DILARANG KERAS PLAGIARISME!
Aruni adalah seorang mahasiswi di sebuah universitas ternama. Dia berencana untuk berlibur bersama kawan-kawan baik ke kampung halamannya di sebuah desa yang bahkan dirinya sendiri tak pernah tau. Karena ada rahasia besar yang dijaga rapat-rapat oleh ke dua orang tua Aruni. Akankah rahasia besar itu terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DENI TINT, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 - PENCARIAN SEKAR WANGI
Aruni berbalik badan perlahan, menatap Caca dengan senyuman yang terasa... dingin... mencekam...
Lalu tiba-tiba angin di sekitar mereka berdua berhembus lebih kencang. Dahan-dahan pohon sekitar bergoyang lebih kencang pula.
Aruni yang berdiri menatap Caca dengan senyuman dingin nan mencekam itu, berucap...
"SEBAIKNYA KAU DIAM, ATAU KAU AKAN MENJADI YANG BERIKUTNYA, CACA..."
Caca terpaku sambil menatap balik Aruni, seketika tubuhnya merinding, mulutnya tak mampu berbicara. Dan apa yang dirasakan oleh Caca saat ini, tak mampu dijelaskan. Aruni melangkah perlahan mendekati Caca, kemudian memegang dagunya. Menatap Caca dengan serius, namun terasa dingin bagi Caca.
"Jangan ikut campur ya..." ucap Aruni kemudian. Tak lama setelah itu, Aruni menggandeng tangan Caca untuk kembali ke desa.
***************
Tak terasa waktu sudah tepat tengah hari. Pak Parman beserta warga yang membantu mencari Sekar sudah kembali ke desa. Mereka berkumpul di depan rumah orang tua Sekar untuk beristirahat sambil saling bertukar informasi dari hasil pencarian mereka. Pak Parman tampak mengobrol serius dengan beberapa warga, sedangkan Bella masih di dalam rumah orang tua Sekar menenangkan mereka.
"Pak, sebaiknya kita adakan ritual seperti dahulu, supaya Sekar segera ditemukan." usul salah seorang warga kepada Pak Parman. Segera usulan itu pun disetujui oleh beberapa warga yang lain.
Pak Parman sendiri memang memiliki pemikiran yang sama, yaitu mengadakan ritual. Namun ia tak mau gegabah. Karena ritual bisa dilakukan jika memang sudah terbukti ada unsur gaib yang terlibat dalam hilangnya Sekar.
"Kita gak boleh terburu-buru, alangkah baiknya kita tetap cari Sekar terlebih dahulu. Lagipula, desa kita juga sudah lama tak ada gangguan gaib." ucap Pak Parman.
"Tapi Pak, kita udah cari dari tadi pagi, sampe siang begini Sekar belom juga ditemukan." salah seorang warga menambahkan pendapatnya.
"Iya, betul, memang Sekar belum ditemukan, tapi kita harus yakin kalau Sekar pasti ditemukan. Kita harus tetap mencari dulu di setiap tempat yang mungkin belom kita jamah." jawab Pak Parman.
Bella yang sedikit tertarik mendengar obrolan serius itu dari dalam rumah orang tua Sekar, akhirnya ia keluar dan ikut duduk di antara warga.
"Kita harus terus cari dengan kepala jernih, jangan gegabah untuk melakukan ritual. Khawatir justru nanti malah mengundang bangsa lelembut datang." tambah Pak Parman. Para warga jadi saling berbisik mendengar penuturan kepala adat mereka. Ada yang setuju dengan ucapan Pak Parman, ada pula yang menganggap ritual adalah jalan terbaik untuk menemukan Sekar.
Pak Nardi, yang sedari pagi menemani Pak Parman mencari Sekar, melihat ke arah Bella yang duduk diam di antara warga lain. Kemudian ia berjalan mendekati Bella dan duduk di sampingnya.
"Nak, maaf, boleh saya tanya sesuatu?" ucap Pak Nardi kepada Bella.
"Iya Pak, boleh." jawab Bella.
"Sebenarnya kawan baik kamu itu ada hubungan apa dengan Anjani?" tanya Pak Nardi tanpa basa-basi dengan ekspresi serius.
Bella yang mendapatkan pertanyaan itu, mencoba berpikir sejenak, dirinya pun tak ingin jika sampai memberikan jawaban yang salah.
"Emmm, gimana ya Pak saya jelasinnya?" Bella malah balik bertanya dengan perasaan tidak enak untuk menjawab.
"Udah, jawab aja sejujurnya." pinta Pak Nardi. Obrolan mereka berdua tampak serius, terpisah dengan obrolan warga lain dengan Pak Parman.
"Saya jawab setau saya aja ya Pak." Bella membuka jawabannya. "Sebenarnya sahabat saya, Aruni itu, adalah cucu dari Neneknya yang bernama Anjani. Saya juga gak terlalu paham sebenarnya siapa Nenek Anjani itu. Karena Aruni juga gak pernah cerita banyak ke saya Pak. Bahkan Ibunya juga gak banyak cerita soal Nenek Anjani ke Aruni. Itu aja yang saya tau Pak." jelas Bella.
"Oh begitu ya. Jadi, sahabat kamu yang namanya... emm... siapa tadi?" ucap Pak Nardi.
"Aruni Pak..." jawab Bella.
"Iya, Aruni, cucunya Anjani ya. Terus kamu udah tau sejarah keluarga Anjani di masa lalu?" tanya Pak Nardi. Bella tak menjawab, hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum yang tertahan. Sebenarnya Bella sudah tahu dari cerita si nenek penjual sayur yang beberapa hari lalu bertemu di rumahnya dengan mereka bertiga. Tapi Bella memutuskan untuk tak menjawab detail. Dirinya khawatir jika jawabannya semakin membuat suasana tak nyaman.
"Oh begitu. Ya udah kalau kamu belum tau. Saya cuma pesan sama kamu, tolong jaga sahabatmu itu ya. Soalnya setau saya, roh Anjani masih belum mati, dan dia masih ada di desa ini, mencari penerus ilmunya." jelas Pak Nardi yang justru membuat Bella jadi tak nyaman. Pak Nardi beranjak meninggalkan Bella, kembali mengobrol dengan Pak Parman dan warga desa yang lain.
Setelah beberapa lama, akhirnya Pak Parman mempersilakan warga untuk kembali ke rumah masing-masing. Supaya mereka bisa beristirahat dan mengerjakan pekerjaan pribadi mereka. Orang tua Sekar pun keluar dari dalam rumah untuk mengucapkan terima kasih ke warga lain yang sudah bersedia membantu mencari anaknya. Bella pun segera ingin pamit setelah Pak Parman pulang duluan.
"Pak, Bu, saya izin pulang dulu ya. Nanti kalau warga mulai cari Sekar lagi, saya siap bantu lagi." ucap Bella sambil bersalaman dan mencium tangan kedua orang tua Sekar.
"Iya Mbak, terima kasih banyak ya. Maaf gara-gara anak kami main terlalu jauh, jadi ngerepotin Mbak Bella juga." ucap ayah Sekar.
"Mbak, terima kasih ya..." tambah ibu Sekar yang masih merasakan kesedihan anaknya belum juga ditemukan.
"Iya Bu, sama-sama. Semoga sebentar lagi Sekar pulang ya Bu." jawab Bella untuk menguatkan mental ibunya Sekar. "Saya permisi ya Bu..." tambahnya, kemudian Bella beranjak dari rumah itu untuk pulang ke rumah nenek Aruni.
Ketika ia sampai di depan pintu gerbang halaman, Bella melihat Aruni sedang duduk di teras rumah sendirian. "Loh, kok dia sendirian?" gumamnya dalam hati. Bella berjalan menghampiri Aruni, sambil melihat ke arah dalam rumah.
"Loh, Ar, kok sendirian? Caca mana?" tanyanya.
"Ada kok di kamarnya." jawab Aruni dengan senyuman datarnya. Namun Bella tak merasakan keanehan itu. Dirinya seperti terhalang oleh tembok pikiran rasionalnya. Tak seperti Caca yang bisa merasakan perbedaan dalam diri Aruni.
"Lo sama Caca udah pulang dari tadi ya?" tanya Bella lagi.
"Iya..." Aruni menjawab singkat.
"Pantesan, gue gak liat lo berdua di rumah Sekar barusan. Ya udah, gue mau mandi dulu ya, keringetan nih badan gue, agak panas sesak tadi pas di rumah Sekar." ucap Bella sambil berlalu ke dalam rumah untuk menuju kamarnya.
Sedangkan Aruni masih duduk santai di kursi teras. Ketika Bella mulai menaiki tangga menuju lantai atas, Aruni menoleh ke arahnya, memperhatikan Bella dengan tatapan dingin dan tajam dari arah belakangnya. Dan...
Terlihat senyuman tipis nan mencekam dari bibir Aruni.