Sama seperti namanya, Rindu Trihapsari gadis cantik yang merindukan kasih sayang dari keluarganya.
Rindu gadis cantik dan sangat pintar, namun semua yang dia miliki tidak pernah terlihat di mata keluarganya, gadis cantik itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang seperti kembarannya, Rindu seolah ada dan tiada di dalam keluarganya
Bagaimanakah kisah Rindu? yukkk.... kepoin karya terbaru mamak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Rinda, kamu bikin ulah apa lagi? " tanya Rian yang baru pulang kerja, tadi tidak sengaja dia berpapasan dengan tuan Dinata yang lagi telponan dengan Karen menceritakan kejadian saat di supermarket, Rian dapat melihat wajah marah tuan Dinata itu.
"Maksud abang apa? " tanya Rinda yang tidak mengerti.
"Kamu kenapa? " tanya nyonya Karin yang duduk di samping Rinda.
"Aku nggak sengaja ketemu om Dinata.... " Lalu Rian menceritakan semuanya kepada nyonya Karin.
"Benar Rin, kamu bikin ulah, mama nggak bisa bela kamu loh, klau Dinata dan Mayang marah sama kamu." tukas Nyonya Karin yang bingung menghadapi situasi saat ini.
"Apaan sih ma, aku nggak ngapa ngapain dia kok, dia aja yang lebay, mentang mentang nggak tinggal sama kita, trus bisa merendahkan aku, ya nggak lah." kilah Rinda tidak terima.
"Abang kok nggak percaya ya sama ucapan kamu itu, selama ini Rindu nggak pernah marah klau nggak di usik, bahkan saat dia tuduh macam macam aja dia tetap diam." selidik Rian.
"Ohhh... Sekarang abang sudah nggak percaya lagi sama aku, abang sekarang berpihak sama Rindu, aku benci sama abang! " marah Rinda berlari ke dalam kamarnya.
"Apaan sih, drama banget, orang cuma nanya doang, tapi tanggapannya lebay banget." kesal Rian yang hanya bisa dia ungkapkan dalam hati.
"Kamu sih bang, bikin adik kamu marah." tegur sang mama.
"Gini nih ma, membuat dia semakin ngelunjak, apa apa di bela." kesal Rian yang ikut berjalan ke kamarnya.
"Huu.... Kenapa sejak Rindu keluar dari rumah ini, semua jadi berubah, dulu saat dia di rumah, walaupun sering di anggap tidak ada, rumah ini Damai damai aja, dan penuh canda tawa, kini semua terasa asing, dan sibuk sama diri sendiri, bahkan kini Rian lebih banyak diam di kamarnya." gumam nyonya Karin merenung di ruang tamu seorang diri.
Tak Kalah jauh di perusahaan nya, tuan Baskoro juga sedang duduk termenung menatap figura foto di ruangannya.
"Saya baru sadar, ternyata dari dulu Rindu tidak pernah ada di setiap foto keluarga, di saat semua kumpul dia kemana, klau dulu saya percaya dia hanya butuh uang, bukan kebersamaan keluarga, karena setiap di kasih uang dia hanya diam saja, tidak pernah protes, tapi kenapa saat dia keluar dari rumah dan meninggalkan semua uang dan kartu ATM yang kami berikan dia tinggalkan, sebenarnya apa yang terjadi dengan anak itu." gumam Pak Baskoro mengusap kasar wajahnya.
Pak Baskoro menatap nanar hpnya, dia baru saja melihat sosial media menantunya, di sana memperlihatkan kebahagian keluarga itu, bahkan pak Baskoro bisa melihat wajah bahagia sang putri, terlihat tawa lepas sang putri.
"Kenapa kamu bisa tertawa selepas itu bersama orang lain nak, saat bersama kami kamu tidak sekali pun memperlihatkan tawa mu itu, bahkan tersenyum pun terlihat sangat sulit." gumam tuan Baskoro.
"Agggkkkk.... Kenapa sih gue harus terlahir kembar dengan anak sialan itu, seharusnya gue lahirnya sendiri aja, seharunya gue anak perempuan satu satunya di keluarga Baskoro ini, gara gara ada Rindu, kasih sayang nenek dan kakek lebih condong sama Rindu dari pada ke gue, bahkan bang Karen yang gue suka aja sama sekali tidak melirik gue sama sekali, matanya hanya tertuju sama Rindu, Rindu terus, gue benci itu." marah Rinda dengan dada naik turun, dia sangat ingat dulu saat masa masa kecil sebelum Karen sekolah keluar negeri, abangnya Rian dan Karen selalu memanjakan Rindu apa apa Rindu, membuat dia benci kepada Rindu, dan di saat Karen pergi ke negeri orang, Rinda selalu membuat rencana licik, agar Rindu di benci oleh keluarganya, apa lagi saat kakek dan neneknya ikut berpulang, semakin jadi Rinda membuat
kembarannya itu di abaikan keluarganya.
"Sialan, apa apaan ini, kenapa dia terlihat sangat bahagia, kenapa tante dan om Dinata sangat menyanyaginya, seharusnya gue yang ada di posisi itu." pekik Rinda semakin menjadi, saat melihat sosmed Karen.
Rinda yang terbakar api cemburu, berbanding terbalik dengan Rindu yang sedang berbahagia, suami dan mertuanya mengajak Rindu makan malam di sebuah restoran mewah, tidak hannya mereka berempat, di sana juga ada bi Fatma dan mang Jajang yang sudah di anggap orang tua oleh Rindu, ke enam pasang beda generasi itu benar-benar menikmati waktu makan malam mereka.
"Makan yang banyak sayang." ucap nyonya Mayang mengambilkan lauk ke dalam piring Rindu.
"Terimakasih mama." ucap Rindu tulus, hatinya menghangat mendapat perhatian dari mertuanya itu.
Sementara Karen sedang sibuk membuka kulit udang untuk sang istri, dia tidak mengizinkan tangan Rindu kotor untuk mengupas kulit udang.
Bi Fatma dan mang Jajang bersyukur melihat anak angkatnya yang kini sudah hidup bahagia, dapat perhatian dari suami dan mertuanya, perhatian yang tidak pernah di dapat oleh Rindu di keluarga kandungnya, kini dia dapatkan dari mertua dan juga suaminya.
"Semoga kamu terus bahagia ya nak, sudah cukup selama ini kamu menderita, kini saatnya kamu hidup bahagia." gumam bi Fatma.
"Ayah senang kamu sudah hidup bahagia nak, kini nenek dan kakek kamu pasti sudah tenang melihat kamu dari sana." gumam mang Jajang.
"Haiii.... Kalian kenapa belum makan, malah bengong aja." seru nyonya Mayang membuyarkan lamunan ke dua orang itu.
"Haa... Ahhh... Iya bu." gugup bi Fatma yang sadar dari lamunannya.
"Lagi ngelamunin apa sih? " kepo nyonya Mayang, mereka sudah seperti sahabat aja.
"Saya bersyukur melihat kebahagian Rindu sekarang bu, senyum dan tawanya yang sudah lama hilang, kini sudah kembali lagi." ujar bi Fatma berkaca kaca.
Nyonya Mayang pun ikut tersenyum haru.
"Kamu benar senyum itu nggak boleh hilang lagi dari bibir menantu ku." ucap nyonya Mayang ikut menatap ke arah Rindu yang sudah mulai berkacak kaca.
"Terimakasih mama, papa, mas, ayah dan ibu, kalian selalu perhatian kepada aku." ucap Rindu dengan suara lirih.
Karen yang tau perasaan sang istri, lansung memegang tangan sang istri dengan lembut.
"Terus lah seperti ini ya nak, klau punya masalah cerita sama kami, kami ini sekarang keluarga mu, orang tua mu." tuan Dinata pun tidak kalah memberi perhatian kepada menantunya itu.
"Baik papa." angguk Rindu.
"Ya sudah, sekarang kita lanjut makan, nanti keburu dingin makanannya." ujar nyonya Mayang.
Mereka makan dengan begitu tenang sesekali ada obrolan ringan di antara mereka.
Bersambung....
Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
tapi ceritanya seruuu.... lanjut thor...
syukurlah bu fatimah sm ayah jajangnya ikut rindu biar rindu ada temannya