NovelToon NovelToon
Hilang Perawan Di Malam Pesta

Hilang Perawan Di Malam Pesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Mafia / Lari Saat Hamil / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Beby_Rexy

Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perintah Lembur

“Kalau ada tindakan pidana dan pelecehan, maka rekaman akan diamankan…”

Penjelasan dari Pak Andi membuat Ranti berpikir lagi, itu artinya Noah memang memindahkan rekaman itu karena telah melecehkan dirinya!

“Noah! Brengsek!” umpat Ranti dengan nada rendah.

Rasanya dia ingin langsung mencari Noah dan menghajar lelaki itu dengan kedua tangannya, tapi dihajar saja tidak cukup bagi Ranti. “Kayaknya aku harus membunuh bajingan itu!” gumamnya, tetapi sedetik kemudian dia membuang napas kasar, dengan pikiran sehatnya Ranti tidak mungkin melakukan perbuatan jahat seperti itu. Dia memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan mencoba menenangkan diri di dalam sana.

Duduk di kursi kerjanya, mata Ranti melihat ke sebuah kacamata bening di atas meja. Itu adalah kacamata miliknya, yang dia pakai semalam ke klub, dan hilang ketika dia terbangun pagi tadi. Ranti meraih benda itu, memandanginya sejenak.

“Mbak Ranti, itu tadi kacamatanya diantar sama Tuan Rico, katanya punya Mbak Ranti jatuh waktu Mbak Ranti diantar pulang, hehe…” ucap Nina, sambil terkekeh penuh maksud.

Ranti melirik ketiga asistennya yang pada saat itu juga sedang menatapnya, ekspresi mereka sama, tersenyum penuh arti. Membuat Ranti mengerutkan kedua alisnya.

“Kalian kenapa?” tanyanya.

Nina yang paling genit dan tukang ceplas-ceplos langsung saja menjawab, “Ah, Mbak Ranti pakai tanya segala, kok diam-diam sih Mbak pacarannya?”

Prilly dan Maya pun ikut tertawa kecil mendengarnya.

“Pacaran? Aku nggak pacaran sama Kak Rico, tapi pertanyaanku kenapa kacamata ini ada sama dia?” Sejujurnya Ranti sama sekali tidak peduli dengan tuduhan mereka, yang dia ingin tahu hanya lah alasan kenapa kacamata itu ada pada Rico, sedangkan kecurigaannya ada pada Noah.

“Ya mana tahu, Mbak. Orang Mbak yang diantar pulang sama Tuan Rico, hehehe…” lagi-lagi Nina sengaja menggoda.

Ranti menutup mulutnya, tidak ingin berkata lebih banyak karena hanya akan sia-sia saja dan malah berpotensi menambah rumit urusan pribadinya. “Sudahlah, kalian kembali kerja saja, tolong bawa kesini daftar tamu besok,” tegasnya.

Maya bangkit dari duduknya dan mendekat ke meja Ranti, menyerahkan beberapa lembar kertas kepada Ranti, kemudian berkata, “Ini daftar tamu besok, Mbak. Oh ya, kalau yang di dalam amplop ini tadi di kasih sama Nona Anya, katanya penting dan rahasia,” terang Maya, kemudian kembali ke mejanya.

Ranti jadi tertarik pada amplop cokelat berukuran kecil itu, dengan segera tangan mungilnya membuka dan mengeluarkan isinya yang ternyata berisi selembar kertas. Sangat tidak biasa Anya memberikan berkas yang dimasukkan ke dalam amplop. Temannya itu memang sering minta pada Ranti untuk menggantikan tugasnya yang luar biasa banyak itu, tapi tidak pernah dengan cara se-resmi sekarang.

“Apa sih Kak Anya, pakai amplop segala?” gumam Ranti, sejenak dia merasa sedikit lucu, akan tetapi ketika mulai membaca isi tulisannya, tak hanya keningnya saja yang berkerut, tapi kedua matanya juga ikut terbuka lebar.

“Tugas lembur…” baca Ranti dalam hati. Ternyata kertas itu berisi daftar tugas yang harus Ranti lakukan saat lembur nanti malam. Rupanya Arion sungguh-sungguh pada ucapannya pagi tadi.

“Pukul sebelas malam, memakai gaun malam, menjamu tamu penting bersama Tuan Arion, berperan menjadi pasangan resmi Tuan Arion, harus terlihat alami, bercanda dan akrab dengan Tuan Arion,…” Ranti membaca satu persatu di dalam hati, dan masih ada banyak lagi isi tugas-tugas yang tidak masuk akal menurutnya.

“Apa dia sudah gila?”

“Minta aku pura-pura jadi pacarnya? Jangan-jangan tamu penting malam nanti sudah tahu kalau dia itu ‘gay’?”

“Dia butuh pengalihan isu rupanya!” bisik Ranti, geram.

Ranti tidak bisa menerima dan merasa Arion mempermainkannya, masalah pagi tadi di kamar asing itu saja belum dia temukan titik terangnya dan sudah nyaris membuat kepalanya pecah. Sekarang, Arion malah tiba-tiba menambahkan masalah baru lagi.

Dengan segera, Ranti membuka ponselnya, memfoto daftar tugas itu kemudian mengirimkannya ke nomor whatsapp Anya dan melayangkan protesnya.

Ranti tahu Anya selalu sibuk, tetapi wanita itu memiliki reaksi cepat dalam mengecek ponselnya, karena benda itu adalah bagian terpenting dalam tugasnya. Benar saja, hanya dalam hitungan detik saja, nama Anya pun terpampang di layar ponsel Ranti, menelepon dirinya.

Karena hal yang akan mereka bicarakan sangat sensitif, maka Ranti bergegas masuk ke dalam toilet agar para asistennya tidak dapat mendengarkan pembicaraan itu.

“Halo, Kak,” sapa Ranti pelan.

“Ran, apa benar begitu isi tugasnya?” tanpa basa-basi, Anya langsung menjawab Ranti dengan pertanyaan.

Ranti bingung dan mengernyit. “Kok, Kakak malah tanya? Bukannya ini Kak Anya yang buat?”

“Hahaha!” Terdengar tawa renyah dibalik ponsel Ranti. “Tuan Arion kayaknya lagi stres, berani benar dia melibatkan kamu buat pertemuan malam nanti,” sambung Anya.

“Memangnya ada pertemuan apa, Kak? Kenapa permintaan dia gini amat, sih?” tanya Ranti sangat penasaran.

“Ah, aku nggak bisa jelasin panjang lebar sama kamu, Ran. Sedikit yang aku tahu, Nona Sofia bakal datang ke hotel malam ini, kalau urusan yang ada di ‘daftar tugas’ itu aku juga baru lihat,” jelas Anya.

“Tunggu dulu, Nona Sofia, tunangannya Tuan Arion itu, kan?” Ranti ingat pada sosok Sofia, seorang pengacara sukses yang juga sangat berjasa membantu berdirinya perusahaan mereka. Tahun lalu, ada desas-desus bahwa wanita cantik dan elegan itu telah dijodohkan dengan Arion. Bukan hanya gosip belaka, sebab Tisya selaku adiknya Arion juga mengklaim demikian. Namun, Tisya mengatakan bahwa Arion masih belum bersedia menerimanya. Sudah selama satu tahun ini wanita itu pergi ke luar negeri untuk urusan pekerjaan.

“Iya, Nona Sofia baru balik dari luar negeri tadi malam, jadi malam ini mereka bakal ada pertemuan,” sahut Anya.

“Tapi, Kak, kenapa Tuan Arion malah minta aku jadi pacar pura-puranya?” Nada suara Ranti terdengar resah.

Anya menghela napas, kemudian berkata, “turutin aja, Ran. Kamu tahu gimana dia, dan soal Nona Sofia, aku yang paling tahu kalau Tuan Arion menolak dijodohkan sama dia.”

“Tapi…” Ranti masih ingin protes, tapi Anya buru-buru menghentikannya.

“Sudah dulu, Tuan Arion manggil aku, bye!”

Ranti memandangi layar ponselnya dengan mulut terbuka, lalu dengan perasaan kesal dan tak terima, dia memukul pelan kepalanya menggunakan ponselnya.

“Sial, sial, sial…. Aww!” akhirnya kepalanya menjadi sakit karena pukulannya sendiri.

“Ini cuma perkara kepiting, lalu kenapa dia sampai harus bawa-bawa aku ke urusan pribadinya, sih?”

“Nggak bisa, nggak mungkin, Tuan Arion pasti sudah merencanakan ini dari lama. Ya, mungkin dia sengaja permasalahkan menu kepiting alaska itu demi menolong menutupi aib ‘gay’ nya!”

“Tapi, tapi kenapa aku, Tuhan…” Ranti merengek seperti anak kecil di dalam toilet. Raut wajahnya sungguh sangat tersiksa.

Tiba-tiba notif pesan di ponselnya berbunyi. Ranti membukanya, pesan dari Anya yang mengirimkan gambar sebuah gaun malam berwarna kulit.

Kemudian, Anya menambahkan pesan di bawahnya. “Ran, ini gaunmu buat dipakai malam nanti, ya. Jangan protes, Tuan Arion nggak suka diprotes, selamat bekerja, kawan. Rahasiamu aman.”

“Apa maksudnya, rahasia aman? Kak Anya, jangan-jangan dia sudah tahu soal ini sebelumnya,” bisik Ranti dengan nada kesal.

---

Hingga senja menyambut, Ranti menjadi sangat pendiam, sama sekali tidak tertarik untuk berbicara. Padahal sosoknya sangat lah ceria dan gemar bersenda gurau bersama tiga asistennya yang hanya berbeda usia satu tahun di bawahnya. Kecuali Nina, yang sama-sama berusia 24.

Satu jam yang lalu, Nina, Prilly dan Maya sudah pamit untuk pulang. Tersisa Ranti yang harus menyelesaikan sisa pekerjaan hariannya seorang diri. Dari pukul enam hingga delapan malam, Ranti harus pergi ke kitchen, menemui kepala koki. Ada beberapa dapur besar yang tersedia di beberapa lantai, totalnya ada sepuluh, dan sudah menjadi tugas Ranti untuk menutup pekerjaannya dengan melakukan inspeksi.

Tiba di lantai 85, Ranti dibuat terkejut saat dirinya baru saja memasuki dapur paling istimewa tersebut.

“Selamat ulang tahun, Mbak Ranti!”

Seluruh karyawan dapur beserta asisten koki yang telah lama mengenal Ranti sama-sama menyambut dirinya dengan ucapan ulang tahun. Ranti tertegun sejenak, otaknya mencerna apa yang sedang terjadi, pikiran kusut yang dia bawa sejak tadi kini mendapat kejutan yang cukup membuatnya senang.

Dari arah pintu chef, muncul seorang lelaki muda tampan yang membawa sepiring kecil cheese cake dengan satu buah lilin mungil yang sudah menyala di atasnya. Ranti melirik kue itu dan dia tersenyum kecil.

“Happy birthday, Mawar…” ucap Edo yang berjalan mendekati Ranti.

Ranti tertawa kecil. “Namaku Ranti,” ucapnya seraya memukul pelan bahu Edo.

“Iya, nama kamu Ranti, tapi wajah kamu secantik mawar,” sahut Edo dengan senyum manis.

“Eaaak…”

“Chef Edo gombal mulu, kapan jadiannya?”

“Hahaha!”

Beberapa karyawan dapur langsung menggoda Edo. Membuat lelaki itu terkekeh geli.

Edo adalah chef andalan Hotel Phoenix, lelaki muda berusia 25 tahun. Dia lulusan luar negeri dan beberapa kali mengikuti ajang lomba memasak mancanegara dan kerap menjuarai. Tentu saja lelaki itu menjadi terkenal di dalam negeri atas bakatnya tersebut. Dan bekerja di Hotel Phoenix merupakan tujuan hidupnya.

Edo bekerja setahun lebih dulu dari Ranti, ketika pertama kali melihat Ranti, dia sudah jatuh cinta. Karena tak bisa menahan diri, dia menjadi terlalu sering mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu. Namun, hanya dianggap gurauan belaka oleh Ranti, yang notabene membenci para laki-laki.

Meski begitu, di mata Ranti, sosok Edo cukup hangat dari laki-laki lain yang selama ini berada di ruang lingkup kerjanya. Latar belakang Edo yang berasal dari keluarga sederhana, adalah alasan Ranti lebih menghargai lelaki itu. Namun, semuanya hanyal ah teman bagi Ranti, baik itu Rico bahkan Noah yang saat ini dia yakini telah menodai dirinya. Tak ada sedikit pun keinginan Ranti untuk berpikir menjadi kekasih salah satu dari mereka.

“Terima kasih, Kak Edo, dan kalian semuanya,” seru Ranti dengan senyum manisnya kepada semua orang. “Sebaiknya kita lebih fokus ke kerjaan, hari ini ulasan makanan kita masih tetap di peringkat satu, selamat ya, teman-teman!” sambungnya.

Ucapan Ranti pun mendapat sambutan semangat dan ucapan syukur dari karyawan dapur, satu persatu dari mereka merasa bangga terhadap diri sendiri karena terus berjuang memberikan makan terbaik dan sehat setiap harinya.

Ranti meraih kue di tangan Edo lalu menukarnya dengan berkas yang dia bawa. Setelah menerima berkas itu, Edo terkekeh. “Kenapa sih, kamu itu selalu serius bekerja? Santai sedikit lah, Ran, udah sore ini,” keluhnya.

Ranti pun menjawab santai, “Justru itu, kalau kerja bukannya memang harus serius, ya? Katanya biar cepat bangun rumah dan menikah?”

Edo tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Benar kata Ranti, itu adalah cita-cita Edo yang pernah dia ungkapkan sejak lama, tapi masih ada satu cita-cita lagi. “Nanti nikahnya sama kamu, ya,”

Ranti tergelak, untung saja arah pembicaraan seperti itu sudah menjadi makanan sehari-harinya, sehingga dia tak lagi canggung. Ketika melirik jam dinding yang sudah berada di angka 7 malam, Ranti segera undur diri. Setelah ini dia masih harus turun ke lantai bawah.

Begitu masuk ke dalam lift, Ranti teringat pada tugasnya malam nanti, dan hal itu kembali membuat hatinya kesal lagi.

---

Pukul delapan lebih sepuluh menit, Ranti masuk ke dalam kamar hotelnya. Baru saja meletakkan tas kerjanya di atas meja nakas, suara ketukan pintu terdengar. Dengan enggan, dia membawa langkah kakinya menuju pintu.

“Room service,” ucap dua orang karyawan laki-laki berseragam, mereka mendorong rak pakaian yang telah menggantung sebuah gaun dan pernak pernik di bagian bawah rak tersebut.

“Maaf aku nggak manggil kalian,” kata Ranti yang bingung.

Salah satu karyawan menjawab, “Maaf, Mbak Ranti. Ini perintah bos Anya, kami bawa masuk, ya.”

Tanpa menunggu jawaban, dua orang itu lantas mendorong rak pakaian beroda itu semakin dalam. Ranti hanya bisa pasrah, menatap pergerakan mereka dalam diam.

Setelah kedua karyawan itu undur diri, barulah dia mencari ponsel dan menghubungi Anya.

Sayangnya, saat itu Anya tidak bisa merespons panggilan teleponnya sehingga Ranti menyerah. Namun, tak lama setelahnya, Anya mengirimkan pesan singkat.

“Ran, aku lagi ada meeting di luar, kamu mau tanya soal gaun, kan? Itu pilihannya Tuan Arion, aku sengaja nggak panggil MUA karena kamu pasti nolak, jadi kamu setting sendiri aja, okay? Jam 10 teng, anggotaku bakal jemput kamu, jangan telat! Bye.”

Ranti termenung membaca pesan itu, dia sampai membacanya berulang-ulang hingga benar-benar paham.

“Aku harus tanya ke Tuan Arion soal semua ini, kenapa aku? Kenapa?!”

Frustasi, tetapi Ranti tak punya pilihan lain. Dibukanya plastik bening yang membungkus gaun itu, ketika melihatnya, Ranti tak bisa menolak kekagumannya.

“Cantiknya…”

Gaun malam itu berwarna kulit, panjangnya pas dengan ukuran tinggi badan Ranti yang tak seberapa. Hanya saja, ada belahan di pinggir roknya yang cukup panjang, membuat Ranti khawatir. Sebelum mencobanya, dia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

“Masih ada waktu dua jam,” ucap Ranti. Dia pun berniat untuk berendam sejenak dengan air hangat, karena pikirannya seharian ini sungguh kacau dan itu menguras banyak energinya.

Waktu pun berlalu, tak terasa Ranti berendam cukup lama, tiga puluh menit. Jika saja airnya tidak menjadi dingin, bisa saja dia ketiduran sambil berendam.

Saat ini tubuh mungilnya masih berbalut baju mandi, diam berdiri memandangi gaun yang masih tergantung rapi. Dengan rambut yang berbalut handuk, dia melepas jubahnya, lalu kedua tangan mungilnya meraih kembali gaun itu.

Ranti membawa gaun itu ke depan cermin panjang, lalu perlahan mengenakannya. Benar-benar pas dengan lekuk tubuhnya, dan warna kulit dari gaun itu semakin membuatnya tampak bersinar bahkan sebelum wajahnya dipoles.

Sayangnya, belahan di sisi kanan pahanya sedikit mengganggu. Ranti sangat tidak suka berpakaian yang menunjukkan kesan seksi dan terbuka.

Meskipun tinggi badan Ranti hanya 150cm, tetapi dia memiliki banyak kelebihan. Wajahnya sangat cantik, bahkan kecantikannya bisa dikatakan di atas rata-rata, belum ada yang menandinginya bahkan Sofia. Rambut hitam panjang bergelombang, alis rapi dan hidung mancung seperti buatan hasil operasi. Ditambah dengan warna kulit yang putih bersih, juga bentuk tubuh yang berisi di beberapa bagian khusus yang mampu menggoda iman para lelaki.

“Sial banget aku hari ini, kalau aku minta ganti gaunnya, Kak Anya pasti nggak akan sempat,” keluh Ranti, dia lalu menghela napas panjang.

Waktu sudah berada di angka sembilan, karena Ranti belum makan malam maka dia memutuskan untuk membuat roti oles.

Fasilitas kamar milik Ranti sangat lengkap, dapur mini juga tersedia, dan isi kulkasnya juga berisi makanan dan minuman sehat yang disediakan dari dapur hotel.

Selepas mengisi perut, dia berniat untuk merias wajahnya.

Duduk di depan meja riasnya, Ranti sedikit ragu. “Ck, kenapa rasanya kayak mau nge-date gitu?” ujarnya kembali frustasi.

Tanpa terasa dia sudah menghabiskan waktu hampir satu jam di depan meja rias, padahal Ranti hanya memoleskan sedikit cushion dan lipgloss untuk bibirnya. Mungkin karena tekanan batin membuatnya banyak melamun daripada bekerja.

Di saat itu, terdengar suara ketukan pintu, Ranti menengok ke arah suara, dan seketika itu irama jantungnya menjadi lebih cepat.

1
aleena
Ranti diem kataa Arion jangan bikin suasana jadi keru

huh emang plot twist
aleena
ya memang rumiit
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
aleena
gugup rasanya mau menghilang saja
aleena
Susah menaklukan Ranti
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
nonoyy
cuma kekasih pura2 👍😁
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto
lanjut crazy up Thor
aleena
begitu banyak prduga
aleena
Arion kamu masi saja mengelak
sampai kapan
aleena
/Curse//Curse//Curse/kamu kena jebak
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
aleena
hemm
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
Beby_Rexy: Hehe, makasih ya Kak, sarannya.. Aku masih belum sempat promosi /Grin/
total 1 replies
aleena
masih binging ya
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
aleena
seru seru
alur cerita yg bagus
aleena
semoga keluarga Ranti selamat dari kejaaran psicopat kaya sofia
aleena
keluarga kejam, bukan terbaik untk anak justru hanya mementingkan efonya sendiri
aleena
ahahaha jedag jedug tuh jantung
berarti pelakunya adalah Arion fix
aleena
klo Hamil gak ada bpk
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
aleena
ahhaha
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
aleena
nah mau bilang ketemen temen malu karna itu aib,
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya
aleena
nah siapa pelakunyaq
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!