Selama tiga tahun menikah, Elena mencintai suaminya sepenuh hati, bahkan ketika dunia menuduhnya mandul.
Namun cinta tak cukup bagi seorang pria yang haus akan "keturunan".
Tanpa sepengetahuannya, suaminya diam-diam tidur dengan wanita lain dan berkata akan menikahinya tanpa mau menceraikan Elena.
Tapi takdir membawanya bertemu dengan Hans Morelli, seorang duda, CEO dengan satu anak laki-laki. Pertemuan yang seharusnya singkat, berubah menjadi titik balik hidup Elena. ketika bocah kecil itu memanggil Elena dengan sebutan;
"Mama."
Mampukah Elena lari dari suaminya dan menemukan takdir baru sebagai seorang ibu yang tidak bisa ia dapatkan saat bersama suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21. MAKAN MALAM
Hari itu menjadi hari yang paling membuat Elena gugup selama hidupnya. Bahkan dibandingkan saat ia harus presentasi di depan para investor besar, dibandingkan saat ia harus menghadapi fitnah Raven, dibandingkan saat ia harus menghadapi hal menegangkan ... tidak ada yang membuatnya segugup pertemuan dua keluarga ini.
Keluarga Morelli. Dan keluarga Alvarez.
Di satu ruangan.
"Tarik napas, Elena. Kau terlalu tegang," bisik Hans sambil merapikan sedikit rambut Elena yang jatuh ke bahu. "Kita tidak akan dipanggang hidup-hidup. Mereka sudah dewasa, bukan mafia."
Elena mengerutkan mata. "Memangnya kau kira aku takut pada orang tuamu?"
"Kau takut pada Ayahku," jawab Hans cepat.
"Aku menghormatinya bukan takut. Ingatlah kalau ayahmu adalah pemimpin terkenal Morelli," ujar Elena.
"Aku tahu, tapi tidak perlu setegang itu, Darling," kata Raven.
Elena membuka mulut hendak membalas, tapi tepat saat itu pintu ruang makan keluarga besar Morelli terbuka. Dan Elena membeku.
Ibu Hans, Eleanor Morelli ... masuk lebih dulu. Elegan, kuat, dan berkarisma seperti seorang wanita yang terbiasa memimpin. Rambutnya sudah beruban di bagian depan, namun tidak mengurangi kecantikannya sama sekali.
Di belakangnya ... Ayah Hans, Albert Morelli, pria dengan aura dingin, wibawa tinggi, dan tatapan tajam yang sangat mirip dengan Hans. Bedanya, Albert memiliki senyuman yang mengintimidasi, bukan menenangkan.
Mereka benar-benar datang.
Dan Elena langsung meluruskan tubuh, siap membungkuk sedikit untuk menyapa. Namun Theo lebih cepat.
"MAMAA?!!"
Theo berlari secepat mungkin memeluk kaki Elena, membuat Elena yang tadinya sudah siap tampil elegan dan dewasa, berubah menjadi seperti ibu muda yang kebingungan.
Hans menghela napas dan menutup muka dengan tangan.
"Kenapa saat sebelum menjelaskan apa pun," kata Hans yang ia tahu bahwa apa yang Theo ucapkan akan menjadi bahan interogasi orang tua Hans.
Ibu Hans terperangah. "Tunggu ... apakah Theo barusan-"
"Mamaaa, Uncle Roland bilang akan membelikan Theo kue saat pulang nanti," tambah Theo sambil nempel seperti koala.
Ayah Hans membelalakkan mata. "Mama?"
Elena ingin menjelaskan, tetapi Theo sudah menengadah, tersenyum selebar mungkin pada dua orang tua Hans yang adalah kakek dan nenek bocah itu.
"Granpa? Grandma?! Theo punya Mama sekarang," ucap Theo bangga. "Mama Theo baik sekali! Mama sayang Theo!"
Hening. Kedua orang tua Hans menatap Hans dan Elena bergantian.
Hans buru-buru maju. "Mom, Dad, izinkan aku menjelaskan-"
Ibu Hans menatap Hans. "Tolong jelaskan secepatnya sebelum aku salah paham dan berpikir kalian sudah menikah diam-diam tanpa memberitahu kami."
Elena tersedak ludah. "T-tidak! Bukan begitu!"
Theo memeluk Elena makin erat. "Mama, nanti malam tidur bareng Theo lagi, ya."
"Theo," Hans buru-buru menutup mulut anak itu dengan tangan.
Ayah Hans menatap tajam, bukan marah ... tapi bingung. Sangat bingung.
"Sejak kapan anakku punya istri?" gumam Albert Morelli.
"Ayah aku belum menikah dengan Elena hanya bertunangan," kata Hans.
"Lalu kenapa Theo memanggil Elena 'Mama'?" tanya ayah Hans.
Elena panik. Hans panik. Theo santai karena yang penting ia punya Mama.
"Semua ini ..." Hans menarik napas panjang, "... berawal dari balon."
Ibu Hans berkedip. "Maksudmu?"
Hans menghela napas keras seperti sedang mengingat kejadian paling absurd dalam hidupnya.
"Kejadiannya begini ... aku dan Theo sedang makan siang. Theo melihat balon berbentuk dinosaurus, dan balon itu terbang ke arah seorang wanita. Theo mengejarnya, lalu melihat Elena. Entah bagaimana ... entah kenapa ... Theo memanggilnya 'Mama' hanya karena aku pernah bilang kalau Mama Theo itu wanita cantik yang Theo sendiri akan tahu itu Mama Theo saat melihatnya."
"Mamaaa!" ulang Theo bangga.
"Ya, begitu," Hans menjawab pasrah. "Dan sejak hari itu dia yakin Elena adalah Mamanya."
Elena mengangguk buru-buru. "Saya tidak berniat mengambil peran siapa pun. Waktu itu saya hanya tidak tahu harus bagaimana ... Theo menangis keras, saya mencoba menenangkan ... lalu-"
"Lalu takdir mulai iseng," potong Hans.
Ibu Hans menatap Elena, menatap Theo, lalu menatap Hans. "Ini ... banyak sekali yang harus dibicarakan."
Ayah Hans menyilangkan tangan. "Dan kau harus menikahi Elena jika sudah bertunangan dengannya."
"Aku tahu, Dad," ujar Hans.
Elena panas dingin.
Tiba-tiba terdengar suara langkah dari arah pintu.
Orang tua Elena muncul.
Ayah Elena tersenyum lebar. "Maaf kami terlambat sedikit. Lalu ... oh?" Ia memandang Theo yang menempel pada putrinya, seperti koala.
Ibu Elena menutup mulutnya. "Astaga lucunya anak ini."
Ayah Hans dan Ibu Hans langsung menoleh ke mereka. Dan dalam sekejap wajah kedua orang tua Elena berubah kaget setengah mati.
"Gerald?!" sapa Albert.
"Albert?!" sahut Gerald, ayah Elena.
Suara itu keluar serentak dari mulut kedua pria tertua Morelli dan Alvarez itu.
Elena dan Hans spontan serempak menoleh. "Kalian saling kenal?!"
Ibu Elena tertawa kecil. "Kenal? Sweetheart, dulu ketika perusahaan masih dikelola generasi kami, kami sering bertemu. Bahkan sering bersaing untuk proyek sama."
Gerald mengangguk. "Albert ini dulu rival terbesarku dalam tender pembangunan cabang Asia, Pasifik."
Albert tersenyum tipis. "Dan Gerald selalu saja satu langkah lebih cepat."
Ibu Hans juga tersenyum menatap ibu Elena, "Clara ini dulu ratu marketing internasional. Namanya selalu muncul di rapat-rapat besar."
Ibu Elena membalas senyuman itu. "Ah, juga dulu selalu memimpin tim.."Jadi kalian tidak pernah bermusuhan?"
"Tidak," jawab Ibu Hans sambil tersenyum. "Melihat anak-anak kami rival sejak muda ... itu sungguh lucu."
Gerald menepuk bahu Hans. "Kau yang bikin anakku stres di kuliah ya waktu itu?"
Hans langsung batuk. "Ah, itu karena Elena terlalu banyak belajar?"
Elena melempar tatapan mematikan pada Hans. "Oh? Jadi aku ingat aku stres sepanjang dua semester penuh karena rebutan nilai denganmu?"
Hans memijat pelipis. "Bisa kita bahas lain waktu?"
Theo menatap semua orang dengan polos, tidak paham kenapa orang dewasa ribut sekali.
Lalu Theo menarik gaun Elena.
"Mama, Theo lapar," kata Theo.
Hening lagi.
Gerald langsung tersenyum hangat. "Ayo duduk dulu. Kita mulai makan sambil berbincang."
Mereka pun beranjak menuju meja makan besar. Suasana yang awalnya canggung, perlahan jadi hangat.
Saat itulah, pembahasan sebenarnya dimulai.
Ibu Hans mengambil gelas jusnya. "Jadi ... Hans bilang ada sesuatu yang ingin dibicarakan mengenai hubungan kalian?"
Elena tercekat. Hans terlihat tegang.
Theo sudah duduk di samping Elena sambil makan roti pelan-pelan.
Gerald tersenyum lembut, tahu maksud Hans jauh sebelum makan malam ini. "Kami juga sudah siap mendengarkan, Hans."
Hans menegakkan bahu. "Semuanya ... aku ingin jujur soal niatku terhadap Elena."
Elena melirik ke arah Hans, jantungnya mulai berdebar tidak karuan.
Hans menatap Elena. Tatapannya lembut, hangat ... tapi juga penuh tekad.
"Elena telah melalui banyak hal karena skandal bodoh yang dibuat Raven. Media memutar balikan fakta sampai korban terlihat seperti pelakunya. Elena diserang, dihina, dijatuhkan ... padahal dia hanya mempertahankan harga dirinya," ujar Hans sedikit.
Ibu Hans langsung berkata, "Media memang kejam. Mereka membuat korban tampak bersalah dan perempuan menjadi pihak yang dipermalukan."
"Elena tidak pantas diperlakukan seperti itu," lanjut Hans. "Dan aku tidak mau membiarkannya."
Ayah Hans menyipitkan mata. "Dengan cara apa?"
Hans menatap semua orang dan berkata tegas:
"Aku ingin menikahi Elena."
Elena terdiam. Napasnya tercekat. Ia tahu ini akan diomongkan, tapi tidak menyangka Hans akan mengatakannya sejelas itu. Tidak dengan ragu sedikit pun.
Ibu Hans tersenyum kecil. "Akhirnya kau mengatakannya."
Clara menatap Elena dengan mata berkaca sedikit.
Gerald menahan senyum bangga.
Ayah Hans bersandar pada kursi. "Lalu apakah Elena setuju?"
Semua tatapan tertuju pada Elena.
Theo memegang tangan Elena lebih erat sambil berucap pelan, “Mama?"
Elena menelan ludah.
Ia menatap Hans, pria yang sudah membuat hidupnya jungkir balik, tapi juga berdiri sebagai tameng saat ia hampir jatuh hancur.
Dengan suaranya yang lembut tapi tegas, Elena menjawab:
"Ya, aku setuju,", jawab Elena
Hans tersenyum, seolah semua beban lepas dari pundaknya malam ini."
Gerald tersenyum bijak. "Tolong jaga putriku. Jangan sakiti dia seperti Raven menyakitinya."
Clara mengangguk.
Ibu Hans memandang Elena dengan tatapan lembut yang mengejutkan. "Elena, ketahuilah satu hal. Perempuan yang tidak bisa memberikan keturunan bukan berarti tidak berharga. Media mempermalukanmu, tapi apa yang kamu lakukan membuktikan kau menjaga martabatmu."
Elena terkejut.
Ibu Hans melanjutkan, "Dan karena itu ... aku menghormatimu."
Elena menunduk lirih. "Terima kasih, Ma'am."
Ayah Hans menambahkan, "Dan tidak peduli apa kata media, hubungan kalian jauh lebih kuat daripada rumor."
Hans tersenyum kecil ke arah Elena.
Theo menyandarkan kepala di lengan Elena.
Suasana makan itu ... menjadi hangat. Lebih tenang. Lebih damai daripada yang mereka bayangkan.
Pertemuan dua keluarga itu berjalan jauh lebih baik dari yang Elena atau Hans bayangkan.
Tapi ini baru permulaan dari segalanya.
masih penasaran sm mlm pertama mereka berdua, othor nih bikin penasaran aja deh 😁
kalau Elena gak mandul, semoga yg mandul Raven dan ternyata Jessy hamil dgn pria lain, pasti aku akan bersorak kegirangan 🤣
selamat atas pernikahan Hans dgn Elena dan selamat untuk Theo akhirnya Elena jadi Mama nya beneran 😍
jangan jadi hama😤.