NovelToon NovelToon
Sultan Setelah Koma

Sultan Setelah Koma

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Pengganti / Transmigrasi ke Dalam Novel / Kebangkitan pecundang / EXO
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dri Andri

JIWA ASEP DI TUBUH PEWARIS PRATAMA
​Aksa Pratama. Pewaris triliuner. Ganteng. Lemah. Dan... KOMA setelah disiksa ibu tiri sendiri.
​Semua orang menunggu Aksa mati agar harta Pratama Group bisa dijarah.
​Tapi yang bangun BUKAN Aksa. Melainkan ASEP SUNANDAR.
​Pemuda Sunda dari kampung, jago Silat Cimande (Paling Jago Se-Jawa Barat!), humoris kayak Kabayan, dan Savage-nya minta ampun!

simak kisahnya ada gaya action, romansa, komedi ada

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dri Andri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16: KEHIDUPAN BARU DAN BAYANGAN MASA LALU

# BAB 16: KEHIDUPAN BARU DAN BAYANGAN MASA LALU

Seminggu setelah kejadian di pelabuhan, kehidupan keluarga Pratama mulai kembali normal. Bambang udah ditahan di penjara sambil nunggu persidangan. Media massa pada heboh beritanya dimana-mana tentang penangkapan mantan pengusaha besar yang nyoba ngerebut Pratama Group lewat teror.

Asep duduk di teras belakang rumah sambil ngeliat Arkan yang lagi latihan jurus silat dasar. Bocah itu sekarang makin semangat—gerakannya masih kaku tapi udah mulai kelihatan progress-nya.

"Aa! Aa liat! Aku udah bisa Kuda-Kuda Tengah!" teriak Arkan sambil pose dengan kakinya dibuka lebar, lutut ditekuk, badannya tegak walaupun masih goyang-goyang dikit.

"Wih bagus! Tapi kakinya jangan terlalu lebar, nanti gampang dijatuhkan. Agak sempitin dikit... Nah gitu! Mantap!" puji Asep sambil senyum bangga.

Arkan ketawa girang terus lanjutin latihan. Asep ngeliatin bocah itu dengan perasaan hangat di dada.

*Hidup gue sekarang... Beda banget dari dulu. Dulu di Bandung, gue cuma anak miskin yang tiap hari bantu Mamah jualan gorengan. Sekarang... Gue jadi anak keluarga konglomerat, tinggal di rumah mewah, punya adik yang lucu, punya keluarga yang sayang...*

Tapi perasaan bersalah masih menghantuinya. Setiap malem, dia selalu mimpi tentang Mamahnya di Bandung Mamahnya yang nangis di depan makam Asep, Ale yang murung gak punya semangat lagi.

"Aksa?"

Asep noleh. Alina berdiri di ambang pintu dengan senyum manisnya, bawa dua gelas es teh.

"Lina? Kok kesini? Gue kan gak bilang lu mau dateng..." kata Asep sambil berdiri, sedikit kaget tapi seneng.

"Aku kan penasaran... Kamu udah seminggu gak masuk kuliah. Aku khawatir... Jadi aku minta izin sama Tante Ratna buat dateng," jawab Alina sambil ngasih satu gelas es teh ke Asep.

Mereka duduk di kursi teras sambil ngeliatin Arkan yang masih latihan dengan semangat membara.

"Adikmu lucu banget... Mirip kamu," kata Alina sambil senyum.

"Ah gak mirip lah... Dia jauh lebih ganteng dari gue," gurau Asep sambil nyeruput es teh.

Alina ketawa. Terus suasana jadi hening sebentar. Alina ngeliat Asep dengan tatapan serius.

"Aksa... Boleh aku nanya sesuatu?"

"Iya, nanya aja."

"Kamu... Kamu beneran Aksa yang dulu?" tanya Alina pelan, suaranya agak gemetar.

Asep langsung kaku. Gelas es tehnya hampir jatuh dari tangan. "Eh... Maksud lu... Apa?"

Alina nafas panjang. "Aku... Aku udah kenal Aksa dari SMA. Aku tau dia orangnya kayak gimana. Pendiam, pemalu, gampang nangis, gak berani ngelawan siapapun. Tapi kamu sekarang... Kamu beda banget. Kamu berani, kamu kuat, kamu bisa silat, kamu jago ngomong di depan orang banyak... Kamu kayak... Kayak orang yang beda... Di tubuh yang sama..."

Asep diem lama. Hatinya berdebar kenceng. Alina... Nyadar?

"Lina... Gue..."

"Aku gak mau tau kamu siapa," potong Alina sambil senyum lembut. "Yang aku tau... Kamu orang yang baik. Kamu jaga keluargamu. Kamu ngelindungin orang-orang yang kamu sayangin. Dan... Aku suka sama kamu. Bukan sama Aksa yang dulu. Tapi sama... Kamu yang sekarang."

Asep ngerasain dadanya sesak campuran antara lega dan... Bahagia.

"Lina... Lu... Lu beneran gak peduli gue ini siapa?"

"Gak peduli. Yang penting... Kamu ada di sini. Sekarang," jawab Alina sambil pegang tangan Asep, genggamannya hangat.

Asep senyum senyum tulus yang jarang dia keluarin. "Terima kasih, Lina... Lo gak tau seberapa berarti kata-kata lu buat gue..."

Sebenarnya ini pertama kali asep ada yang suka asep di bilang sering di tolak cewek saat di bandung, mimpi apa dia yaa.

Mereka duduk dalam diam yang nyaman, tangan masih saling menggenggam, ngeliatin matahari sore yang mulai tenggelam di ufuk barat.

Malamnya, Asep gak bisa tidur. Pesan misterius dari seminggu lalu masih terus berputar di kepalanya.

*"Aku adalah orang yang memindahkan jiwamu ke tubuh Aksa. Bambang hanya pion ku. Dan permainan sebenarnya... Baru saja dimulai."*

Siapa orang itu? Kenapa dia mindahin jiwa Asep? Dan apa tujuannya?

Asep turun dari ranjang, jalan ke balkon kamarnya. Angin malam bertiup sejuk, bawa aroma bunga kamboja dari taman.

Tiba-tiba...

Bulu kuduknya merinding lagi.

Perasaan aneh yang sama kayak waktu di kampus. Ada yang ngeliatin dia. Tapi kali ini... Perasaannya lebih kuat. Lebih... Supernatural.

Asep ngeliatin ke arah taman. Di bawah pohon kamboja besar, ada bayangan seseorang berdiri diam—siluetnya gak jelas, kayak kabut hitam yang berbentuk manusia.

*Apa itu...*

Asep langsung turun ke bawah, lari ke taman. Tapi pas dia sampe di pohon kamboja... Gak ada siapa-siapa. Cuma angin yang bertiup, daun-daun kamboja berjatuhan.

"Siah... Mana ada orang... Jangan-jangan abdi kecapean jadi mulai halusinasi..." gumam Asep sambil geleng-geleng kepala.

Tapi pas dia mau balik ke rumah...

"Asep Sunandar..."

Suara bisikan pelan dari belakangnya. Suara yang gak jelas cowok atau cewek, tua atau muda, gak bisa dibedain.

Asep langsung berbalik cepet, posisi siaga tempur.

Gak ada siapa-siapa.

"Siapa lu?! Keluar! jurig! bah jambrong! teu sieun aing! bentak Asep sambil ngeliatin sekeliling,tapi jantungnya berdebar kenceng, kaki nya gemeteran mau kabur

Angin tiba-tiba bertiup lebih kenceng. Daun-daun kamboja berterbangan membentuk pusaran angin kecil di tengah taman. Dan dari pusaran itu...

"ampun bah aku mah becanda gak takut teh sama temen aku bah jangan makan aku bah aku pait" ucap asep gemeteran.

Muncul sosok transparan kayak hologram, tapi lebih nyata. Sosok pria paruh baya dengan rambut panjang diikat ke belakang, pake baju ala pertapa, matanya memancarkan cahaya biru lembut.

"Jangan takut, Asep Sunandar. Aku bukan musuhmu," kata sosok itu dengan suara yang tenang tapi berwibawa.

Asep mundur beberapa langkah, tangannya masih siaga. "Lu... Lu siapa?! Hantu?! Jin?!atau jin dalam teko "

"jangan bilang lo sebutkan satu permintaan langsung bilang YANG PENTING HEPPY"

Sosok itu tersenyum tipis. "Aku bukan hantu. Aku bukan jin. Aku... Penjaga Gerbang Jiwa. Orang-orang dulu menyebutku Ki Dharma. Aku yang memindahkan jiwamu dari tubuh Asep Sunandar yang mati... Ke tubuh Aksa Pratama yang hampir mati."

Asep langsung kaku. "Lu... Lu yang mindahin jiwa gue?! Kenapa?! Kenapa gue?!"

Ki Dharma berjalan pelan mengelilingi Asep langkahnya gak ninggalin jejak, kakinya melayang sedikit di atas tanah.

"Karena kamu dipilih. Bukan oleh aku. Tapi oleh... Takdir. Aksa Pratama ditakdirkan mati muda. Tapi keluarga Pratama masih butuh pewaris yang kuat. Dan kamu... Asep Sunandar... Kamu punya jiwa petarung, jiwa yang tulus, jiwa yang rela berkorban untuk orang lain. Makanya alam semesta memilihmu untuk menggantikan Aksa. Ini bukan kebetulan. Ini... Takdir."

Asep geleng-geleng kepala, gak percaya. "Takdir? Jadi... Jadi gue ditakdirin buat mati di Bandung terus hidup lagi di Jakarta di tubuh orang kaya? Itu kedengerannya gak masuk akal!"

"Hidup memang tidak selalu masuk akal, Asep. Ada hal-hal yang di luar pemahaman manusia. Dan kamu... Kamu salah satu dari sedikit orang yang mengalami fenomena transmigasi jiwa. Fenomena langka yang terjadi mungkin satu dalam sejuta kasus kematian," jelas Ki Dharma sambil berhenti di depan Asep.

"Terus... Terus kenapa lu muncul sekarang? Mau ngapain?" tanya Asep, suaranya masih penuh kecurigaan.

"Aku datang untuk memberimu peringatan. Bambang Suharto... Dia hanya awal. Ada kekuatan lain yang lebih besar, lebih berbahaya, yang sedang mengincarmu. Kekuatan yang ingin menggunakan tubuh Aksa Pratama untuk tujuan jahat. Kekuatan yang... Juga punya kemampuan spiritual seperti aku."

Asep langsung serius. "Siapa? Sebutin!"

Ki Dharma menggeleng. "Aku tidak bisa memberitahu namanya. Karena dengan menyebut namanya, aku akan memberikan kekuatan padanya. Yang bisa aku katakan... Dia adalah murid gelapku yang dulu. Murid yang mengkhianatiku dan menggunakan ilmu spiritual untuk hal-hal jahat. Dia tau tentang transmigasi jiwamu. Dan dia... Ingin jiwa Asep Sunandar untuk dirinya sendiri."

"Maksud lu apa?!" Asep makin bingung.

"Dia ingin mencabut jiwamu dari tubuh Aksa. Lalu memasukkan jiwanya sendiri ke tubuh Aksa. Dengan begitu... Dia bisa jadi Aksa Pratama, menguasai Pratama Group, dan menggunakannya untuk rencana jahatnya. Dan jiwamu... Akan terbuang ke alam baka. Kamu akan benar-benar mati. Tanpa kesempatan kedua."

Asep ngerasain dingin menjalar di tulang punggungnya.

"Terus... Terus gue harus gimana?!"

Ki Dharma angkat tangan, menyentuh dahi Asep dengan jari telunjuknya yang transparan.

Tiba-tiba Asep ngerasain sensasi aneh kayak ada energi hangat mengalir dari kepalanya ke seluruh tubuhnya. Matanya ngeluarin cahaya biru sebentar, terus hilang.

"Aku telah memberikanmu sedikit kemampuan spiritual. Insting tempur yang sudah kamu miliki... Akan menjadi lebih tajam. Kamu akan bisa merasakan kehadiran makhluk spiritual. Kamu akan bisa melihat aura orang—mengetahui siapa yang berniat baik dan siapa yang berniat jahat. Gunakan kemampuan ini dengan bijak. Dan ingat... Jangan pernah gunakan untuk menyakiti orang yang tidak bersalah."

Asep ngerasain tubuhnya bergetar. Pandangannya tiba-tiba jadi lebih tajam dia bisa liat aura biru lembut mengelilingi sosok Ki Dharma. Bahkan dia bisa liat aura kuning hangat dari jendela kamar Mama Ratna di lantai dua, aura hijau tenang dari kamar Papa Arjuna, aura putih bersih dari kamar Arkan.

"Gue... Gue bisa liat aura mereka..." gumam Asep sambil ngeliatin tangannya sendiri yang juga dikelilingi aura biru terang.

"Ya. Itu tandanya kamu sudah terhubung dengan dimensi spiritual. Tapi ingat... Kemampuan ini juga datang dengan risiko. Kamu akan jadi target makhluk-makhluk spiritual lainnya. Mereka akan tertarik padamu. Beberapa ingin berteman. Beberapa... Ingin menyakitimu," peringatkan Ki Dharma.

"Sial... Jadi gue kayak magnet buat hantu sekarang?" keluh Asep sambil geleng-geleng kepala.

"bisa ngintip orang mandi nih "

Ki Dharma tersenyum. "Bukan hantu. Tapi entitas spiritual. Ada perbedaan. Dan tidak semuanya jahat. Beberapa bahkan bisa membantumu. Tapi kamu harus belajar membedakan mana yang baik dan mana yang buruk."

"Terus... Gue harus belajar dari siapa? Dari lu?" tanya Asep.

"Tidak. Aku tidak bisa turun ke dunia manusia terlalu lama. Tapi aku akan mengirimkan seseorang untuk mengajarimu. Seseorang yang juga punya kemampuan spiritual, tapi masih hidup di dunia manusia. Dia akan datang padamu dalam waktu dekat. Percayalah padanya," jawab Ki Dharma sambil sosoknya mulai memudar.

"Tunggu! Gue masih banyak pertanyaan!" teriak Asep.

"Semua akan terjawab pada waktunya, Asep Sunandar. Atau... Aksa Pratama. Atau... Mungkin kamu adalah gabungan dari keduanya sekarang. Ingat... Lindungi keluargamu. Mereka adalah alasan kamu masih hidup. Sampai jumpa lagi... Di saat yang tepat..."

Sosok Ki Dharma menghilang bersama pusaran angin. Daun-daun kamboja jatuh pelan ke tanah. Suasana kembali normal—hanya ada suara jangkrik dan angin malam yang tenang.

Asep berdiri sendirian di tengah taman, masih shock dengan apa yang baru terjadi.

"Astaga... Abdi sekarang punya kekuatan supranatural... Kumaha ieu... Hidup gue makin ribet aja..." gumamnya sambil ngeliat tangannya yang masih bergetar.

Tapi di sisi lain... Ada perasaan lega. Setidaknya sekarang dia punya "senjata" baru buat ngelindungin keluarganya dari ancaman yang gak kelihatan mata.

"Aa?"

Asep langsung noleh. Arkan berdiri di pintu belakang rumah dengan mata ngantuk, meluk boneka beruangnya.

"Arkan? Kenapa bangun? Udah malem loh..." kata Asep sambil jalan ke arah Arkan.

"Aku denger suara Aa di taman... Aa lagi ngapain? Ngomong sama siapa?" tanya Arkan sambil ngucek matanya.

"Eh... Aa lagi... Lagi latihan silat... Ngomong sama diri sendiri biar konsentrasi... Hehe..." alesan Asep sambil nyengir kaku.

"Ohhh... Aa aneh deh... Tapi gapapa! Aku tetep sayang Aa!" Arkan ketawa terus meluk Asep dari pinggang.

Asep balas peluk Arkan sambil senyum. "Yuk tidur lagi... Besok kan sekolah..."

"Oke! Tapi Aa bobonya di kamar aku ya! Aku takut mimpi buruk lagi..." pinta Arkan sambil narik tangan Asep.

"Boleh... Yuk..."

Mereka masuk ke rumah bareng. Asep ngeliat ke belakang sekali lagi ke arah pohon kamboja di mana Ki Dharma tadi muncul.

*Apapun yang bakal terjadi kedepannya... Gue siap. Gue udah kehilangan hidup gue sekali. Gue gak akan kehilangan hidup gue yang kedua ini. Keluarga gue... Gue bakal lindungin mereka. Apapun yang terjadi.*

BERSAMBUNG

1
Dewiendahsetiowati
mantab Asep
Dri Andri: makasih ya kak
total 2 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
Dri Andri: terimakasih kak dewi
total 1 replies
Tình nhạt phai
Keren banget, semoga ceritanya terus berkualitas author!
Dri Andri: Oke simak lebih dalam yahh
total 1 replies
DreamHaunter
Pengen lebih banyak!
Dri Andri: Oke selanjutnya saya bikin bayak kata yaa
simak terus yah
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!