Hampir Semua orang di desa Black Sword membenci Risa Ariz. Anak yatim piatu itu dijauhi, dianggap terkutuk, dan dipercaya menyimpan makhluk kegelapan di dalam dirinya.
Muak diperlakukan layaknya sampah, Ariz memutuskan untuk berbuat onar. Ia tidak melukai, tapi ia pastikan setiap orang di desa merasakan kehadiran dan penderitaannya: dengan menyoret tembok, mengganggu ketenangan, dan menghantui setiap sudut desa. Baginya, jika ia tidak bisa dicintai, ia harus ditakuti.
Sampai akhirnya, rahasia di dalam dirinya mulai meronta. Kekuatan yang ditakuti itu benar-benar nyata, dan kehadirannya menarik perhatian sosok-sosok yang lebih gelap dari desa itu sendiri.
Ariz kini harus memilih: terus menjadi pengganggu yang menyedihkan, atau menguasai kutukan itu sebelum ia menjadi monster yang diyakini semua orang.
"MINOTO NOVEL"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MINOTO-NOVEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPECIAL BAB EDITION (31): "MOMEN KEBAHAGIAAN YANG TAK AKAN PERNAH TERLUPAKAN"
LANJUTAN: Senang sekali melihat mereka berdua bersenang-senang. Pergi ke suatu tempat dengan berjalan kaki, itu sangat menyenangkan! Di perjalanan, mereka kerap kali menemukan kejadian-kejadian yang tak terduga! Di mulai melihat sebuah pertunjukan sulap, tempat yang di penuhi oleh bunga-bunga, dan tentu saja, sebuah karnaval yang telah di buka hari-hari ini.
Sebelum melewati tempat karnaval tersebut, Reza sampat melihat di luar karnaval... Berharap bisa mengajak Lunalia bermain ke sana. Namun, Reza sempat mengecek uang di sakunya itu, dan isinya dari saku tersebut, hanya menyisakan uang receh sebanyak empat puluh ribu rupiah. Sedangkan hari ini masih pertengahan bulan. Uang ini hanya bisa di pakai untuk makan sehari-hari saja.
Saat sedang berjalan, Lunalia sempat berhenti dan menoleh ke belakang. Lunalia melihat, kakaknya yang memegang sebuah uang receh... Sambil menatap tempat karnaval itu. Melihat kakaknya yang kebingungan, sekaligus terlihat sedih, Lunalia pun berkata: "Kakak. Kakak tidak perlu mengajakku ke tempat-tempat mewah seperti itu. Yang terpenting, kakak mau bermain bersamaku!" Ucapnya, dengan wajah manisnya.
Mendengar perkataan dari adiknya, jelas membuatnya sedih dan menjawab: "Saat besar nanti, aku janji... Akan membawamu ke tempat seperti ini." Janji, Reza.
Mendengar jawaban dari kakaknya, jelas membuatnya senang dan menyimpan janji dari kakaknya itu: "Hehehe. Janji, YAH..!?" Ucapnya.
Reza: "EUM. Aku janji..."
Seketika itu juga, hembusan angin yang dingin menerjang dengan kekuatan penuh. Pohon-pohon di sisi jalan melengkung dan berderak, dedaunan mereka berputar dalam balet yang kacau. Di tanah, daun-daun berserakan sontak tersentak hidup, terangkat dalam pusaran bebas yang cepat, mengikuti aliran angin kencang yang menyapu segala rintangan...
Lunalia tersenyum, saat mendengar janji-janji yang di katakan oleh kakaknya itu: "Haah... Baiklah kalau begitu. Ayo kita mulai berjalan lagi. Kakak harus menepati janji yang ini dulu..." Lunalia pun mulai berjalan meninggalkan, Reza. Reza yang melihatnya pun ikut berjalan bersamanya...
Perjalanan mereka tidak butuh waktu lama. Hanya lima belas menit setelah mulai berjalan, pemandangan di depan mereka tiba-tiba berubah. Mereka tiba di sebuah tempat yang padat dengan pepohonan dan memiliki lantai alami berupa hamparan rumput hijau yang tak berujung.
Keindahan yang disajikan di luar gerbang itu sudah cukup membuat hati Lunalia bersorak. Dengan senyum mengembang, Lunalia tak sabar. Ia mendahulukan kaki kanannya, menginjakkan sepatu di atas karpet rerumputan yang menanti, seolah memastikan bahwa keindahan itu nyata.
Begitu kakinya menyentuh tanah rumput, semua rasa lelah sirna. Lunalia tak dapat menahan diri; ia membiarkan tawa kecil meluncur dan seketika berlari cepat ke tengah lapangan, kedua tangannya terentang lebar, menikmati sensasi udara segar yang menyambutnya.
Melihat tingkah adiknya, Reza hanya bisa berhenti di ambang batas pepohonan. Ia tidak ikut berlari. Seutas senyum tipis terukir di wajahnya saat menyaksikan kegembiraan murni Lunalia yang meledak dalam gerakan bebas dan riang itu.
Lunalia, yang kini berada di tengah lapangan, membiarkan dirinya tenggelam dalam keindahan tempat itu sejenak. Namun, kegembiraan ini terasa kurang jika tidak dibagikan. Ia menghentikan larinya dan menolehkan pandangan ke belakang, menemukan sosok kakaknya yang masih berdiri di batas pepohonan.
Ia melihat senyum tipis di wajah Reza, tetapi itu tidak cukup.
Dengan langkah cepat, Lunalia berlari kembali ke arah Reza. Tanpa berkata-kata, ia langsung meraih dan menarik tangan kakaknya—ajakan yang tegas dan tulus untuk berbagi momen itu.
Reza terkesiap sebentar, namun senyumnya langsung melebar. Ia tidak melawan. Rasa senang mengalir dalam dirinya, melihat antusiasme murni adiknya. Reza pun membiarkan dirinya ditarik. Genggaman tangan Lunalia menjadi komando; Reza ikut berlari di sampingnya. Mereka berdua kini berlari bersama di hamparan rumput yang asri, menikmati setiap hembusan angin dan keindahan alam yang kini mereka nikmati berdua...
Sebuah momen yang tak akan pernah terlupakan. Cerita kebahagiaan mereka sebenarnya sangat panjang. Namun apalah daya, ini hanyalah sebuah ingatan kacau... Yang selalu saja berubah-ubah, di dalam pikirannya itu...
Sepertinya sudah berganti bulan? Hmm.. benar-benar tidak terasa, yah? Owh, Tunggu dulu! Euumm...? Kemarin kan tanggal tiga puluh satu Juli..? Itu berarti, sekarang bulan... OWH..! Sekarang bulan Agustus! Apakah bulan yang baru ini, akan membawa kebahagiaan yang baru juga..!? Hmm...
Di pagi hari yang cerah, kita di perlihatkan sebuah kamar yang terlihat gelap dan sunyi. Terdapat seorang gadis kecil yang sedang tertidur pulas di sana. Namun sepertinya, tidur pulasnya itu akan segera berakhir. Pasalnya, jam di sebelahnya sudah menunjukan pukul 6:29. Di mana pada satu menit lagi, jam itu akan berbunyi nyaring. Dan benar saja, saat jam sudah tepat pada pukul 6:30. Jam itu pun berbunyi nyaring. Mengisi kesunyian di dalam kamarnya itu.
Gadis yang di maksud adalah, Lunalia. Suara jam yang berbunyi nyaring itu, membuatnya terbangun dengan keadaan Matanya masih terasa berat, dan rambutnya yang berantakan! Menjadi bukti bahwa ia tidur dengan gelisah. Melihat jam nya yang terus berbunyi, ia pun segera mematikan suara dari kebisingan itu, lalu berkata: "Haaaah… selamat pagi," gumamnya pelan. Sambil mengucek mata, lalu bangkit dari kasur
Setelah mengucapkan 'selamat pagi' pada dirinya sendiri, Lunalia berjalan ke jendela kamarnya, dan membuka hordeng yang menutupi cahaya matahari untuk masuk. Yang awalnya kamar terlihat gelap, kini terlihat sangat terang, karena cahaya matahari yang masuk ke dalam kamarnya itu. Merasa kamarnya sudah tidak gelap lagi, Ia pun berjalan menuju pintu dan membukanya. Aneh, di luar sangat sunyi. Biasanya, Lunalia selalu melihat Reza berkeliling ke berbagai ruangan?
"Hmm.. aneh sekali...?" Lunalia menatap ke sekitar. Lunalia terlihat bingung.
Tanpa pikir panjang, ia melangkah keluar dari kamar, berjalan menuju ruang tamu. Namun, ruang tamu juga kosong. Tak ada tanda-tanda kehadiran Reza yang sedang makan pagi.
"Hmm, Tidak ada?"
Tidak menyerah, Lunalia pun memeriksa setiap ruangan. Mulai dari kamar Reza, dapur, kamar mandi, hingga teras belakang. Nihil. Ia bahkan sudah beberapa kali memanggil nama kakaknya itu, tetapi tidak ada jawaban sama sekali.
"Ugh! Ke mana sebenarnya Kakak pergi?!" Lunalia mulai kesal. "Kalau begitu, aku cari di luar saja!" Dengan ekspresi wajah yang kesal, Lunalia pun bergegas pergi ke luar. Namun, baru saja Lunalia membuka sedikit pintu untuk keluar, Lunalia melihat, kakaknya yang sedang di datangi oleh seorang pria. Lunalia melihatnya di balik pintu. Lunalia sebenarnya tidak terlalu asing, dengan pria itu. Pasalnya, pria itu selalu datang sebulan sekali, untuk memberikan sebuah uang bulanan... Kepada Reza dan Lunalia.
Di luar, Lunalia sedikit mendengar pembicaraan Reza dan Pria itu...
Seorang pria, memberikan sebuah amplop, kepada Reza: "Ini uang bulanan kalian." Reza, mengambil amplop tersebut. "Jangan terlalu boros dengan uang itu." Ucap pria, memperingatinya.
Reza yang menerima amplop tersebut, menjawab dengan singkat: "Terimakasih..." Reza, menatap amplop itu, dengan wajah yang terlihat murung. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu.
Setelah mengucapkan 'Terimakasih' kepada pria itu, pria itupun tiba-tiba bertanya kepada, Reza: "Bagaimana dengan latihanmu selama ini? Apa ada sedikit perkembangan?" Pria itu sengaja bertanya, untuk mengisi sebuah kesunyian.
Mendengar pertanyaan dari pria itu, membuat Reza tidak bersemangat untuk menjawab. Namun, ia terpaksa harus jujur, dengan menjawab: "Sama sekali tidak..." Ucapnya, dengan nada yang rendah.
Mendengar jawaban dari Reza, membuat pria itu sedikit mengerti... Dengan kegagalannya itu: "Haah... Aku mengerti." Pria itu pun melipatkan kedua tanganya di dada. "Memang terasa sangat sulit, jika kau berlatih sendirian. Apalagi, kau masih belum mampu... Mengumpulkan energi yang sangat berlimpah." Ucap pria itu. Ia memaklumi...
SPECIAL BAB EDITION...
(BERSAMBUNG)
bukan mencari kekuatan/bakat yang baru. sesuatu bakal bagus, kalau kita rajin👍