NovelToon NovelToon
Buku Nabi

Buku Nabi

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:722
Nilai: 5
Nama Author: Equinox_

Sebagai pembaca novel akut, Aksa tahu semua tentang alur cerita, kecuali alur ceritanya sendiri. Hidupnya yang biasa hancur saat sebuah buku ungu usang yang ia beli mengungkap rahasia paling berbahaya di dunia (para dewa yang dipuja semua orang adalah palsu).

Pengetahuan itu datang dengan harga darah. Sebuah pembantaian mengerikan menjadi peringatan pertama, dan kini Aksa diburu tanpa henti oleh organisasi rahasia yang menginginkan buku,atau nyawanya. Ia terpaksa masuk ke dalam konspirasi yang jauh lebih besar dari cerita mana pun yang pernah ia baca.

Terjebak dalam plot yang tidak ia pilih, Aksa harus menggunakan wawasannya sebagai pembaca untuk bertahan hidup. Ketika dunia yang ia kenal ternyata fiksi, siapa yang bisa ia percaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Equinox_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nona Bertopeng Rusa

Beberapa Saat Sebelum Pelelangan

“Baiklah, kita sudah memutuskan nama samaran kita masing-masing. Walaupun ini terdengar konyol dan kekanak-kanakan, tapi ini cukup.” Aksa memandang kedua temannya itu.

Mereka berdua mengangguk dan menanyakan apa yang harus dilakukan selanjutnya untuk mencari pria bertopeng dengan tubuh kekar.

Aksa hanya menyuruh mereka untuk membuntutinya dan jangan sampai berpisah. Ia sendiri sejujurnya tak memiliki ide yang mantap.

Toh, dia hanyalah seorang siswa akademi yang sebentar lagi lulus. Latar belakangnya saja, dia hanyalah pembaca novel akut. Belum pernah sekali pun Aksa melakukan penyelidikan dalam mencari sesuatu.

Aksa berjalan ke sana kemari, melewati kerumunan orang-orang yang memakai topeng. Topeng yang dikenakan juga beragam, mulai dari manifestasi binatang, tumbuhan, hingga hanya topeng polos.

Semua kerumunan mengantre di satu tempat untuk mendapatkan pintu akses suatu bangunan.

Pemandangan itu menarik perhatiannya.

“Biarkan kami masuk!” seru seseorang dalam kerumunan.

“Maaf, pelelangan sudah penuh. Mohon datang kembali minggu depan,” jawab pria bertopeng menyeramkan.

Beberapa orang dari balik kerumunan melesat, memaksa masuk.

Dengan cepat, para penjaga itu memeluk para penyusup dan membantingnya keluar hingga terseok-seok.

Terlihat tiga kubah di atasnya dengan dinding dilapisi bata dan dijaga oleh banyak penjaga yang memakai topeng menyeramkan.

“Hei, lihatlah itu, Mr. B dan Putri Salju,” bisik Aksa.

Brian berhenti sejenak dari langkah sunyinya. ”Itu tempat apa, Mr. A?”

“Entahlah, perasaanku bilang bahwa kita harus ke sana.”

Ia tanpa basa-basi mencoba mendekati dengan langkah perlahan, berhati-hati agar tidak menyenggol seseorang. Pada dasarnya, mereka hanya menghilang, menyatu dengan kegelapan. Tetapi, jika ia berada di dalam cahaya yang amat benderang, maka akan terlihat buram bentuk tubuhnya.

“Tunggu, Mr. A. Jangan terlalu gegabah,” tegur Auriel, mencoba menghentikan langkah Aksa.

Entah apa yang ada di pikirannya, ia mengabaikan teguran temannya. Mau tidak mau, teman-temannya mengikuti dirinya.

Saat mereka mencoba menyelinap di balik kerumunan, terdengar suara bising sorakan dari dalam bangunan itu. Mereka mencoba bergegas mempercepat langkahnya hingga pandangan mereka tertuju pada satu makhluk besar yang sedang diborgol.

Orang-orang bersorak kegirangan melihat makhluk yang sedang dipamerkan.

“Mustahil.” Matanya tak percaya dengan apa yang terjadi.

Auriel sendiri pun memiliki pemikiran yang sama dengannya.

Mereka berdua teringat oleh potongan dari sebuah kalimat dari buku yang telah mereka baca, yang menyinggung tentang ras lain.

'Buku itu benar!' pikir mereka berdua serempak.

Di atas panggung kecil, seorang raksasa berdiri di sebelah pembawa acara yang memakai topeng kelinci. Ia memperkenalkan makhluk yang hanya dipercayai oleh takhayul semata.

Saat ini, mereka berada paling belakang dalam pelelangan. Walaupun begitu, dengan tubuh besarnya sang makhluk raksasa, mereka bisa dengan jelas melihatnya.

Tepat di depan mereka, seorang wanita berpakaian seragam putih dengan topeng elegan ikut memandangnya juga.

Brian sedikit menyelidiki dan menganalisis bentuk tubuh, mulai dari rambut yang diikat hingga sepatu yang dipakai wanita itu.

'Ms. Jenna? Sial, dia di sini! Jika kita ketahuan, ia akan memenjarakan kita.'

Dalam pikirannya, Brian ingin mencoba menghindari Ms. Jenna sebisa mungkin.

Namun, Ms. Jenna perlahan melangkah mendekati panggung. Dia membelah lautan kerumunan yang bersorak, tak peduli dengan sorak-sorai mereka.

'Apa yang akan dia lakukan?'

Ketika ia sedang menerka-nerka Ms. Jenna, ia tak menyangka ada teriakan yang sangat bising menyelimuti seluruh isi ruangan hingga barang-barang berkaca pecah.

Spontan, ia memegang telinganya bersama teman-temannya itu.

Perhatiannya pecah ketika Brian melihat Ms. Jenna mulai mencoba menghunuskan pedangnya.

Instingnya berkata bahwa Ms. Jenna akan membuat suatu keributan dan itu akan merugikan mereka yang sedang menyelinap di balik kerumunan. Jika kerumunan pecah, maka mereka akan tersenggol-senggol dan terpisah satu sama lain.

Refleks, Brian mencoba berlari. Larinya tak ada gangguan sama sekali. Semua kerumunan fokus mencoba mengatasi suara teriakan sang raksasa.

Hingga Brian tepat berada di sebelah Ms. Jenna. Sang pembawa acara memulai lelang itu dengan semangat, memberi tahu para tamunya bahwa makhluk raksasa itu dilelang mulai dari harga satu juta koin emas.

“Hentikan,” bisik Brian.

Dari balik topeng elegannya, mata wanita itu menyorot sosok buram yang memegang tangannya. Ia terdiam dengan heran, emosinya sedikit mereda seolah kesadarannya kembali.

“Siapa?” tanyanya dengan heran.

“Jangan membuat keributan. Terlalu berbahaya. Lihatlah sekitar.” Brian menunjuk ke setiap sudut yang dipenuhi penjaga bertopeng berwajah seram yang memakai senjata tajam, seperti pedang dan kapak.

Ms. Jenna sadar akan tindakan cerobohnya yang tak berpikir lebih panjang. Perasaan akan keadilannya membutakan dirinya untuk membuat keributan. Untung sesosok buram menghentikannya.

“Siapa kau?!” bisik Ms. Jenna dengan nada tegas, memegang tangan sosok buram itu.

“Aku Mr. B.” Nadanya seolah dibuat-buat serak. “Jika kau melepaskanku, maka aku akan memberitahumu sesuatu.”

Tangan Ms. Jenna melepaskan cengkeramannya. Akan tetapi, yang terjadi tak sesuai dengan ucapan sosok buram itu. Malahan, ia pergi kabur hingga menyatu dengan kerumunan.

Sulit baginya melacak sosok buram di tengah keramaian orang. Namun, ia kembali melihat mahluk raksasa itu.

'Huh, untung saja dia mudah ditipu. Jika dia membuat keributan, 'kan, kami bisa repot,' Brian kembali mencoba bersatu dengan Aksa dan Auriel.

“Dari mana kau, Mr. B?”

Brian hanya diam tak menjawab.

Pelelangan dimulai. Beberapa orang misterius memakai topeng, mencoba memasang harga di bawah satu juta koin emas.

“Seratus ribu!”

“Delapan ratus ribu!”

Pembawa acara itu memasang ekspresi kesal. Ia menodongkan pedang yang ia pakai untuk menusuk sang raksasa lelangannya.

“Apa Tuan dan Nyonya tuli?! Saya bilang sebelumnya satu juta koin emas! SATU JUTA KOIN EMAS!” tegasnya sambil menebas-nebaskan pedang di udara.

Semua terdiam. Begitu pula trio buram dan Ms. Jenna. Mereka hanya menyimak.

Dalam suasana tegang dan sunyi itu, seseorang memecah keheningan dengan nada yang lembut. ”Satu juta koin emas.”

Semua orang terkaget, memindahkan pandangannya ke sumber suara.

“Oho, ada nona cantik di sana yang mencoba melelang sesuai harga. Baik, satu juta koin emas pertama!”

Keheningan kembali menghantui ruangan lelang. “Satu juta koin emas kedua!”

Pembawa acara sangat antusias. “Oke! Satu juta koin emas ketiga dan... terjual!”

Keheningan pecah. Semua orang kembali bersorak-sorai. Beberapa memasang wajah masam karena tak mendapatkan apa yang mereka inginkan.

“Baik, makhluk raksasa ini sudah dibeli oleh nona muda yang memakai topeng rusa.” Lengannya mengarah kepada wanita bertubuh seksi dengan pakaian minim dan memakai topeng rusa.

“Tuan dan Nyonya, jangan dahulu pergi. Masih ada barang yang lainnya yang akan kami lelang. Akan ada satu artefak yang menurut kami ini cukup baik dipertimbangkan.”

Beberapa orang keluar dari kerumunan, termasuk Brian yang mencoba menghindari Ms. Jenna.

“Mari kita pergi. Di sini tak ada petunjuk sama sekali.”

“Tidak. Instingku berkata bahwa kita harus di sini sampai selesai.”

Aksa tidak mengetahui bahwa di tengah kerumunan, ada Ms. Jenna yang beberapa hari lalu sangat tegas memperingati mereka agar tidak ikut terlibat dalam penyelidikan. Jika mereka ketahuan, bisa gawat, menurutnya.

“Ayolah, Mr. A. Selain makhluk raksasa itu, tak ada lagi yang menarik.”

“Apa kau tidak mendengar pria bertopeng kelinci itu?” sela Auriel, yang sama kerasnya dengan Aksa.

“Apa?”

“Orang itu, 'kan, bilang akan ada satu artefak yang di lelang.”

“Huh?! Artefak kau bilang? Baik, baik.” Dengan terpaksa, Brian mengurungkan niatnya demi memenuhi hasratnya akan melihat artefak.

1
Osmond Silalahi
mantap ini kelasnya
Osmond Silalahi
author, "misteri 112" mampir ya
indah 110
Nggak sia-sia baca ini. 💪
Taufik: Terimakasih atas feedbacknya
terus tunggu update selanjutnya ^^
total 1 replies
Phedra
Masa sih, update aja nggak susah 😒
Taufik: hehehe tunggu kelanjutannya ya ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!