NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:9.1k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 - Pindah Rumah

Tapi rasa lega itu cuma sebentar.

Karena kalau ini misi kasus polisi…

"BAGAIMANA CARA AGAR AKU MASUK KESANA!

 

Dua Hari Kemudian...

“Dek, dek… cepat kemasi barang kalian. Mobil angkutnya udah sampai nih,”

ucap rian sambil menyeka keringat di pelipisnya.

“Kakak mau angkut lemari dulu ya…”

“Iya, kak…” jawab adik-adiknya di kamar sambil menumpuk kotak-kotak kecil di lantai.

“Bang, turun dulu bang. Bantu angkatin lemari saya ke sana,” ucap Rian sambil melambaikan tangan.

“Oke, mas. Tunggu bentar…”

Sopir pickup itu turun, mengunci rem tangan, lalu menghampiri rian ke dalam rumah.

“Yang ini, ya mas?” tanya nya, menepuk sisi kayu yang sudah mulai pudar warna nya.

“Iya, pak. Saya angkat dari ujung sini. Bapak dari sana,” jawab Rian sambil membungkuk sedikit, memastikan pegangan tangan pas.

Sopir itu mengikuti arahan, ia menunduk dan memegang ujung lemari..

“Hitungan ketiga, ya. Satu… dua… tiga

Hup!”

Mereka mengangkat lemari itu perlahan. Beratnya bukan main, walapun kayu jati itu tua masih lah sangat berat buat di angkat.

Rian menggertakkan gigi, menahan beban, sementara sopir mengatur langkah mundurnya dengan hati-hati.

“Mas… maju dikit. Jangan kebalik,” ujar sopir, napas nya mulai terdengar berat.

“Iya, pak… pelan-pelan aja…”

Mereka berdua menyeret langkah menuju pick-up, yang bak-nya sudah di alasi kardus agar barang tidak lecet. Sesampainya di belakang mobil, sopir menghela napas.

“Oke mas, kita naikin. Angkat pinggir bawahnya… angkat bareng.”

Rian menyesuaikan posisi.

“Satu… dua… tiga!”

“HUP!”

Lemari itu terangkat beberapa sentimeter lebih tinggi, cukup untuk melewati bibir bak mobil. Kayunya bergesek pelan, mengeluarkan bunyi krek kecil yang tiada arti.

“Dikit lagi mas… dorong! Dorong!”

Dengan satu dorongan terakhir,

brug!

Lemari mendarat sempurna di dalam bak. Sopir langsung menahan bagian atasnya agar tidak rebah.

“Hah… mantap! Nggak nyangka masih berat juga ini lemari,” ucap Rian sambil menyeka keringat di pelipis.

Sopir ikut menghembuskan napas panjang sambil merenggangkan pundaknya.

“Iya mas, lemari ini walapun keliatan tua masihlah berat.."

Rian mengangguk pelan.

“Iya bener masih berat banget gak nyangka juga sih haha"

"Hahaha"

---

Begitu dirasa cukup istirahat, Rian menepuk celananya dan kembali masuk ke rumah.

Di dalam, tiga adik nya sudah berkumpul di ruang tengah.

“Dek, udah siap semua belum?” panggil Rian dari ruang tamu.

“Udah…” jawab Sitiana dan Riani serempak, berdiri dengan tas masing-masing.

Rian mengangguk, lalu menoleh ke arah Yuna yang masih jongkok di samping koper kecilnya.

“Kalo kamu, Yun?”

Yuna menoleh cepat, rambutnya sedikit acak karena buru-buru.

“Udah juga, kak…” ucapnya sambil berusaha menarik koper yang jelas terlalu berat untuknya.

Rian langsung mendekat dan mengambil pegangan koper itu.

“Sini, biar aku aja. Berat begini kamu ngapain maksa begitu.”

Yuna mengangguk malu-malu dan melepas pegangan nya.

Riani melihat itu, langsung manyun.

“Ish… aku nggak di bantuin juga nih?”

Rian menatap tas yang dibawa Riani cuma sling bag kecil, bahkan nggak sampai tiga kilo.

“Yaelah… cuma satu tas doang, Ri.”

Riani makin cemberut, tapi Sitiana nahan ketawa di sampingnya.

“Yaudah ah, kalian cepat keluar. Kakak mau bantu angkut barang lain, ibu juga udah ada di depan nungguin kalian.” ucap Rian sambil jalan duluan sambil menarik koper Yuna.

Dup… dup… dup

Langkah kaki kecil mereka bertiga mengikuti dari belakang.

Begitu keluar dari pintu depan, Bu Siti langsung menoleh. Sorot matanya jelas, lega tapi juga penuh penasaran.

Begitu melihat Rian, ia menarik napas dan bertanya tanpa basa-basi,

“Rian… kamu punya uang dari mana kita pindah rumah begini? Kamu nggak terlibat kriminal, kan? Ibu takut, Nak…”

Nada suaranya gemetar sedikit, kayak sudah memikirkan skenario buruk dari semalam.

Rian berhenti, menahan kopernya dengan satu tangan, lalu menggenggam tangan ibunya dengan tulus.

“Bu… tenang. Rian nggak terlibat kriminal apa pun. Beneran. Uang Rian 100% legal.”

“Tapi… Nak—”

Rian cepat memotong sebelum ibunya makin cemas.

“Rian dapet uang dari jual coin dalam game dulu, Bu. Harga coin nya naik… sekarang nyentuh 1 miliar. Sayangnya Rian cuma punya satu doang yang kejual.”

Ia senyum agak kikuk, seolah itu hal biasa padahal coin segitu jelas nggak masuk akal.

Bu Siti mengerutkan kening.

“Game…? Coin…? Yang bener kamu ini?”

Rian mengangguk mantap.

“Iya, Bu. Kayak warnet gitu. Temen-temen Rian juga ada yang jual. Sekarang lagi musim. Makanya uang nya gede.”

Ibunya menatap Rian lama meneliti dari ujung rambut sampai ujung kaki sebelum akhirnya menghela napas pelan.

“…Asal kamu nggak bohongin Ibu aja ya, Nak.”

Rian menepuk punggung tangan ibunya lembut.

“Nggak, Bu. Demi Ibu.”

Bu Siti akhirnya tersenyum sedikit, masih ragu tapi lebih tenang.

“Ya sudah… Ibu percaya.”

“Iya, Bu,” ucap Rian pelan sebelum melangkah pergi.

Baru beberapa langkah menjauh, ponselnya bergetar. Layarnya menyala, Nama yang muncul: “Nafi.”

Rian langsung mengangkat.

“Halo, Nafi? Udah sampai?” Ucapnya.

“Udah, Rian. Tapi rumah kamu yang mana? Aku lagi di depan rumah warna hijau ini, bener nggak?” suara Nafi agak bingung, terdengar rame di belakang nya.

“Oh iya, iya. Maju lurus dikit lagi, Naf. Deket banget, tinggal 100 meteran. Liat yang ada mobil pick up di depan? Itu rumahku.”

“Okeeee, bentar kami maju.”

Terdengar suara mesin mobil digas pelan di seberang telepon.

Cit…

Mobil Alvhard hitam yang disebut Nafi akhirnya muncul dari tikungan, melaju pelan lalu berhenti mulus tepat di depan rumah Rian.

Tak lama disusul sebuah MPV kursi 4 putih elegan yang juga ikut berhenti di belakangnya.

“Klik.”

Pintu mobil terbuka.

“Halo, Rian. Apa kabar?”

Nafi turun dengan senyum lebar, kacamata hitamnya di geser ke atas kepala.

“Halo juga, Naf. Baik, baik.”

Rian membalas sambil menepuk bahu nya ringan.

Belum sempat lanjutin ngobrol, pintu mobil kedua juga kebuka.

“Klik.”

“Halo Pak Rian,” ucap seorang pria berjas rapi sambil membawa map.

“Saya dari dealer mobil. Mengantar unit yang Bapak beli kemarin. Silakan tanda tangan di sini untuk serah terima.”

Rian mengangguk kecil.

“Oh, iya. Boleh.”

Ia tanda tangan, serah terima selesai dengan cepat.

“Baik pak, mobil sudah resmi jadi milik Bapak. Kami pamit dulu.”

Pria itu menepuk bahu Nafi sekilas sambil lewat.

“Hei, ayo nak. Cepat pulang. Jangan ganggu orang lama-lama,” katanya pelan tapi jelas.

“Iyaa, iya pak…”

Nafi memutar bola mata, lalu lirih ke Rian, “Sabar… nanti rusak nih mobil rental.”

Pria itu langsung nyeletuk tanpa lihat ke belakang,

“Sudah dibilang, ngapain juga rental mobil mahal begitu? Pake motor aja udah cukup.”

Nafi nyengir kecil.

“Gak papa pak, orang lain yg bayar, sekalian dipake lah hehe.” ucap nafi sambil menoleh ke Rian.

Rian pura-pura tidak tahu, tidak membalas kode dari Nafi.

“Ish…” Nafi mencibir, lalu pergi dengan mobil rental yang dibayar Rian 3 hari yang lalu.

---

“Kak, kak, kak!”

Suara Sitiana, Yuna, dan Riani datang bersahutan sambil mendekat.

“Serius kakak beli mobil?” tanya Sitiana dengan mata membesar.

“Iya bener, kakak beli mobil… masa’ bisa beli rumah tapi mobil aja nggak bisa?” jawab Rian santai.

“HAH? Rumah bukan nyicil!?” teriak mereka bertiga bersamaan, kaget.

“Yaps,” jawab Rian singkat, seakan itu biasa baginya.

1
-Dragonovic#
goooood
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
ALAN: bener tuh thorr
total 1 replies
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
ALAN
lumayan /Casual/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!