"Patuhilah semua peraturan, hanya enam bulan, setelah itu kau bebas melakukan apapun."
"Nona, terimalah. Setidaknya Anda bisa sedikit berguna untuk keluarga, Anda."
Ariel dipaksa menikah dengan Tuan Muda yang selama bertahun-tahun menghabiskan waktunya di kursi roda. Enam bulan, inilah pernikahan yang sudah terencana.
Hingga waktunya tiba, Ariel benar-benar pergi dari kehidupan Tuan Muda Alfred.
Di masa depan, Ariel kembali dengan karakter yang berbeda.
"Kau, masih istriku, kan!"
"Tuan, maaf. Sepertinya Anda salah mengenali orang!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Alfred Tidak Boleh Tahu
“Kursimu berbeda!” Celetuk Jonas ditengah-tengah keheningan.
Siapa yang diajak bicara?
“Aku bicara pada kakak ipar. Bukan pada kalian."
Ramah sekali dia...ini bukan Jonas yang mereka kenal, lelaki itu mendadak berubah.
Sudah bagus lelaki itu diam kenapa harus kembali bicara, batin Ariel, “Iya.” Sahut Ariel singkat dan kembali pada makanannya.
“Tapi kursimu sama denganku, bukankah dengan begini kita seperti pasangan.”
Jonas kembali berulah. Julie sudah ketar-ketir.
Tak!
Alfred meletakkan sendok di atas meja, lebih tepatnya membanting.
Semua menoleh ke arahnya, mungkin lelaki itu terganggu dengan ocehan Jonas saat sedang makan seperti ini. Alfred orang yang sangat sunyi dia tidak suka adanya obrolan apalagi dimeja makan.
“Al!” Panggil Ayunda saat anaknya akan bergerak meninggalkan meja, “Kamu belum menghabiskan makananmu.”
“Aku sudah kenyang."
“Kamu makan terlalu sedikit, apa perlu mama buatnya sesuatu?”
“Tidak, terima kasih. Aku mau istirahat.”
“Baiklah, kamu terlihat lelah,” Ayunda sudah akan bangun mungkin ingin membantu Alfred, menuju kamarnya.
“Ma, biar aku saja. Aku sudah selesai,” saat Alfred meletakkan sendoknya cepat-cepat Ariel menghabiskan makanannya. Dia harus ikut meninggalkan meja makan saat lelaki itu selesai.
“Iya nak. Kamar kalian sudah dirapikan, pergilah istirahat! Kepala pelayan akan mengantar."
Ariel mengangguk, “Terima kasih, ma, tuan Marion, saya permisi.”
Alfred membiarkan wanita itu mendorong kursi rodanya, biasanya dia akan marah saat ada yang ingin membantu. Tapi kali ini tidak! Mereka harus terlihat seperti pasangan sesungguhnya, kan!
Tapi… Jonas yang melihat ini tidak senang hati, “Tunggu!”
“Jo, ada apalagi?” Ucap Julie, menahan kesal. Jelas-jelas Alfred menghentikan makan siang karena ulahnya, sekarang malah memulainya lagi.
“Aku ingin membantu kakak tertuaku.”
Membantu…kakak tertua. Ini bukan Jonas, sejak dulu Jo tidak pernah akur dengan Alfred, tiba-tiba sekali dia mempunyai niat baik pada Kakaknya, bukankah ini aneh!
“Tidak perlu Jonas, habiskan saja makananmu. Ariel yang membantu Alfred,” ucap Mario. Membuat Jonas patuh seketika.
…..
“Silahkan nona, tuan.”
Kepala pelayan mengantar mereka sampai pintu kamar.
Ini kamar Alfred sewaktu dirinya masih tinggal di sana.
“Terima kasih, pak.” Ariel menganggukkan kepalanya.
"Tidak perlu sungkan nona, selamat beristirahat. Saya permisi."
Dengan pelan Ariel membuka pintu kamar, ingin mendorong kursi roda Alfred tapi lelaki itu menolak, “Tidak perlu, cukup sampai di sini. Pergilah!”
Pergilah….dia mengusir….
“Baik, selamat beristirahat tuan.”
Ariel menghela nafas, dia menyendiri! Lalu apa yang harus aku lakukan di rumah ini?
Orang yang tinggal di kediaman Smith tentu masih asing bagi Ariel. Padahal tujuannya datang untuk bersandiwara bersama Alfred, tapi lelaki itu malah mengabaikan.
Di mana Arthur? sejak tadi Ariel tidak melihat batang hidungnya. Jika ada dia, mungkin Ariel bisa menanyakan sesuatu.
“Hai!”
Ariel terlonjak kaget! Jonas! ada di sana kapan lelaki itu datang? Apa dia mengikuti Ariel dan Alfred?
“Maaf adik ipar, apa yang kamu lakukan di sini? Kamu ingin bertemu dengan Alfred?”
Hatiku sakit mendengarnya memanggilku adik ipar, “Untuk apa! aku bosan melihatnya. Aku ingin bertemu denganmu, bukankah banyak hal yang harus kita bicarakan."
Dia bicara apa? apa dia masih ingin mengungkit kejadian tempo hari?
“Untuk insiden hari itu, saya sudah minta maaf. Kita juga sudah berdamai!"
“Betul, tapi aku tidak bisa meluapkannya. Aku menyesali kenapa kamu harus jadi kakak iparku."
Lelaki ini sangat berterus terang.
*Aku juga menyesali kenapa orang ini harus jadi adik iparku*.
Ariel memantau situasi, ia memastikan jika disana tidak ada orang lain selain mereka berdua. Aman.... "Tuan muda, apa Anda benar menganggap saya sebagai kakak ipar?" tanya Ariel dengan sedikit berbisik.
*Tidak*! Batin Jonas, "Usiamu pasti jauh lebih mudah dariku, sebenarnya sangat tidak cocok jika kamu menjadi kakak iparku."
Mendengar kata-katanya Ariel merasa Jonas berbeda dengan ibu dan Kakaknya, lelaki itu bicara lebih santai meskipun tanpa filter.
"Tapi saya sudah menjadi kakak ipar Anda. Bisakah Anda merahasiakan insiden waktu itu?"
Jonas terperanjat! *Merahasiakan! kenapa harus dirahasiakan? Pasti ada sesuatu*! "Kenapa?"
"Tidak apa-apa, hanya saja...."
"Kau takut ibuku marah? atau si Alfred yang marah...." Jonas merendahkan kepalanya, mengimbangi tinggi Ariel, "Kamu bersepeda di jalanan hutan. Huh... ibuku pasti marah besar jika mengetahuinya."
Bukan ini masalahnya, aku tidak perduli. Batin Ariel, yang dia khawatirkan Alfred, lelaki itu pasti marah dan melarangnya keluar Kastil sekalipun untuk menemui Ayahnya.
"Kalau begitu, tolong jangan beri tahu siapapun." Ucap Ariel.
Jonas merasa ada peluang, "Baiklah! untuk kakak ipar apapun akan aku lakukan."
Ternyata dia baik juga..."Terima kasih, adik ipar."
"Berikan nomor ponselmu padaku."
"Untuk apa?"
"Tentu saja...."
Ckleeek.....
Sontak dua orang itu terkejut, saat pintu kamar Alfred terbuka. Lebih-lebih Ariel, wanita ini baru menyadari jika dia masih berdiri di depan pintu kamar Alfred.
Ariel sudah pucat pasi, dia tidak mendengar, kan?
Sementara Jonas malah menyunggingkan senyum di depan Alfred, Dia seperti sedang menantang Alfred.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Alfred, dan pertanyaan ini untuk Jonas.
"Menyapa kakak iparku, aku senang dia ada disini." Dari kata-kata Jonas tersirat ungkapan hatinya, dan Alfred menyadari ini. Dia menyadari jika Jonas menyukai Ariel.
"Masuk!" titah Alfred, dingin.
Masuk.... siapa yang dia suruh masuk? karena kebiasaan irit bicara membuat orang salah paham. "Kau menyuruhku masuk ke kamarmu?" tanya Jonas.
"Jo, enyahlah!" geram Alfred, lalu beralih pada Ariel, "Masuk!"
Yang diminta masuk ternyata Ariel.
"Aku akan menemani kakak iparku."
"Jonas...." Alfred sudah mengerang wajahnya menegang juga memerah.
"Baik aku masuk, adik ipar saya permisi...."
Cepat-cepat Ariel melebarkan pintu dan memasuki kamar, Sepertinya hubungan adik dan kakak ini tidak terlalu baik aku harus menghindari keributan.
"Nona bermata bulat, maksudku kakak ipar, bisakah kita...."
BRAK!
Alfred menutup pintu dengan keras.
"Haha...Al, lihatlah saja, kali ini aku tidak akan mengalah untukmu. Aku tidak akan pernah melepaskan gadis itu untukmu."
.....
Didalam kamar.
Ariel bergidik melihat Alfred yang tidak seperti biasanya.
Lelaki itu seperti ingin meledak.
"Tu... tuan...."
"Kau mengenal Jonas sebelum ini?"
Jika bilang tidak, jelas Alfred tidak akan percaya. Jonas yang bersikap sok akrab membuat orang salah paham.
"Saya pernah bertemu dengannya, sebelum ini."
"Jadi benar kau mengenalnya? Kalian terlihat seperti berteman lama."
"Tidak! hanya bertemu belum tentu mengenal, apalagi berteman."
"Benarkah! Lalu, di mana kamu bertemu dengannya? Apa kalian bertemu sebelum saya memperlihatkan wajahnya melalui foto?"
Aduh...aku harus beralasan apa?
"Tuan...saya...."
Tanpa diduga, Alfred menarik lengan Ariel, akibat ulahnya ini, wanita itu terjatuh dipangkunya.