NovelToon NovelToon
Accidentally Yours

Accidentally Yours

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mutia Kim

Velora, dokter muda yang mandiri, tak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya karena satu janji lama keluarga. Arvenzo, CEO arogan yang dingin, tiba-tiba menjadi suaminya karena kakek mereka dulu membuat perjanjian yakni cucu-cucu mereka harus dijodohkan.

Tinggal serumah dengan pria yang sama sekali asing, Velora harus menghadapi ego, aturan, dan ketegangan yang memuncak setiap hari. Tapi semakin lama, perhatian diam-diam dan kelembutan tersembunyi Arvenzo membuat Velora mulai ragu, apakah ini hanya kewajiban, atau hati mereka sebenarnya saling jatuh cinta?

Pernikahan paksa. Janji lama. Ego bertabrakan. Dan cinta? Terselip di antara semua itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutia Kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Membawa Velora ke hotel

Setelah membersihkan diri, Velora sudah lebih dulu berbaring di futon dengan rambut yang masih sedikit lembap. Lampu kamar dipadamkan, hanya tersisa cahaya remang dari lampu lorong yang masuk lewat celah pintu. Tak lama, Arvenzo masuk, menutup pintu perlahan, lalu langsung merebahkan diri di samping istrinya.

Begitu berbaring, ia tak bisa menahan diri untuk meraih tubuh Velora, menariknya ke dalam pelukan. Tangannya dengan cepat meraba punggungnya, lalu berhenti di pinggang.

“Sayang,” suaranya berat, nyaris berbisik. “Aku pengen seperti semalam lagi.”

Velora menoleh, wajahnya memerah mendengar pengakuan itu. “Sekarang? Di sini?”

“Kenapa nggak?” Arvenzo menatapnya lekat, lalu mendekatkan bibirnya. “Rasanya aku bisa gila kalau nggak nyentuh kamu sekarang.”

Velora menahan tangan Arvenzo yang sudah mulai menjalar kemana-mana, lalu menunduk, menahan senyum malu. “Jangan, Ar. Suara kita nanti kedengeran, lho. Nggak enak didengar sama orang di rumah ini.”

Arvenzo menghela napas kesal, lalu berguling telentang sambil menutup wajah dengan satu tangan. “Astaga... kenapa aku nggak sewa hotel aja sih tadi. Bodoh banget.”

Velora menahan tawa, lalu menyikut pelan lengannya. “Kamu tuh ya... dasar. Padahal semalam kita melakukan itu bukan hanya sekali.”

Arvenzo menoleh lagi, jelas masih belum rela. “Ya gimana? Kamu bikin aku ketagihan, Vel. Aku beneran nggak bisa nahan kalau deket kamu kayak gini.”

Velora menunduk, pipinya panas, tapi tangannya menggenggam tangan Arvenzo erat. “Nanti aja ya, biar aman. Aku juga sebenernya pengen, tapi aku malu kalau ada yang dengar suara des*han kita.”

Arvenzo mendes*h panjang, wajahnya masih terlihat menahan kecewa. “Kamu tega banget nahan aku gini.”

Velora tersenyum kecil, lalu berbaring merapat ke dadanya, menyandarkan kepala di sana. “Kalau tega, aku nggak bakal ada di pelukan kamu sekarang.”

Arvenzo memeluknya erat, masih mendengus seperti anak kecil yang ngambek. “Besok kita harus cari hotel. Aku nggak peduli, Vel.”

Velora hanya tertawa pelan, lalu mengusap lembut dada suaminya. “Iya, iya... besok.”

Akhirnya, meski masih penuh rasa tidak puas, Arvenzo menutup mata, memeluk Velora semakin rapat. Malam itu mereka tertidur dalam kehangatan, meski ada satu sisi Arvenzo yang masih merindukan lebih dari sekadar pelukan.

...****************...

Setelah sarapan, Arvenzo dan Velora berpamitan pada keluarga untuk pergi keluar. Hiroshi mengantar mereka sampai pusat kota, lalu menurunkan di kawasan Shinsaibashi-suji, lorong perbelanjaan terkenal dengan atap kaca panjang yang menaungi ratusan toko di kanan-kiri.

Velora tertegun melihat ramainya suasana. Lampu neon toko yang mencolok, aroma roti manis dari bakery, suara riuh pengunjung yang bercampur bahasa Jepang, Inggris, hingga Mandarin, membuat matanya berbinar. “Wah, tempat ini ramai sekali. Semua tokonya kelihatan menarik.”

Arvenzo menggenggam tangannya, menuntunnya masuk ke dalam keramaian. “Hari ini belanja apa saja yang kamu mau, Vel. Jangan pikirkan harga, oke?”

Velora menoleh cepat, menatapnya. “Apa saja? Nanti aku malah kebablasan, Ar.”

Arvenzo hanya terkekeh kecil. “Justru itu tujuannya. Aku ingin kamu senang.”

Mereka pun mulai berjalan, dan Velora menghentikan langkah di sebuah toko yang menjual gantungan kunci lucu berbentuk karakter Jepang. “Ini cocok banget buat oleh-oleh teman-temanku di Indonesia,” katanya sambil memilih beberapa. Ia memasukkan ke keranjang kecil, sementara Arvenzo dengan sabar menunggu di sampingnya.

Setelah itu, mereka mampir ke toko kue tradisional Jepang. Deretan kotak manis wagashi, mochi isi anko, dan manju cantik berjejer rapi. Velora mencicipi sedikit tester yang ditawarkan staf toko, matanya berbinar. “Enak sekali! Ar, kita beli beberapa kotak, ya. Bisa jadi oleh-oleh juga.”

Arvenzo mengangguk, menambahkan dua kotak besar ke dalam belanjaan mereka. “Yang ini juga sekalian. Biar ada stok buat kita sendiri.”

Velora tertawa kecil. “Kamu ternyata doyan manis juga, ya.”

Perjalanan mereka berlanjut. Velora masuk ke sebuah butik yang menjual syal dan dompet bermotif khas Jepang. Ia lama memilih, mencoba beberapa di depan cermin. “Ar, menurutmu syal warna biru ini bagus nggak?”

Arvenzo berdiri di belakangnya, memperhatikan pantulan istrinya di kaca. “Bagus. Tapi yang merah muda itu lebih cocok sama kamu.”

Velora menoleh dengan senyum malu. “Iya juga, ya...” Akhirnya ia membeli syal merah muda, ditambah sebuah dompet kecil sebagai oleh-oleh untuk ibunya di Indonesia.

Sementara Velora sibuk memilih, Arvenzo sempat melirik toko perhiasan mewah di seberang jalan. Tatapannya tertahan di sana beberapa saat, seolah sudah ada sesuatu yang ia rencanakan.

“Vel, aku ke seberang sebentar. Ada yang mau aku cek,” katanya lembut.

Velora yang masih sibuk memilih tas hanya mengangguk. “Oke, aku tunggu di sini.”

Arvenzo pun melangkah ke toko perhiasan. Suasananya tenang, elegan, dan setiap etalase berkilau oleh cahaya lampu kristal. Ia berjalan pelan, lalu pandangannya jatuh pada sebuah kalung emas putih dengan liontin sederhana berbentuk tetes air, dihiasi berlian kecil yang berkilau halus.

“Yang ini,” kata Arvenzo pada staf.

“Pilihan indah sekali, Tuan. Untuk istri Anda?” tanya staf ramah.

Arvenzo mengangguk pendek. “Ya. Untuk istriku.”

Kotak beludru hitam diberikan padanya setelah pembayaran selesai, lalu ia menyimpannya hati-hati di dalam jaket. Setelah itu, ia kembali ke butik tempat Velora menunggu.

Velora sudah menenteng dua tas belanja. “Ar, aku beli sebanyak ini, nggak apa-apa kan?” tanyanya sambil menunjukkan dua tas dengan desain klasik.

Arvenzo tersenyum tipis, meraih belanjaannya. “Nggak apa-apa. Kamu bebas pilih apa pun yang kamu suka. Bahkan rekening ku cukup membelikan mu setoko-tokonya.”

Velora tertawa kecil. “Kalau kamu terus memanjakan aku begini, aku bisa jadi manja, lho.”

Arvenzo menatapnya serius sejenak, lalu berkata rendah, “Aku malah senang kalau kamu manja dan bergantung sama aku.”

Mereka melanjutkan belanja bersama hingga siang, membeli camilan, pernak-pernik, dan beberapa oleh-oleh untuk keluarga di Jakarta. Velora tampak begitu senang, matanya berbinar setiap kali menemukan barang baru, sementara Arvenzo selalu menemaninya dengan sabar.

Setelah puas berkeliling Shinsaibashi dan membawa beberapa kantong belanjaan, Arvenzo menggandeng tangan Velora keluar dari keramaian. Jam sudah menunjukkan lewat pukul dua siang, matahari condong tapi jalanan masih ramai.

Velora menoleh heran saat taksi berhenti bukan di arah rumah nenek Sachiko, melainkan di depan sebuah hotel berbintang yang berdiri anggun di kawasan Namba.

“Ar, kok kita malah ke sini?” Velora menatapnya bingung. “Bukannya kita harus balik ke rumah nenek Sachiko?”

Arvenzo menatapnya sekilas, senyum tipis terukir di bibirnya. “Aku sudah bilang ke Paman Hiroshi kalau kita akan pulang agak sore. Ada sesuatu yang perlu kita lakukan dulu.”

Velora mengernyit, meski pipinya langsung memanas menyadari maksud tersirat dalam suara suaminya. “Kamu serius? Di siang hari begini?”

Arvenzo mendekat, menunduk sedikit, berbisik di telinganya. “Aku nggak tenang dari semalam, dan aku nggak mau nahan lagi, sayang.”

Velora menunduk cepat, wajahnya semakin merah. Hatinya berdebar keras, tapi ia juga tak bisa menolak keinginan itu. Suara Arvenzo terlalu jujur, tatapannya terlalu penuh hasrat.

“Apa nggak apa-apa?” Velora ragu-ragu, tapi suaranya nyaris berbisik.

Arvenzo menggenggam tangannya lebih erat. “Tenang saja. Aku sudah pesan kamar. Kita cuma butuh sedikit waktu berdua.”

Pegawai hotel yang menyambut hanya tersenyum ramah, seolah sudah terbiasa dengan pasangan yang datang siang hari. Setelah proses check-in singkat, mereka dibawa ke kamar dengan interior modern, jendela besar menghadap kota Osaka.

Begitu pintu kamar hotel tertutup, Arvenzo langsung menarik Velora ke dalam pelukannya. Ciumannya mendarat lembut, tapi jelas terasa ada dorongan kuat di balik itu, dorongan yang sejak semalam tertahan.

Velora sempat menahan dada Arvenzo dengan kedua tangannya. “Ar, kita beneran di sini cuma buat--”

Arvenzo menunduk, menatapnya dari jarak dekat, senyumnya tipis tapi matanya serius. “Vel, aku bawa kamu ke sini karena aku nggak bisa nahan lagi. Semalam aku nyaris gila karena menahannya.”

Velora menelan ludah, wajahnya memanas. “Tapi aku capek...”

Arvenzo mengusap pipinya, lembut tapi penuh tuntutan. “Aku janji, aku yang bakal bikin kamu lupa sama capek itu.”

Tanpa menunggu jawaban lagi, ia kembali mencium istrinya. Kali ini Velora tidak menolak. Justru tangannya perlahan melingkar ke leher Arvenzo, membiarkan dirinya larut.

Mereka bergeser ke ranjang, tubuh saling menempel, suara napas tercampur di antara tawa kecil dan bisikan singkat. Velora sempat memalingkan wajahnya, tersipu malu. “Ar, jangan terlalu kasar ya... nanti kedengeran sampai luar.”

Arvenzo tertawa rendah, menempelkan keningnya di kening Velora. “Tenang aja, kata staf hotel tadi semua kamar disini kedap suara.”

Velora menatapnya setengah percaya, setengah pasrah. Tapi ketika Arvenzo kembali mencium dan membelai dengan penuh kesabaran, ia pun menyerah pada situasi. Perlahan, tubuhnya menanggapi dengan alami, mengikuti ritme yang Arvenzo atur.

Waktu berjalan tanpa mereka sadari. Sinar matahari sudah miring ketika akhirnya mereka berdua terbaring lelah di ranjang. Velora memejamkan mata, tubuhnya terasa lelah. Tak lama kemudian, napasnya melambat, tertidur di dalam pelukan Arvenzo.

Arvenzo menatap wajah istrinya lama sekali. Ada senyum tipis muncul di bibirnya campuran puas, dan lega. Perlahan ia bangkit, meraih sebuah kotak kecil dari kantong jaketnya. Kotak itu berisi kalung emas putih bertahtakan berlian yang tadi ia beli di Shinsaibashi.

Dengan hati-hati, Arvenzo menyibak rambut Velora, lalu menyematkan kalung itu ke lehernya. Rona berlian berkilau lembut di kulit istrinya yang pucat diterpa sinar sore.

Arvenzo menatapnya lama, hatinya terasa penuh. Ia menghela napas pelan, lalu berbisik lirih di dekat telinganya, “Setelah kita pulang dari Jepang, aku janji akan cerita semuanya tentang Vania. Aku nggak mau ada yang aku sembunyikan lagi darimu.”

Ia mengecup lembut kening Velora yang masih terlelap, lalu berbaring kembali di samping istrinya, ikut masuk ke dunia mimpi.

1
Rahma Rain
coba Arvenzo tersenyum sedikit ke arah Velo pasti suasana nya tidak akan secanggung ini.
Rahma Rain
puji dengan kata2 yg manis dong Arvenzo. biar kehidupan rumah tangga mu nggak kaku
Nurika Hikmawati
lebih tepatnya mencoba fokus ya Vel... takut pikiranmu traveling 😂😂
Nurika Hikmawati
walopun Velora dokter di situ, tp emang boleh masuk ke dapur RS trus masak sendiri
Nurika Hikmawati
keluarga arvenzo serem juga ya, tapi Leona juga yg salah. berani bermain api, skg jadinya terbakar sendiri
mama Al
Alhamdulillah velora di terima keluarga Arvenzo
Dewi Ink
velora juga gak bakal ngebolehin, makanya dia turun tangan
Dewi Ink
hemm sepertinya lezat..kasian kalo sakit, gak doyan makanan RS
Istri Zhiguang!
Tapi setiap aku ngeliat sifat dingin Arvenzo, aku selalu keinget dia yang dulu selalu make mantan pacarnya buat nganu/Shy/ ini Arvenzo emang beneran baik dan cinta ke Velora atau cuma bermuka dua aja ya?
Istri Zhiguang!
Semoga Mama Mela gak kayak mertua lainnya yang bakal merintah menantunya sesuka hati
Istri Zhiguang!
Manggilnya langsung ayah/Facepalm/
Rosse Roo
Kiss yg kedua, tp rasanya lebih berbeda eaaa dr yg prtma🤭🤭
Rosse Roo
Aaaaa Lanjut Ar, lanjut di rumah aja. masih di RS soalnya/Facepalm/
Drezzlle
Arvenzo masih malu2 kucing /Facepalm//Facepalm/
Drezzlle
Maunya di suapin ya Ar
Drezzlle
enak ya punya teman yang solid gini
🌹Widianingsih,💐♥️
Deg-degan dong pastinya jantung 💓💓 Velora, sekalinya memandikan lap suaminya sendiri yang selama ini belum tau dalamnya🤪
🌹Widianingsih,💐♥️
Velora jadi nambah gelar baru nih.
Seorang dokter iya profesinya, istri statusnya sekarang jadi perawat dengan pasien suaminya sendiri🤭🤭
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
sepertinya Leona bakal hancur di tangan arvenzo. syukurin deh.
☘️🍀Author Sylvia🍀☘️
arvenzo kl udah marah, nyeremin juga ya Thor. untung aja dia langsung balas perbuatannya si Leona.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!