Harusnya, dia menjadi kakak iparku. Tapi, malam itu aku merenggut kesuciannya dan aku tak dapat melakukan apapun selain setuju harus menikah dengannya.
Pernikahan kami terjadi karena kesalah fahaman, dan ujian yang datang bertubi-tubi membuat hubungan kami semakin renggang.
Ini lebih rumit dari apa yang kuperkirakan, namun kemudian Takdir memberiku satu benang yang aku berharap bisa menghubungkan ku dengannya!
Aku sudah mati sejak malam itu. Sejak, apa yang paling berharga dalam hidupku direnggut paksa oleh tunanganku sendiri.
Aku dinikahkan dengan bajingan itu, dibenci oleh keluargaku sendiri.
Dan tidak hanya itu, aku difitnah kemudian dikurung dalam penjara hingga tujuh tahun lamanya.
Didunia ini, tak satupun orang yang benar-benar ku benci, selain dia penyebab kesalahan malam itu.~ Anja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atuusalimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 1, part 5
Tak ada yang berani bersuara kecuali rintik hujan juga rintihan angin yang menyusup lewat celah jendela. Semua orang sengaja memberi ruang pada Anja untuk meluapkan emosinya dengan tangis. Tak ada penghakiman disini, tak ada yang berani menyalahkannya sekarang, justru semua orang berusaha membiarkannya tenang.
"Papi sebagai orang tua Reka meminta maaf atas musibah yang menimpamu. Keputusan ada di tanganmu Anja, bahkan Papi tidak akan menolak kalau seandainya kamu akan mengambil jalur hukum untuk Reka. Papi akan disamping dan mendukungmu!"
"pih!"Bu Niar menyela keberatan. Pak Tias mengangkat tangan tak mau mendengar pembelaan.
"Pikirkan lagi pih, Reka masih muda, masih belum menyelesakan pendidikan S2. Reka masih punya masa depan, Reka laki-laki tak boleh sampai mempunyai catatan kriminal karena akan menyulitkan pekerjaan Reka dimasa depan," protes Reka tak setuju.
"kamu pikir kamu yang hanya punya masa depan, ha?"
"apa saja, asal jangan dipenjara aku penuhi syaratnya. Aku ini calon seorang ayah yang akan menjadi panutan untuk anak-anakku nanti, dan... Dan lagi apa papi gak malu kalau sampai semua orang mendengar kalau anaknya keluarga Tias masuk penjara,"
"Kenapa tak memikirkan ini sebelum melakukann perbuatan bodohmu tadi?" cela pak Tias dengan amarah yang mendominasi."Sekarang bahkan papi lebih malu karena gagal mendidikmu!",
"pih, aku ini anak papi!"Reka mendebat. "papi tak akan membela orang yang salah sekalipun orang yang papi sayangi".
"Pih!"
"Diam kamu! bahkan sampai sekarang kamu masih menyangkal kesalahanmu sendiri.
Coba pikirkan siapa yang lebih dirugikan disini?"Pak Tias mencemooh, cukup untuk sekedar membungkam protesan putranya. Reka mengalihkan pandangannya frustasi, tambah emosi saat melihat Anja sedari tadi diam saja.
"Anja, ada yang ingin kamu katakan?" Pak Tias beralih memandang gadis yang kini menatap jauh kedepan. Semua orang memandangnya, mereka tau jiwa gadis itu tak ada disini sekarang.
"Anja,"tegurnya sekali lagi. Gadis itu terperanjat, lalu matanya yang berkabut memandang Reka.
"Re...Reka?" Ini, untuk pertama kalinya Anja memanggilanya. Semua orang menatapnya, bahkan Reka beberapa kali memastikan bahwa ia tak salah dengar. Tapi, saat ia memandang Anja yang kini menatapnya dengan luka,ia yakin bahwa suara itu bukan halusinasi.
"Aku tak tau bagaimana menjelaskan semua ini pada Silvi. Aku mohon, bantulah aku untuk menjelaskan bahwa ini hanya sebuah kecelakaan."air matanya meluncur bebas usai menyelesaikan kalimat panjangnya.
"Berjanjilah untuk membuat hubungan kami tetap baik-baik saja,Reka. Aku sungguh tak dapat melakukan apa-apa!"tuturnya dengan suara putus asa. Sesuatu berdesak-desakan dalam dada, ada perih yang ia coba sembunyikan dalam getar suaranya.
Reka terdiam, sepasang netranya mengunci dalam tatapannya. Ia tak mampu mengatakan apa-apa karena memiliki keraguan untuk terikat dengan janji itu.Ia ragu, tentu saja. Ini bukan sesuatu yang mudah.
"Kenapa diam ? maukah kamu berjanji padaku, Reka?"ulangnya lagi seraya menelan kenyataan pahit itu dalam keputusasaan.
Reka nampak memainkan bibirnya gelisah, matanya mengedip cepat menahan air mata.
"Maafkan saya kak Anja, ini tidak sesederhana apa yang kamu pikirkan?"
"Lalu yang kau perbuat terhadapku apa, hah? aku tak mau tau kamu harus mengembalikan hubunganku dengan Adikku!"tuntutnya dengan teriakan yang menyakitkan.
"Aku sudah tak peduli pada diriku sendiri yang penuh noda, tapi adiku... Dia tak bersalah dan bagaimana dia harus menanggung sakit atas apa yang terjadi?"jeritnya semakin tak terkendali.
"Kak Anja, sadarlah!" Teriak Reka sambil bangkit dan mengguncangkan kedua bahu wanita yang saat ini menangis histeris.
"Aku sudah menjelaskan apa yang sudah terjadi kepadaku tadi. Ini diluar kendaliku, seseorang menjebakku,"
"penjelasan?"ucap Anja dengan tawa sumbang "penjelasan yang mana Reka,?"ulangnya dengan tatapan tak mengerti. Tubuhnya terkulai lemas karena tak lagi mampu menahan ribuan jarum yang melukai hatinya.
Perlahan-lahan, matanya meredup, pandangannya berkunang-kunang, dan kepalanya terkulai lemas pada tubuh Reka.
"Dia pingsan!"ucap Reka kemudian khawatir.
"Bawa dia istirahat dikamar. Kenyataan ini melampaui batas beban pikirannya. Harusnya, psikologis nya sekarang terganggu. Jangan dipaksa, biarkan dia tenang dulu!" Erna angkat suara sambil bangkit dari duduknya.
Reka mengangkat tubuh mungil itu menuju kamarnya.
"Mam,kemungkinan malam dia akan demam. Seseorang harus terjaga untuknya, ganti baju dan bersihkan sisa darah dirambutnya biar dia tetap nyaman!" Erna melanjutkan sebelum keluarga itu membubarkan diri.
Dengan perlahan, Reka merebahkan tubuh mungil itu dikamarnya. Akan lebih baik jika dia terus tidur seperti ini, pikirnya. Karena, jika matanya terbuka... dia dapat melihat ribuan luka yang tak kasat mata padanya.
Dia meminta tolong pada kakaknya untuk mengganti bajunya, sisanya... dia yang berjaga semaleman memastikan Anja dalam keadaan aman, mengingat kondisi semua orang yang tidak memungkinkan untuk bergadang.
Dia berjaga sambil menulis beribu-ribu kata maaf untuk dikirim pada kekasihnya, matanya sesekali memandang Anja dikejauhan dengan wajah muram,
"jika itu orang lain, semuanya mungkin tak akan rumit. Tapi ini kamu, wanita yang paling dibanggakan oleh kekasihku!"ucapnya lirih, namun berharap dapat didengar oleh wanita yang masih terpejam dalam damai.
semangat kak author 😍