Melati, hanya seorang guru honorer di sebuah sekolah elite. Namun, dia harus terjebak dengan seorang Tuan Muda yang ternyata Ayah dari anak didiknya.
Menjadi istri bayaran, bukan salah satu dari cerita yang ingin dia lalui dalam hidupnya. Ketika dia harus menikah dengan pria yang hatinya terkunci untuk sebuah cinta yang baru dan sosok baru setelah kepergian istrinya.
Namun sial, Melati malah jatuh cinta padanya. Bagaimana dia harus berjuang akan cinta yang dia miliki. Dalam pernikahan yang semu, dia harus berjuang membuka kembali hati suaminya yang sudah terkunci rapat. Namun, di saat dia benar-benar ingin berjuang dalam cinta dan pernikahannya ini. Melati, harus menyadari satu hal tentang suaminya.
"Kau tidak akan pernah ada dalam tujuan hidupku. Jadi berhenti berharap lebih!"
Melati hanya bisa diam dengan menatap punggung Zaidan yang pergi menjauh darinya setelah mengucapkan kalimat yang benar-benar menghancurkan harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan saat ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Potongan Kue Pertama Untuk Ibu
Melati terkekeh saat melihat wajah gugup Zaidan. Merasa lucu melihat pria dingin ini merasa gugup sperti ini. Dengan santai Melati mengambil kaleng minuman Zaidan dan meminumnya. Membuat Zaidan yang melihat itu tertegun, itu sudah dia minum dan Melati malah meminum bekasnya.
"Kenapa kau meminum itu? Kau bisa ambil lagi di kulkas"
Melati mengangkat bahu acuh. "Memangnya kenapa? Hanya minta sedikit saja pelit sekali. Ingat Tuan, orang pelit rezekinya sulit"
Zaidan sedikit mengerutkan keningnya dengan tatapan yang tidak biasa pada Melati. Dalam hatinya merasa heran karena ada perempuan yang bertingkah apa adanya di depannya. Karena kebanyakan perempuan lain akan menjaga sikapnya saat di depan Zaidan. Selalu ingin menarik perhatian Zaidan yang sejatinya sedingin es ini.
"Kau selalu bersikap seperti ini di depan siapapun?"
Kali ini berganti Melati yang merasa bingung dengan ucapan Zaidan barusan. "Maksudnya? Ya aku memang seperti ini, apa yang harus di ubah? Kalau memang ini sudah menjadi sikapku yang sebenarnya"
Tanpa sadar tangan Zaidan mengepal di sisi tubuhnya. "Jangan tunjukan sikap seperti ini di depan pria lain. Aku tidak suka!"
Melati semakin mengerutkan keningnya, merasa bingung kenapa Zaidan mengatakan hal seperti itu. Dan kenapa juga dia tiba-tiba marah? Aneh sekali. Gumamnya dalam hati.
Zaidan berdiri dari duduknya setelah menghabiskan satu batang rokok. Membuangnya dan menginjaknya dengan sandal untuk memadamkan putung rokok itu.
"Cepat masuk dan istirahat"
"Iya"
Melati langsung berdiri dari duduknya, mengikuti Zaidan yang sudah masuk lebih dulu ke dalam rumah. Ketika Melati akan pergi menuju kamarnya, namun suara Zaidan menghentikan langkah kakinya.
"Kau ingin Mama menyadari jika kau tidur terpisah denganku selama ini?!"
Melati langsung menoleh pada Zaidan yang sudah berdiri di anak tangga pertama. Melati sedikit menipiskan bibirnya, ucapan Zaidan ada benarnya juga.
"Baiklah malam ini aku akan tidur lagi di kamar Tuan"
"Kenapa kau terlihat terpaksa sekali? Seharusnya aku yang merasa terpaksa, karena aku harus berbagi kamar denganmu"
Melati hanya mampu menghela napas pelan, suaminya ini memang selalu menganggap salah setiap apa yang Melati lakukan.
"Aku tidak terpaksa sama sekali. Justru aku senang bisa merasakan tidur satu kamar dengan Tuan, itu adalah sebuah pencapaian yang bagus untukku"
Baiklah, mulai menciptakan drama seolah memang kamu yang paling beruntung bisa tidur di kamarnya. Huh...
"Memang, kau terlalu beruntung bisa tidur denganku" ucap Zaidan sambil berlalu pergi mendahului Melati. Ada seburat senyuman yang tidak di sadari siapapun.
Melati mengepalkan tangannya dengan kuat, jika dia mempunyai keberanian lebih besar mungkin dia akan memukul kepala pria itu yang selalu seenaknya padanya. Sekarang malah seolah Melati yang sangat ingin tidur satu kamar dengannya.
Ah, aku merasa rendah sekali. Tapi sejak aku menyetujui menjadi istri bayarannya, itu sudah merendahkan harga diriku. Sial, dia memang pria sialan. Hiks... yang sabar Mel, kamu pasti bisa.
Melati mengikuti suaminya ke lantai atas, ketika masuk ke dalam kamar itu, tatapan Melati selalu terfokus pada foto yang terpajang di dinding. Ketika melihatnya, selalu ada sebuah denyutan nyeri didadanya. Seolah ada rasa sakit yang tidak bisa dia ungkapkan.
"Cepatlah tidur, besok semua orang akan sibuk. Kau tidak akan hanya leha-leha"
Melati menipiskan bibirnya kesal, dia segera naik ke tempat tidur dan berbaring membelakangi Zaidan yang masih berdiri di dekat tempat tidur. Menarik selimut sampai menutupi lehernya.
Zaidan hanya tersenyum tipis melihat tingkah Melati saat ini. Merasa lucu dengan sikap Melati yang terkadang seperti anak-anak.
Benarkah dia berusia 24 tahun? Sikapnya masih seperti anak SMP.
*
Semua orang sudah sibuk sejak tadi pagi, apalagi Pak Than, Lina dan Maya yang sibuk memasak untuk makan semua tamu undangan. Mama, Delia dan Amelia juga sibuk mengatur segala acara. Melati juga ikut sibuk, selain membantu anaknya bersiap untuk acara ulang tahunnya, Melati juga membantu banyak hal. Belum lagi para teman guru di sekolahnya yang bertanya ini dan itu tentang acara hari ini.
"Zenia senang hari ini? Pasti akan banyak teman-teman yang datang dan memberi hadiah untuk Zen" ucap Melati yang sedang menata rambut Zenia.
"Zen senang karena ada Ibu hari ini"
Melati terdiam, gerakan tangannya terhenti sejenak. Ada perasaan yang bahkan cukup menyentuh hatinya hanya karena mendengar ucapan anak ini. Seolah tahu kemana arah tujuan pembicaraan ini.
"Ulang tahun Zen sebelumnya, hanya ada Papa saja. Sekarang Zen juga punya Ibu, dan Zen bisa menunjukan pada teman-teman jika Zen juga punya Papa dan Ibu"
Melati tersenyum dengan mata berkaca-kaca mendengar ucapan anak berusia 6 tahun yang begitu menyentuh hati. Dia mengecup puncak kepala Zenia dengan penuh kasih sayang.
"Ibu akan selalu bersama Zen apapun yang terjadi"
Zenia menunjukan senyuman yang bahagia dan ceria. Seorang anak yang kehilangan sosok seorang Ibu sejak kecil, hingga sekarang akhirnya dia mendapatkan kasih sayang itu dari Melati. Tentu perasaannya lebih bahagia.
Acara sudah akan di mulai, para tamu yang di undang juga sudah berdatangan. Melati menuntun Zenia keluar dari rumah bersama dengan Zaidan. Mereka berdua menuntun kedua tangan mungil Zenia menuju tempat acara.
Semua anak-anak yang hadir langsung bertepuk tangan saat melihat temannya datang. Zenia yang menggunakan gaun bewarna pink dengan sebuah mahkota di kepalanya. Terlihat sangat lucu dan menggemaskan.
Zenia duduk di sebuah kursi depan meja yang berisi kue ulang tahun miliknya. Lalu, acara di mulai dengan menyanyikan lagu ulang tahun. Semua orang bertepuk tangan dan menyanyikan lagu ulang tahun dengan penuh semangat.
"Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga"
Zenia meniup lilin angka 6 di atas kue ulang tahunnya yang besar itu. Lalu semua orang bertepuk tangan dengan meriah. Melati tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Zenia.
Melati membantu Zenia memegang pisau kue dan memotong kue ulang tahunnya. Memindahkan pada piring kecil potongan pertama kue ulang tahun ini.
"Sekarang Zen mau berikan kue ulang tahun ini pada siapa?" tanya Melati sambil tersenyum.
Zenia menoleh pada Zaidan yang berdiri di sisi kanannya. Zaidan langsung berlutut untuk mensejajarkan tinggi tubuhnya dengan anaknya.
"Maaf ya Pa, kali ini kue pertama bukan buat Papa"
Zaidan mengangkat satu alisnya, cukup tertegun dengan ucapan anaknya itu. Tapi dia tidak masalah dengan itu, Zaidan hanya mengangguk dan mengecup pipi anaknya ini.
Zenia berbalik dan menatap Melati yang berada di sisi kirinya. "Ibu, terima kasih sudah hadir untuk menjadi Ibunya Zen. Ini kue potongan pertama untuk Ibu"
Melati terdiam dengan mata berkaca-kaca, dia tersenyum dan menerima suapan kecil dari anak gadisnya. "Terima kasih Nak, Zen adalah anak yang baik dan Ibu selalu senang telah menjadi Ibunya Zen"
Melati langsung menangkup wajah Zenia dan mengecup kedua pipinya. "Ibu sayang pada Zen"
"Zen juga sayang Ibu"
Melihat Ibu dan anak yang berpelukan dan saling mengungkapkan rasa sayang, meski tidak ada ikatan darah diantara mereka, tentu membuat semua orang merasa terharu. Seseorang yang berada disamping Zenia dan Melati, juga merasa debaran hangat dalam hatinya yang selama ini selalu membeku.
Bersambung
Tapi tidak menabung bab
nextttt thor.....