"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.
"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.
"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 - Godaan Maut
"Ta-tapi dok... kami hanya ingin supaya dokter jangan dekat-dekat dengan wanita buruk rupa dengan penampilan setengah mumi itu!" ucap Lilly, mengingatkan Hans.
"Ooh... jadi kalian nggak suka dengan penampilan ini, Hah?! Asal kalian tahu aja, aku lah dokter yang merawatnya sejak awal, lalu memasang perban ini pada wajahnya! Puas kalian?"
Semuanya kicep dan merasa malu sendiri mendengar ucapan Hans. Seolah senjata makan tuan.
"Tapi, tetap aja, dok. Jangan membela OB rendahan itu. Menurut kami, nanti dokter akan ketiban sial terus-terusan dan bernasib sama seperti dirinya," ucap Lilly, masih membela argumen nya.
"I-iyaa tuh, dok. Kami nggak ingin salah satu dokter paling tampan di rumah sakit ini, malah pedekate sama pegawai rendahan berwajah seram itu. Dokter pantas dapat yang lebih baik, kok!" tambah Naomi, menimpali argumen Lilly, supaya dokter Hans berpihak pada mereka.
"Kurang ajar kalian menyebut Nadine seperti itu. Memangnya apa hak kalian, melarangku dekat-dekat dengannya? Hah?!" Hans mulai naik pitam.
"Soalnya, nggak pantes, dok. Dokter itu masih muda, tampan, kaya, pasti kami yakin dokter pantasnya untuk yang cantik juga. Bukan malah sama si jelek dengan profesi OB macem begini!" Naomi tambah menimpali hinaan Lilly terhadap Nadine, di hadapan Hans.
"HAH?! Nggak pantes? Emangnya, standar seperti apa yang kalian terapkan untuk hubungan seseorang?" sentak Hans.
"Yaaa... harusnya aple to aple, dok. Bukan malah, maaf aple to anjim !" sergah Lilly.
Ucapan itu membuat Hans semakin meradam dan naik pitam.
"Oh... jadi kalian bertujuh, aliansi yang selalu menyebar gosip negatif tentang Nadine, hah?!" selidik dokter Hans.
"Kalian juga, yang memfitnah Nadine, dengan menyebut dirinya memberikan ajian atau guna-guna, supaya hatiku luluh padanya? Begitu, heh?!" lanjut Hans menyudutkan ketujuh pegawai senior itu.
Nadine dan Bu Minah terkejut, saling kaget dan merespon dengan membuka bibir seperti huruf O bulat.
Untuk gosip terkait menyan-tet ataupun guna-guna terhadap dirinya, baru kali ini Nadine dengar. Ternyata, Hans sangat update gosip dan memperhatikan dirinya, hingga sejauh itu.
Nadine sempat geleng-geleng kepala, takjub dengan budak cintanya yang satu ini.
"Cepat jawab!" paksa Hans dengan tatapan beringas.
Lilly dan Naomi, maupun kelima orang lainnya cuma terdiam kaku. Mereka bertujuh manyun karena dibentak dan dimarahi oleh orang yang mereka sukai sejak lama. Yang membuat mereka lebih sakit hati dan kesal, Hans justru membela Nadine yang tiba-tiba saja hadir kembali dalam kehidupan dokter muda itu. Dibanding dengan mereka yang bertahun-tahun merawat dan memendam rasa cinta pada dokter Hans.
Semuanya masih menundukkan wajah. Hans justru semakin menyudutkan ketujuh pegawai senior itu.
"Dibelakang sok-sok an menghina dan memfitnah Nadine dengan sesumbar semau kalian, saat ditanya langsung malah semuanya nunduk dan manyun begini! Dasar kalian....." Hans menghentikan ucapannya. Amarah dokter itu sudah diambang batas.
Ketujuh pegawai senior itu kecewa berat, seolah hati mereka tersa-yat. Harusnya, Hans mendengar semua ucapan mereka dan menjauhi Nadine. Tapi, justru sebaliknya.
"Kalo nggak mau jawab. Baiklah! Sekarang saya tanya lagi. Kalian harus menjawab, atau saya tidak akan pernah memaafkan kalian sampai kapanpun!" ultimatum itu serasa sangat berat dan tidak adil bagi aliansi yang justru disatukan karena mencintai dokter Hans.
"Jadi, maunya kalian apa? Aku harus ikut kalian untuk menghina Nadine dan menjauhinya? Begitu?"
Pertanyaan Hans barusan memicu kegembiraan dan semangat dari wajah ketujuh pengawai senior. Semuanya langsung kompak mengiyakan dan beberapa memberikan jempol.
Mereka merasa, akhirnya dokter Hans mau mendengar juga ucapan dan saran untuk menjauhi Nadine.
Namun, Hans justru memberikan respon dan jawaban yang paling menohok,
"Kalo itu mau kalian, silakan tunggu sampai kiamat datang!" ucap Hans, membuyArkan ekspektasi ketujuh pegawai senior.
"Sampai kapanpun, saya nggak akan menghina ataupun menjauhi Nadine. Terkecuali, Nadine sendiri yang mengusir saya dari hidupnya. Dan satu lagi, kalo diantara kalian masih mengharapkan saya, silakan jadi perawan tua hingga ajal menjemput!" tambahnya dengan nada ketus.
Beberapa diantara ketujuh pegawai itu, mulai memasang wajah merah padam. Khusus Lilly dan Naomi, terlalu kecewa mendengar ucapan Hans barusan.
"Satu peringatan terakhir saya... Jangan pernah sekalipun berniat melakukan hal jahat maupun menghina Nadine. Kalau sampai saya dengar lagi gosip nggak enak tentang dia, kalian lah orang pertama yang akan saya datangi!" Ancam Hans sambil menunjuk ketujuh pegawai itu satu persatu. Nada ucapannya yang tegas, memang tidak main-main.
"Terus, kenapa dokter masih ngejar-ngejar si buruk rupa itu? Jelas banget dari keseharian yang kami pantau, dokter ditolak mentah-mentah sama setengah mumi belagu itu!" ucap Naomi dengan nada ketus.
"Tuh, kan! Dokter nyuruh kami nyerah buat ngejar anda. Tapi dokter sendiri, malah dikecewakan dan ditolak oleh orang yang punya wajah nggak jelas! Mending dokter beralih memilih diantara kami, jawabannya sudah pasti diterima." tambah Naomi.
"Apalagi, tampang kami cantik-cantik, lho. Dokter nggak akan malu dan nggak akan rugi kalo nge-date dan ngajak kami pergi ke acara manapun!" sahut Lilly.
"Ditambah... kalo kita diajak staycation ke apartemen atau hotel mahal, ya... nggak? Pasti kami akan melakukan hal apapun untuk dokter! Dijamin service kami memuaskan! tambah lagi Naomi dengan wajah memerah, disusul respon riuh oleh keenam anggota aliansi lainnya.
Belum sempat dokter Hans merespon cemoohan pada Nadine, dan menyumpal kesombongan diri mereka masing-masing, Lilly langsung menambahkan,
"Asal dokter tahu aja, kami rela lho... menolak lamaran atau ajakan dokter lain, demi menunggu dokter Hans."
"Soalnya, semuanya udah pada tua bangka, sih! Hahaha. Sisanya, jelek semua, walaupun saldo rekeningnya banyak, kami ogah dan bikin malu. Kecuali, dokter Hans dan dokter Zidan sih..." ungkap lagi Naomi.
"Wey, Mi... tapi dokter Zidan itu dingin banget. Gue yakin tipikal perfect begitu mah, nggak doyan sama kita-kita," sambung Lilly, menepak bahu rekan aliansinya.
"Eh, bener juga, ya? Hahaha. Dokter Hans doang berarti, yang paling the best ! Selalu menyapa dan ramah senyum sama kita-kita." kata Naomi, disetujui oleh seluruh pegawai senior dibelakangnya, termasuk Lilly.
Pengakuan Lilly dan Naomi yang menyinggung nama dokter Zidan, sempat membuat Nadine terdiam sejenak.
Hans langsung menengok ke arah pujaan hatinya, ingin melihat respon Nadine, saat disebutkan nama dokter kulit yang akan terus merawatnya, dalam beberapa bulan ke depan.
Hans melihat respon Nadine yang diam dan memikirkan sesuatu. Hans cemburu, harusnya sikap Nadine biasa saja setelah mendengar nama dokter itu. Bukan malah diam memikirkannya.
Kalau Nadine berperilaku seperti itu, ada peluang Nadine akan mencari tahu dan menggali informasi tentang dokter Zidan.
Lebih parah lagi, pikir Hans, sang pujaan hatinya akan membongkar seluk beluk tentang dokter tampan dan super dingin di rumah sakit, dokter spesialis kulit, yaitu dokter Zidan.
Bersambung......