The Vampire Prince's Forbidden Love
"Darahnya membangkitkan sang pangeran malam. Cintanya bisa membunuhnya."
Saat Luna menyentuh peti mati itu, ia tak tahu bahwa hidupnya akan terikat oleh takdir kuno dan oleh cinta seorang vampir yang tak boleh mencintai.
Antara keabadian dan kematian, bisakah cinta tetap hidup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUSTIKA DEWI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Luna Hamil Anak Yong Jian
Di rumah yang kecil, Luna terbangun dari tidurnya yang panjang. Ia merasa seolah baru saja terbangun dari mimpi yang kelam. Kejadian-kejadian di masa lalu, termasuk kehidupannya sebagai kekasih vampir, terasa samar dan jauh. Dengan langkah yang mantap, ia mulai membersihkan rumah kecilnya yang sederhana, menyingkirkan debu-debu yang menempel di sudut-sudut ruangan. Setiap sapuan kain terasa seperti menghapus jejak-jejak masa lalu yang ingin ia lupakan.
Hari itu, matahari bersinar cerah, dan udara segar mengisi paru-parunya. Luna merasa hidup kembali. Ia memutuskan untuk mencari pekerjaan, sesuatu yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Dengan semangat baru, ia menyiapkan berkas-berkas lamaran, menulis dengan hati-hati dan penuh harapan. Ia ingin memulai lembaran baru, jauh dari bayang-bayang masa lalu yang kelam.
Setelah selesai dengan persyaratan, Luna melangkah keluar rumah. Ia merasakan angin sepoi-sepoi yang menyentuh wajahnya, seolah menyambutnya kembali ke dunia yang penuh warna. Ia berjalan menyusuri jalan setapak menuju pusat kota, di mana berbagai toko dan kios berjejer rapi. Dalam hatinya, ia berdoa agar ada pekerjaan yang menantinya.
Sesampainya di pusat kota, Luna melihat papan pengumuman yang dipenuhi dengan berbagai lowongan pekerjaan. Ia mendekat dan membaca setiap pengumuman dengan seksama. Tiba-tiba, matanya tertuju pada sebuah lowongan di sebuah kafe kecil yang terkenal dengan suasana hangat dan ramah.
"Pelayan Diperlukan," tulisnya dengan huruf besar. Tanpa ragu, Luna mengambil keputusan untuk melamar di kafe tersebut.
Setelah mengisi formulir lamaran, Luna bertemu dengan pemilik kafe, seorang wanita paruh baya bernama Ibu Mira Tan. Ibu Mira Tan memiliki senyuman yang hangat dan tatapan yang penuh pengertian. Mereka berbincang-bincang, dan Luna merasa nyaman. Ibu Mira Tan melihat potensi dalam diri Luna dan memberinya kesempatan untuk bekerja.
Hari-hari berlalu, dan Luna mulai menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya. Ia belajar banyak hal, dari cara menyajikan makanan hingga berinteraksi dengan pelanggan. Setiap senyuman yang ia terima dari pengunjung kafe membuat hatinya bergetar. Ia merasa diterima dan dihargai. Namun, meskipun ia berusaha melupakan masa lalunya, bayangan Yong Jian, pangeran vampir yang pernah dicintainya, kadang-kadang muncul dalam mimpinya.
Suatu malam, saat Luna menutup kafe, ia melihat sosok yang sangat familiar berdiri di depan pintu. Jantungnya berdegup kencang. Yong Jian, dengan tatapan tajam dan aura misteriusnya, kembali ke dalam hidupnya.
"Luna," panggilnya, suaranya dalam dan penuh kerinduan. "Kau tidak bisa melupakan aku, dan aku tidak bisa melupakanmu."
Luna tertegun, antara rasa takut dan rindu. Ia telah berusaha keras untuk melupakan semua yang berkaitan dengan dunia vampir, tetapi kini, semua itu kembali menghantuinya. Dalam hati, ia tahu bahwa pertemuan ini akan mengubah segalanya. Apakah ia akan kembali ke dunia yang pernah ia tinggalkan, atau tetap bertahan dalam kehidupan barunya yang penuh harapan?
Dengan keputusan yang harus diambil, Luna berdiri di ambang dua dunia. Di satu sisi, ada cinta yang tak pernah padam, dan di sisi lain, ada kehidupan baru yang ia bangun dengan susah payah. Dalam kebingungan itu, ia menyadari satu hal, apapun yang terjadi, ia harus memilih jalan yang akan membawanya menuju kebahagiaan sejati.
Rupanya sosok itu adalah khayalan nya saja. Karena ia sangat merindukan sosok Yong Jian di hidupnya.
* * * * *
Dalam keheningan malam, Luna duduk di tepi kasurnya, air mata mengalir di pipinya. Surat hasil pemeriksaan medis yang terlipat rapi di tangannya seolah menjadi beban yang tak tertahankan. Pikiran-pikiran berputar dalam benaknya, menciptakan kekacauan yang tak bisa ia kendalikan. Bagaimana mungkin ia hamil? Ia baru saja memulai kariernya, dan kehidupan yang ia impikan seakan runtuh dalam sekejap.
Di luar, bintang-bintang berkelap-kelip di langit malam, seolah menertawakan kesedihannya. Luna mengingat kembali hari-hari ketika ia baru mulai bekerja di kafe. Dia adalah gadis yang penuh semangat, bercita-cita untuk mengejar mimpi dan meraih masa depan yang cerah. Namun kini, semua itu terasa seperti ilusi yang jauh dari jangkauannya.
Dengan hati yang berat, Luna berusaha untuk mengingat semua ini. Ia teringat pada sosok vampir bernama Yong Jian, pria yang pernah singgah dalam hidupnya, seorang pangeran vampir dari bangsa Vampir Hitam, tetap yang selalu membuatnya tersenyum. Namun, kenangan itu kini terasa menyakitkan. Apakah ia harus menghubungi pria itu? Apakah dia bahkan ingin tahu tentang kehadiran anak yang belum lahir ini?
"Apa aku harus memberitahu Yong Jian? Tapi bagaimana aku kesana?" gerutunya.
Sambil mengusap air matanya, Luna memutuskan untuk tidak terburu-buru. Ia perlu waktu untuk berpikir. Ia harus menghadapi kenyataan ini dengan kepala tegak. Mungkin ini adalah ujian dari kehidupan, sebuah kesempatan untuk tumbuh dan belajar. Namun, rasa takut dan cemas tetap menghantui pikirannya.
"Aku tidak perlu memberitahu nya. Aku akan membesarkan anak ini sendiri." ucapnya.
Hari-hari berlalu, dan Luna berusaha menjalani hidupnya seperti biasa. Ia kembali bekerja di kafe, meskipun perutnya mulai membuncit. Teman-teman kerjanya mulai memperhatikan perubahan pada dirinya, tetapi Luna berusaha untuk menutupi keadaan. Ia tidak ingin menjadi bahan gosip lebih lanjut. Namun, di dalam hatinya, ia merindukan sosok Yong Jian untuk meminta dukungan dan pengertian.
Suatu malam, saat kafe sudah sepi, Luna duduk sendiri di sudut, memandangi cangkir kopi yang sudah dingin. Tiba-tiba, sosok pria itu muncul di hadapannya. Dia adalah Ezren, seorang pemburu vampir tetap yang selalu membuatnya tersenyum. Ezren merupakan sahabat baru nya. Ezren memperhatikan Luna dengan tatapan penuh kekhawatiran.
"Luna, kamu baik-baik saja? Aku sudah beberapa kali melihatmu tidak seperti biasanya," tanyanya lembut.
Luna terdiam sejenak, merasakan getaran di hatinya. Ia tahu bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk berbagi. Dengan suara bergetar, ia berkata, "Ezren, aku... aku hamil."
Ezreb terkejut, tetapi ia segera mengambil tempat duduk di sebelah Luna. "
"Apa? Bagaimana bisa? Siapa ayahnya?" tanyanya, tetapi nada suaranya tidak terdengar menghakimi.
Luna menjelaskan segalanya, dari awal mula memadu kasih dengan Yong Jian hingga saat ia mengetahui kehamilannya. Ezren mendengarkan dengan seksama, memberikan dukungan yang Luna butuhkan.
"Kamu tidak sendirian, Luna. Aku akan ada di sini untukmu, apapun yang terjadi," katanya dengan tulus.
"Kamu perlu memberitahu Yong Jian mengenai hal ini." tegur Ezren.
"Tidak, Ezren! Aku sudah tidak ingin masuk ke dunia itu lagi. Mungkin...dia sudah menganggap ku mati." sahut Luna.
"Tapi anakmu perlu tahu siapa ayahnya. Dan Yong Jian juga perlu tahu tentang anak ini!" ucap Ezren.
"Ya, sudah. Urusan Yong Jian, biar aku yang urus. Kamu perlu istirahat dan jaga kehamilan mu baik-baik." ucap Ezren memberikan semangat pada Luna.
Kata-kata Ezren memberikan harapan baru bagi Luna. Mungkin, hidupnya tidak akan seperti yang ia rencanakan, tetapi dengan dukungan orang-orang di sekitarnya, ia bisa menghadapi tantangan ini. Luna tersenyum, merasakan kekuatan baru mengalir dalam dirinya. Dia tidak lagi merasa sendirian dalam perjalanan ini.
Dengan tekad yang baru, Luna memutuskan untuk menjalani kehamilannya dengan penuh cinta dan keberanian. Dia akan menjadi ibu yang kuat, dan meskipun jalan di depannya mungkin penuh liku, ia tahu bahwa ia tidak akan melaluinya sendirian.