Dokter Cantik milik tuan mafia...
Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak henti mengguyur kota, Flo seorang dokter muda yang baru saja di pindah tugaskan dari rumah sakit besar ke klinik kecil pinggiran kota, tanpa sengaja menemukan seorang pria tergeletak di tepi jalan bersimbah darah namun masih bernapas.
Pria itu misterius tanpa identitas jelas, hanya mengenakan jaket kulit hitam yang robek di bagian bahu, dan luka tembak di sisi tubuhnya, masih berdarah. Dengan naluri seorang dokternya meronta, dan tak bisa tinggal diam.
Flo membawanya ke rumahnya karena saat itu klinik tempat ia bekerja sudah tutup.Flo pun menolongnya.
sepanjang malam, ia hanya bisa menahan napas di antara rasa takut dan tanggung jawab.
Namun, siapa sangka, pria itu bukan orang biasa. Namanya Gilhan Alfaro seorang mantan agen intel yang kini diburu oleh orang-orang dari masa lalunya.
Luka yang ia bawa bukan hanya di tubuhnya, tapi juga di hatinya yang penuh rahasia, dendam, dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lili Syakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16 pelarian..
Gilhan, seketika menjadi orang yang berbeda.
otot-ototnya mengeras, dan napasnya kembali stabil.
Damar mundur setengah langkah, matanya menyipit. "Apa ini…?" Tanyanya tepercaya.
Gilhan berdiri lagi. Luka-luka di tubuhnya belum sembuh, tapi kekuatan itu entah dari mana datangnya, sehingga membuatnya kembali tegak. Dalam hitungan detik, Gilhan bergerak lebih cepat dari sebelumnya.
Tinju kerasnya menghantam dada Damar membuat pria itu terlempar mundur.
Satu per satu anak buah Damar tumbang, bukan karena keberuntungan, tapi karena Gilhan benar-benar berubah menjadi sosok yang tak bisa lagi dianggap remeh.
Damar berusaha bangkit, darah menetes di sudut bibirnya. "Kau… bukan Gilhan yang kukenal dulu…!"
“Yang kau kenal,sudah mati di pulau itu."jawab Gilhan dingin.
Begitu semua pemburu terkapar atau kehilangan keseimbangan, Gilhan meraih tangan Flo dan menariknya kabur menyusuri pantai.
Menuju kapal yang tadi membawa rombongan Kael dan Damar.
Gilh6 berpikir jika mereka tanpa kapal tersebut mereka tidak akan pernah pulang..
Flo menatapnya dengan wajah campur aduk takut, kagum, dan heran
Saat keduanya sudah berada di atas kapal.
"Apa kamu yakin bisa menggerakkan kapan ini Han....?"
Gilhan tersenyum, tanpa memberikan jawaban,ia segera menuju ruang kemudi
Gilhan segera menyalakan mesin kapal,sebagai seorang yang kenyang dengan kehidupan liar yang keras itu bukanlah hal yang sulit sekalipun.
"Gilhan…sebenarnya apa yang barusan terjadi?" tanya Flo menatap lekas ke arah Gilhan.
Gilhan sendiri tak punya jawaban pasti.
Dadanya terasa panas, tangannya masih bergetar oleh kekuatan aneh itu.
"Aku juga nggak tahu, Flo… tapi,aku rasakan ini… bukan kekuatan biasa."
Flo terdiam, mengingat -ingat kejadian demi kejadian sebelumnya....
Malam mulai merayap perlahan saat kapal kecil yang dinaiki oleh Flo dan Gilhan meluncur pelan di antara ombak yang tenang. Langit gelap, hanya dihiasi cahaya bulan pucat yang memantul di permukaan laut.
Hembusan angin laut membawa aroma asin yang khas, membelai wajah mereka yang sudah letih karena perjalanan panjang.
Di dalam kapal, malam itu terasa begitu damai, angin malam yang terasa dingin, membuat keduanya tidak ingin duduk berjauhan,bintang dan rembulan seakan ikut merasakan aura kebebasan mereka.
Gilhan duduk di ruang kemudi tangannya kuat memegang kemudi wajahnya basah oleh keringat, tapi matanya menyala oleh tekad.
Di sampingnya, Flo bersandar lelah dengan kaki terlipat dan selimut tipis menutupi bahunya.
Sesekali Gilhan melirik kearahnya.
Sesekali terlihat wanita cantik itu memejamkan matanya.
"Kita… benar-benar sudah keluar dari pulau itu," bisik Flo pelan, seolah belum percaya.
Gilhan menoleh sekilas dan mengangguk.
"Iya. Tapi ini baru permulaan, Flo. Perjalanan kita belum selesai."
Lambat lawan Mereka akan menemukan kita, apalagi kapal ini adalah milik mereka pasti mereka memiliki radar untuk melacaknya, jadi sebaiknya setelah kita mencapai tempat tujuan kapal ini harus segera dimusnahkan.!"
"Lalu… apa rencanamu setelah ini, Han...?"tanya Flo, matanya menatap bintang samar di langit.
"Hmph...!"
Gilhan menghela napas dalam, sejenak ia menatap kearah Flo "Kita akan menuju kota pesisir yang jaraknya sekitar dua jam lagi dari sini.
Namanya "Kota Selara. Aku punya kenalan lama di sana… orang yang dulu pernah berutang nyawa padaku. Kalau beruntung, dia bisa bantu kita sembunyi untuk sementara waktu."
Flo terdiam, menatap air laut yang berkilau diterpa rembulan.
Ia tahu Gilhan bukan tipe orang yang mudah percaya siapa pun.
Jika Gilhan menyebut seseorang "teman", berarti orang itu benar-benar penting.
"Han..…" suara Flo lirih, "kau yakin kita aman di sana.?"
Gilhan menatap lurus ke depan. "Tidak ada tempat yang benar-benar aman, Flo Tapi kota itu cukup besar untuk membuat mereka kesulitan melacak kita."
Keheningan kembali menyelimuti mereka. Satu-satunya suara hanyalah percikan air laut yang bersentuhan langsung dengan body kapal yang di sertai desiran angin malam.
Menjelang fajar, ketika garis oranye mulai muncul di cakrawala, siluet Kota Selara mulai terlihat.
Pelabuhan kecil, deretan perahu nelayan, dan bangunan tua berjejer di sepanjang pantai.
Kota itu terlihat hidup, meski pagi masih sangat muda. Gilhan menepikan kapal mereka ke dermaga kayu dan membantu Flo turun. Tubuh Flo terasa lemah karena kelelahan, tapi matanya berbinar ada secercah harapan baru di sana....
