Hayi, seorang remaja yang akrabnya di panggil Ay, terpaksa menuruti kemauan ayahnya untuk di kirim ke salah satu pesantren agar dirinya sedikit berubah dari kebiasaan buruknya. dari sanalah sebuah kejadian yang tak pernah terbayangkan dalam hidupnya terjadi, ketika tiba-tiba saja ia di ajak ta'aruf oleh seorang anak pemilik pesantren bernama Altair, yang kerap di panggil Gus Al.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonaniiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Hayi berjalan dengan langkah panjangnya serta tatapan mata dingin. Ia benar-benar kesal masih saja ada yang ingin mencari masalah dengannya. Alih-alih ke kantin, ia justru menuju ke ruang lab komputer. Ia memastikan tidak ada siapapun di dalam dan menutup pintu serta ia kunci dari dalam. Ia mulai menyalakan komputer dan jari mungilnya mulai berselancar di atas keyboard dengan begitu lincahnya. ia tidak menghiraukan bunyi bel masuk sama sekali, ia hanya terfokus pada kegiatannya sekarang.
Gerakan tangan Hayi sudah seperti sangat ahli. Ia bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali dalam hal itu. Entah bagaimana caranya, hanya Hayi dan orang yang ahli dalam bidang hacking saja yang tentunya paham.
Memang benar Hayi pandai dalam bidang hacking. Ia menekuni bidang itu saat usianya 10 tahun, lebih tepatnya 7 tahun yang lalu tanpa sepengetahuan orang tua angkatnya. Yang tahu hal itu hanyalah Sean, karena pria itu yang mengenalkan Hayi pada salah satu kenalannya yang memang ahli dalam bidang yang sama.
Seketika beberapa video pun muncul di layar monitor. Hayi memperhatikan dan meneliti dengan seksama lagi, kemudian ia mengetikkan sebuah huruf, angka dan simbol sebagai password nya. Tidak perlu menunggu waktu lama, pemulihan video yang sudah di hapus pun sedang berjalan. Hayi menunggu dengan sabarnya, setelah proses pemulihan itu selesai, kini Hayi pun mengamatinya lagi, dan ia melihat seorang siswa perempuan yang melakukan, entah namanya siapa ia tidak tahu. Hayi langsung menyalinnya di flashdisk dan menyimpannya. Rasa geram langsung kembali muncul tak kala ia melihat satu orang lagi yang ikut terlibat, dan sangat ia kenal.
Hayi keluar dan kembali ke kelasnya, walaupun ia mendapatkan wejangan dari gurunya, tapi ia hanya mengiyakan saja dan meminta maaf. Bel pulang sekolah pun berbunyi, Hayi langsung mengambil tasnya dan berlari keluar kelas, membuat semuanya bingung. Gadis itu berdiri di samping gerbang sekolahnya untuk sembari melihat semua siswa yang akan pulang.
"Mbak, ngapain disini?" tanya satpam sekolah.
"Nyari perkara pak. Udah ya, sebentar doang sampe target ketangkep." jawab Hayi membuat satpam itu bingung tapi hanya membiarkan saja.
"Ay, main pergi aja kamu, nggak bilang-bilang sama kita." kata Aisyah dengan berdecak kesal
"Urgent!" jawab Hayi membuat ketiganya bingung
Tatapan mata Hayi pun berhasil menangkap orang yang sedang dia cari. Keduanya juga tak sengaja saing bertatapan sehingga membuat siswa itu memalingkan wajahnya dan terlihat sekali raut wajah gelisahnya ketika melihat Hayi. gadis itu juga bermaksud menghindari Hayi karena terlihat dari gerak-gerik nya yang akan mencari jalan lain. Tapi bukan Hayi namanya jika akan membiarkan begitu saja. ia dengan cepat menghampiri gadis itu dan di tariknya tasnya, membuat semua siswa memperhatikan keduanya.
"Eittssss mau kemana? Lari? Mau sembunyi dari gue setelah lo buat nama gue jelek?" kata Hayi.
"A apa yang kamu maksud? Saya tidak tahu." kata Erna dengan gugupnya.
"Udah lah, nggak usah pura-pura polos. Lo pikir gue sebodoh itu buat lo kadalin. Lo ada masalah apa sih sama gue? Kata gue, mending lo jujur dari pada nasib Lo sama kaya Gema. Gue masih bicara baik-baik dan dengan cara yang baik juga, jangan sampai Lo nguji kesabaran gue, ya!!" kata Hayi membuat Erna gemetaran tapi sebisa mungkin ia menutupinya.
"Ada apa ini?" tanya satpam yang menghampiri mereka.
"Lo jujur deh sekarang karena gue punya bukti kalau Lo udah sekongkol sama ustadzah Rena buat ngejebak gue." kata Hayi yang membuat semuanya saling tatap
"Uang itu hasil kerja keras gue sialann!!!" kata Hayi dengan mendorong bahu Erna keras .
"Lo masih nggak mau ngomong hah!!! Lo milih gue buat tampar lo dulu gitu?" kata Hayi membuat Erna menggelengkan kepalanya saja dengan ketakutan. Bahkan Erna tidak berani menatap wajah Hayi sama sekali, ia menunduk dengan ketakutan.
"Hayi!!! Hentikan!!" teriak sebuah suara membuat semuanya menoleh.
Ya, itu adalah Gus Altair, kyai Ilham dan beberapa guru lainnya yang langsung datang ketika di kabari siswa ada keributan yang di lakukan Hayi pada Erna. Tak hanya mereka saja, melainkan juga ustadzah Rena yang nampak panik mendengarnya.
"Kamu apakan adik saya hah!!!!" bentak ustadzah Rena dengan memeluk Erna, tapi justru di dorong oleh Erna. hal itu membuat Hayi hanya tersenyum kecil saja.
"Hah??? Heh! jangan karena anda itu guru dan ustadzah di sini, anda bisa memperlakukan saya seenaknya, saya sama sekali tidak takut!" kata Hayi dengan menunjuk ustadzah Rena.
"Hayi!! Turunkan tangan kamu, tidak sopan! Dia guru kamu!" seru ustadzah Rahma
"Guru? dia saja tidak pantas di sebut guru. Ustadzah, anda tidak tahu permasalahannya, jadi jangan ikut campur." kata Hayi
"Lo semua ngapain masih disini? pulang!!!!" teriak Hayi pada semua siswa yang membuat mereka semua langsung bubar, walaupun sebenarnya penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi.
"Aisyah, aku minta tolong ya, kamu ke kandang kambing dan minta kang Rudi buat kesini, biar semuanya jelas." kata Hayi yang di angguki Aisyah walaupun gadis itu tidak tahu permasalahan yang sebenarnya.
"Apa yang kamu lakukan, nak?" tanya kyai Ilham.
"Mencari pelaku utama, dan sudah ketemu, Mereka berdua." kata Hayi dengan menunjuk Erna dan ustadzah Rena.
"Loh? Apa-apaan kamu? kenapa kamu menuduh saya dan adik saya pelaku? kamu tidak melakukan apapun " kata Ustadzah Rena.
"Hayi, menuduh tanpa bukti itu jatuhnya fitnah." kata kyai Ilham.
"Saya juga di fitnah kok. Tapi saya ada bukti." kata Hayi dengan mengeluarkan flashdisk nya dan ia berikan pada Gus Altair.
"apa ini?" tanya Gus Altair.
"Rekaman cctv yang sengaja di hapus pelaku, mungkin. " jawab Hayi dengan menatap ustadzah Rena.
"kamu jangan kurang ajar sama saya, saya bisa laporkan kamu ke polisi karena menuduh saya dan adik saya." kata Ustadzah Rena.
"Polisi? Bener banget, sekalian aja panggil polisi, kyai. " kata Hayi dengan tersenyum membuat ustadzah Rena gelagapan.
"Lebih baik sekarang ke ruangan saya saja, saya penasaran dengan isinya." kata Gus Altair yang di setujui kyai Ilham.
"Mbak!! Ini semua karena mbak, aku kan udah bilang nggak mau!!" kata Erna dengan berbisik pelan ke ustadzah Rena tapi masih bisa di dengar oleh Hayi.
"Jadi, mengaku kan sekarang?" kata Hayi.
"Kamu lihat saja nanti, siapa yang akan terbukti bersalah." kata ustadzah Rena dengan melenggang pergi sambil menarik tangan Erna.
Ingin sekali Hayi memukul ustadzah Rena, karena sedari dia masuk hanya wanita itu saja yang selalu ingin mencari perhatian dan mencari keributan dengannya.
