Akibat ditikung saudara kembarnya, Darren memilih keluar dari rumah mewah orang tuanya, melepas semua fasilitas termasuk nama keluarganya.
Suatu hari salah seorang pelanggan bengkelnya datang, bermaksud menjodohkan Darren dengan salah satu putrinya, dan tanpa pikir panjang, Darren menerimanya.
Sayangnya Darren harus menelan kecewa karena sang istri kabur meninggalkannya.
Bagaimana nasib pernikahan Darren selanjutnya?
Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dan mencari pengantin penganti?
Temukan jawabannya hanya di sini
"Dikira Montir Ternyata Sultan" di karya Moms TZ, bukan yang lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Sikapku tergantung bagaimana sikapmu terhadapku
Di saat Darren sedang sibuk dengan pekerjaannya, ia dikejutkan oleh kedatangan Ajeng yang tiba-tiba. "Mas Darren, maaf mengganggu. Bisa kita bicara sebentar?" tanya Ajeng dengan tatapan memohon.
Darren seketika menghentikan pekerjaannya dan meminta Bayu untuk menggantikannya. Dia keluar dari bengkel dan menghampiri Ajeng. "Mau bicara apa lagi?" tanyanya dengan nada datar.
"Menurutmu, kita mengajukan perceraian atau pembatalan pernikahan saja?" Ajeng balas bertanya, mencoba untuk mendapatkan reaksi dari Darren.
Darren hanya mengangkat bahu, tidak peduli. "Terserah! Toh, nggak ngaruh buat aku. Mau statusku duda atau single, sama saja. Tapi kalau kamu nggak tahu," ucapnya dengan cuek, tidak menunjukkan emosi apa pun.
Ajeng mengeraskan rahangnya, tangannya terkepal dalam kemarahan. "Apa maksudmu? Apa segitu rendah kamu memandang diriku?" tanyanya dengan intonasi meninggi, seolah menunjukkan bahwa ia merasa tersinggung dengan sikap Darren.
Namun, Darren hanya bersikap acuh tak acuh, tidak menanggapi ucapan Ajeng.
Melihat sikap Darren yang seolah tak peduli, Ajeng pun semakin kesal. "Percuma saja aku datang kemari kalau ternyata tak mendapatkan solusi apapun," kata Ajeng merasa bahwa kedatangannya sia-sia.
Darren tersenyum sinis, mendengar ucapan Ajeng. "Seharusnya hal itu kamu lakukan sejak awal, sebelum kita menikah. Bukankah aku sudah bertanya padamu 'apa kamu yakin ingin menikah denganku?'"
"Tapi kamu meminta untuk menikah secepatnya, lalu kamu yang mengacaukannya dengan pergi begitu saja tanpa alasan meninggalkan pesta pernikahan. Dan sekarang kamu meminta solusi sama aku?" tanyanya seolah mengejek.
"Jika aku mau, sudah aku lakukan sejak kamu pergi, tapi aku tidak melakukannya karena kamu yang berbuat maka kamu yang harus bertanggung jawab," ucap Darren dengan panjang lebar, menunjukkan bahwa ia tidak mau bertanggung jawab atas kesalahan Ajeng.
"Aku nggak nyangka ya, Mas. Ternyata kamu seegois ini! Niken pasti akan menyesal menikah sama kamu. Sudah miskin tapi sombongnya minta ampun," kata Ajeng dengan kesal. Ia tidak menyangka jika Darren bisa semenyebalkan itu menurutnya.
Darren tertawa sumbang, tidak terpengaruh oleh ucapan Ajeng. "Sikapku tergantung bagaimana sikapmu terhadapku," ucapnya dengan pelan tetapi penuh tekanan.
Darren kembali masuk ke dalam bengkel setelah Ajeng pergi. Dia mengambil alih pekerjaannya tanpa bicara sepatah kata.
*
Pada saat jam makan siang, Darren tersenyum cerah ketika Niken datang dengan menenteng rantang. Sangat berbeda dengan saat ia menemui Ajeng, yang membuatnya merasa tidak nyaman.
"Terima kasih, ya. Aku jadi enak ngerepotin kamu," ucap Darren seraya menghampiri Niken dan tersenyum hangat.
"Nggak repot kok, Mas," jawab Niken dengan lembut. "Lagian aku ke sini sekalian menyampaikan pesan Bapak."
Niken lalu tertunduk sambil tersipu malu, membuat Darren merasa semakin nyaman saat didekatnya.
"Sini, duduk," pinta Darren sambil menepuk bangku panjang yang kosong di sebelahnya.
Niken lantas duduk, dan memberikan rantang pada Darren. "Apa kata Bapak?" tanya Darren penasaran sambil membuka rantang.
"Waahh...!" Dia memandang takjub pada sayur daun singkong dengan irisan ikan tengiri. Niken tersenyum melihat reaksi Darren yang begitu antusias saat melihat makanan.
"Ini pasti kamu yang masak, tapi Ibu yang arahin, kan?" tanya Darren sambil tersenyum menatap Niken.
Niken mengangguk malu-malu. "Ayo, dicicipi enak nggak, Mas?" pintanya pada Darren.
Darren segera menyendok sayur tersebut dan mencicipinya, matanya melebar dan mulutnya menganga. "Demi apa, ini enak banget! Makasih, ya." Darren lantas makan dengan lahap, suapan demi suapan disantap dengan nikmat.
Tak lupa dia membaginya untuk Bayu, yang langsung menyambutnya dengan senyuman lebar.
Selesai makan, Niken lantas menyampaikan pesan bapaknya. "Mas, nanti malam Bapak meminta Mas Darren ke rumah. Katanya ada yang mau dibicarakan," ucap Niken, membuat Darren mengangguk paham.
"Baiklah, nanti sore aku ke sana sepulang dari bengkel," jawab Darren dengan mantap, membuat Niken tersenyum puas.
*
Sore harinya Darren menutup bengkelnya lebih cepat, dan langsung pergi ke rumah Pak Haris. Kedatangannya disambut senyuman hangat oleh calon mertuanya. Darren menyalami Pak Haris, lalu duduk di sampingnya .
"Bagaimana bengkel hari ini, Nak Darren?" tanya Pak Haris mengawali percakapan.
"Alhamdulillah, lancar, Pak." jawab Darren. "Kata Niken ada yang ingin Bapak sampaikan pada saya. Apa itu, Pak?" tanya Darren dengan sopan.
"Begini, Nak Darren. Kalau bisa setelah pengurusan surat pembatalan pernikahan kalian selesai, bisakah Nak Darren menikahi Niken?" tanya Pak Haris seraya menatap Darren dengan serius.
"Emmm... Maksud saya, pernikahan sederhana saja yang penting sah, di mata hukum dan agama. Masalah resepsi itu bisa dilakukan lain waktu." Pak Haris meralat ucapannya.
"Lagian kan, bapak habis menggelar hajatan mana bisa hajatan lagi? Apa kata orang nanti," ucap Pak Haris sambil terkekeh kecil.
"Saya sih setuju saja, kapanpun waktunya, Pak. Tapi apa Niken mau nikahnya biasa saja?" tanya Darren panasaran.
"Kalau soal Niken, dia itu anaknya sangat penurut. Bapak yakin dia pasti setuju." Pak Haris menjawab dengan penuh keyakinan.
Setelah tidak ada lagi yang dibicarakan Darren pun pamit pulang dengan tersenyum puas.
*
Malam harinya, Darren kembali menghubungi Mami Mia dan menyampaikan apa yang dia bicarakan dengan Pak Haris.
"Bagaimana menurut, Mami?" tanya Darren, penasaran dengan pendapat Mami Mia.
"Baiklah, nanti papi dan mami akan datang ke sana membawa seserahan untuk calon mantu mami," jawab Mami Mia dengan nada gembira.
"Tidak usah, Mi. Sebaiknya mami dan papi tidak usah datang. Lagian kan, kami hanya akan menikah sederhana saja. Tidak ada resepsi," kata Darren, mencoba untuk menolak tawaran Mami Mia.
Mami Mia terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab, "Tapi, Bang, ini adalah pernikahanmu. Kami ingin hadir dan merayakan bersama."
"Nanti saja kalau Ren membawa Niken ke Jakarta. Silakan jika Mami ingin merayakannya bersama keluarga besar, Ren tidak keberatan," kata Darren dengan nada santai.
Mami Mia langsung menyambut dengan antusias, "Benarkah...?"
"Iya, Mi. Tapi tolong jangan buat acara yang terlalu besar, ya. Ren dan Niken ingin pernikahan yang sederhana saja," jawab Darren, mencoba untuk menegaskan keinginannya.
Mami Mia terdiam sejenak, sebelum akhirnya menjawab, "Baiklah, Bang. Mami akan mempertimbangkannya."
.
Kira-kira Mami Mia bakalan nurut sama Darren gak, ya?
.
.
.
Terima kasih atas pengertiannya untuk tidak menumpuk bab dan tidak lompat bab dalam membaca serta memberikan like di setiap bab yang telah di baca. Mari saling menghargai.
Salam damai selalu 🫶🫰
Ajeng nya aja yang ke geer an.
Lagian pinjam uang koq maksa, mana marah2 lagi