Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Vincent yang baru keluar dari ruangan dokter itu, raut wajahnya terlihat lesu dan tidak bersemangat. Langkahnya terasa berat, seakan setiap jejaknya membawa beban yang sulit ditanggung.
"Apa yang dokter katakan, lebih baik aku rahasiakan saja. Kalau Valentine tahu apa yang terjadi padanya, dia pasti akan sedih lagi. Walau tanpa anak, kami juga akan tetap bahagia," batin Vincent, matanya menunduk, menyembunyikan rasa kecewa yang membuncah di dalam dadanya.
Ia menarik napas panjang, lalu berusaha menenangkan diri sebelum kembali masuk ke kamar Valentine. Saat ia melangkah masuk ke ruangan itu, senyuman kecil dipaksakan muncul di wajahnya, seolah tidak ada yang terjadi.
"Valentine, aku sudah pesan makanan, sebentar lagi akan datang," kata Vincent lembut, berusaha terdengar riang. Ia menghampiri gadis itu dan duduk di samping ranjangnya, menatap wajah pucat yang tetap cantik meski lemah.
Valentine menoleh perlahan, matanya penuh rasa ingin tahu. "Vincent, apa kata dokter?" tanyanya dengan suara lirih.
Sejenak Vincent terdiam. Hatinya bergetar, tapi ia memilih menahan kebenaran. "Katanya kau sudah tidak apa-apa, dan hanya perlu banyak istirahat. Besok sudah bisa pulang. Tapi aku masih tidak tenang, aku memintanya untuk melakukan pemeriksaan keseluruhannya," jawab Vincent, sambil menyentuh lembut kepala Valentine, berusaha menyalurkan ketenangan melalui sentuhannya.
Valentine menatapnya dalam-dalam, seakan mencoba membaca kejujuran dari sorot mata itu. "Hanya itu yang dikatakan dokter?" tanyanya pelan, penuh keraguan.
"Benar!" Vincent segera mengangguk, lalu menggenggam tangan Valentine dengan erat. "Valentine, aku harus memastikanmu sudah sehat. Agar bisa menjadi pengantinku. Aku ingin kau menjadi pengantin paling cantik dan bahagia," ucapnya tulus sambil mengecup dahi gadis itu dengan penuh kasih.
Valentine terdiam. Senyum samar muncul di bibirnya, namun matanya berkaca-kaca. "Setelah apa yang dikatakan dokter, Vincent tidak keberatan dan masih ingin menikahiku? Padahal dia adalah anak tunggal keluarga Zhao dan butuh pewaris," batin Valentine. Perasaannya campur aduk antara haru dan ragu.
"Vincent, sebelum menikah, kau masih bisa mempertimbangkan apakah acara ini perlu dilanjutkan atau tidak. Karena pernikahan adalah menyangkut seumur hidup kita," kata Valentine, suaranya bergetar.
Namun, tanpa ragu sedikit pun, Vincent menggenggam tangan Valentine lebih erat. Tatapannya tegas dan penuh ketulusan. "Aku sudah lama berniat ingin menikahimu, jadi aku tidak perlu lagi mempertimbangkannya. Menikah denganmu adalah impianku," jawab Vincent, senyum lembut tersungging di bibirnya.
Mata Valentine sedikit melembut, tapi ia masih ingin menguji ketulusan itu. "Apakah aku boleh tahu, sejak kapan kau mulai menyukaiku?" tanyanya pelan, seakan takut mendengar jawabannya.
Vincent tersenyum simpul, seolah pertanyaan itu membawanya kembali pada kenangan yang telah lama ia simpan. "Pertama kali saat kita bertemu," jawabnya mantap.
Alis Valentine terangkat. Ia mencoba bertanya dengan pura-pura penasaran. "Kapan pertama kali kita bertemu, dan di mana?" tanyanya, menatap Vincent dengan sorot mata penuh rasa ingin tahu.
Vincent terkekeh kecil, seolah heran dengan pertanyaan yang menurutnya jelas. "Pertama kali kita bertemu, kita bertengkar, dan kau menamparku. Sejak saat itu aku mulai mengejarmu," jawab Vincent sambil menggeleng pelan, senyumnya melebar, seakan kenangan itu sesuatu yang berharga baginya meski diawali dengan pertengkaran.
Valentine terdiam. Ingatannya perlahan membawa dirinya kembali pada malam di sebuah club. "Ternyata di saat itu dia sudah mulai menyukaiku. Dan aku masih begitu bodoh percaya pada Jacky dan perjanjian keluarga. Sehingga bersikeras ingin menikah dengan Jacky. Vincent yang selalu angkuh dan dingin di depanku ternyata telah menyimpan perasaannya padaku," batin Valentine, hatinya bergetar.
Menatap wajah Valentine yang tiba-tiba melamun, Vincent sedikit mengernyit. "Kenapa, apakah ada yang mengganggu pikiranmu?" tanyanya lembut.
Valentine segera menggeleng, memaksakan senyum samar. "Tidak, aku hanya tidak sabar ingin pulih ingatanku. Agar aku bisa tahu pertemuan pertama kita," jawabnya dengan alasan yang terdengar wajar
Vincent menarik napas lega, lalu mengusap rambut Valentine dengan penuh kasih sayang. "Jangan dipaksa, yang penting kau sehat dan bahagia... itu sudah lebih cukup bagiku," ucap Vincent, sebelum akhirnya memeluk Valentine erat di dadanya.
Di dalam pelukan itu, Valentine merasakan ketulusan yang tulus sekali. Hangat, menenangkan, dan begitu berbeda dari apa yang pernah ia rasakan sebelumnya.
"Vincent, setelah ingatanku kembali, aku baru sadar siapa yang baik padaku," batin Valentine.