu Jenna," pamit Gio, mungkin karena ia sedang menjadi wali murid, ia memanggilku seperti itu.
"Silahkan, Mas."
Kemudian keduanya pergi menuju mobil Gio yang diparkirkan di tepi jalan. Tepat saat itu, ojek online yang ku pesan malah membatalkan pesananku, ban motornya bocor katanya. Seketika aku sudah tidak mood lagi untuk berbelanja. Aku pun memutuskan untuk pulang, dan berjalan menuju halte.
Namun setelah beberapa langkah, sebuah mobil membunyikan klakson. Aku pun menoleh dan melihat mobil Gio berhenti. Ia menurunkan kaca jendela.
"Ojek onlinenya batal menjemput?" tanya Gio.
"Iya. Barusan di-cancel katanya bannya bocor."
"Kalau gitu ayo masuk. Kami antar." Gio menawarkan.
"Gak usah, Mas," tolakku tak ingin merepotkan.
Kemudian Almira pindah ke bangku belakang. Aku kira mobil bergaya sport itu hanya bisa dinaiki dua orang saja karena pintunya hanya ada dua, ternyata ada bangku belakang juga meskipun tidak terlalu luas.
"Gak apa-apa. Ayo," ajak Gio.
Karena tak enak jika menolak lagi, aku pun masuk ke kursi penumpang depan. Mobil pun melaju.
"Maaf, jadi merepotkan."
"Gak sama sekali. Jadi, rumah kamu di mana?" tanya Gio sambil terus menyetir.
"Kalau rumah Mas Gio dan Almira di mana?" tanyaku. Aku ingin memastikan saja, jarak terdekat dengan tempat tinggal mereka yang mana.
"Saya tinggal di apartemen dekat kantor. Kalau Almira tinggal di rumah mama di perumahan X."
"Kalau gitu saya ikut sampai GTR Mall aja. Kebetulan saya mau ke supermarket." GTR Mall terlewati jika akan ke apartemen X. Gio pasti akan mengantar Almira lebih dulu.
"GTR Mall ya. Okay."
Kemudian beberapa saat hanya musik yang diputar pelan yang mengisi keheningan. Sampai Gio membuka obrolan.
"Apa kamu akan bertemu dengan suami kamu di supermarket?"
"Apa?"
"Kamu bilang tadi pagi tidak bisa bertemu saya sore hari karena akan pergi dengan suami kamu."
"Oh itu, iya..." ucapku tak tahu harus berkata apa. Aku tidak mungkin mengatakan bahwa Gaga tidak menjawab teleponku jadi aku akan berbelanja sendiri, 'kan?
Kemudian entah bagaimana aku penasaran pada satu hal. "Mas, boleh saya bertanya sesuatu?"
"Jika saya bisa jawab, akan saya jawab. Mau tanya soal apa?"
"Ini mengenai ayah anda. Biasanya pukul berapa beliau pulang bekerja?"
Gio menatap ke kaca spion, mungkin khawatir sang adik akan curiga. "Biasanya sore. Pulang bekerja ia akan ke rumah ibu kami dan bertemu dengan adik saya, sebelum ia pulang ke rumah yang ia tempati bersama istri barunya."
"Jadi beliau sampai di rumahnya setelah malam hari atau..."
"Ayah kami akan pulang sekitar pukul tujuh ke atas. Ya 'kan, Al?"
"Sekitar jam 8 malam," sahut Almira.
Jadi begitu. Itu alasan mengapa Gaga dan Alleta selalu bisa bertemu di sore hari.
"Apa ada masalah?" tanya Gio saat aku tak menyahutinya.
"Gak apa-apa, Mas."
Kemudian kami pun tiba di GTR Mall. Mobil Gio masuk ke area Mall dan berhenti di depan pintu lobi. Seorang satpam membukakan pintu untukku, sontak aku cukup terkejut dengan itu.
"Selamat sore, Pak Giovanno," sapa satpam itu saat sosok Gio terlihat olehnya di bangku pengemudi.
Seketika aku tertegun, kenapa satpam itu mengenal Gio?