Ayah kandung yang tega menjadikan putra keduanya bayang-bayang untuk putra pertamanya. Menjerumuskan putra kedua menuju lembah kehancuran yang menimbulkan dendam.
Ayah dan saudara yang di cari ternyata adalah sosok manusia namun tak berperasaan. Sama seperti iblis yang tak punya hati.
"Rahmat Rahadian"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neng Syantik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MARCO LOLOS!
Satu minggu kemudian, keadaan masih tetap sama. Mayang masih terus bersikap dingin pada Jack. Jack pun nampak tak pernah lelah membujuk Mayang. Semua urusan Klan dan juga Kantor, ia serahkan pada Dean.
Diam-diam, Dean selalu memata-matai anggota Klan Dragon. Namun, sampai saat ini, ia belum menemukan tanda-tanda keberadaan pengkhianat di antara anggota Klan itu.
“Siapa sebenarnya dalang di balik semua ini? Kenapa sulit sekali menemukannya?” guman Dean sambil memijat pelipis nya. Kepalanya terasa berdenyut, sudah seminggu bekerja tapi belum membuahkan hasil.
“Erick, ia tidak pernah terlihat keluar sendiri dari markas,” ucap Dean sambil mengamati Cctv yang terpasang di area markas besar Klan Dragon.
“Sam, ia selalu dalam pengawasan ku dan kakek. Selama ini, sikap nya normal.”
“Iwan, dia sosok pendiam dan tidak pernah banyak tingkah. Misi yang di berikan pun selalu ia selesaikan dengan tepat waktu.”
“Yang tersisa Argo dan Joe, mereka berdua lah yang sering kali pergi meninggalkan markas Klan Dragon dengan kurun waktu yang berjam-jam.”
“Aku tidak boleh gegabah, aku harus menyelidiki semuanya dengan lebih teliti lagi. Bisa saja kecurigaanku salah,” Dean terus bergumam sendirian. Namun, tiba-tiba saja, ia di kejutkan oleh suara ketukan pintu kamarnya.
Tok tok tok.. Dean segera menyimpan foto-foto yang berserakan di atas balas, dan juga segera menutup laptopnya yang menyala.
Ckrekk..
“Kakek, Dean pikir siapa?” Dean bernapas lega setelah mengetahui bahwa yang datang adalah kakek, bukan Sam.
“Kau sudah menemukan pengkhianat itu?” tanya Kakek sambil memasuki kamar Dean, Dean pun segera mengunci kamar itu kembali.
“Belum, Kek. Tapi, Dean mencurigai Argo dan Joe. Entah benar atau salah, tapi mereka berdua lah yang kerap kali keluar masuk markas kita,” Dean mengatakan kecurigaannya kepada kakek. Dan kakek pun, terus meminta Dean hati-hati, terlebih lagi, kondisi Jack sedang buruk saat ini.
“Yang kau lihat belum tentu benar, yang kau curigai belum tentu pelakunya,” ucap Kakek. “Pengkhianat itu orang yang cerdik. Kakek yakin, dia sudah lama berada di tengah tengah kalian, tanpa kalian sadari,”
“Kakek benar, Pengkhianat ini tahu benar seluk beluk markas. Bahkan mengetahui semua tentang Jack,”
“Lindungi Jack, saat ini, keadaan mentalnya sedang buruk. Kakek tidak ingin, salah satu dari kalian terluka,” ucap Kakek, setelah itu. Kakek segera keluar dari kamar Dean.
.
.
.
“Ku mohon! Sekali inu saja, aku akan memperbaiki semuanya!” Jack terus memohon pada Mayang. Ia tidak lagi perduli akan harga dirinya sebagai seorang pria. Ia terus meminta dan meminta.
“Inikah yang di rasakan Mayang selama ini? Sesakit inikah? Mengejar sesuatu yang tidak mengharapkan kehadirannya. Sesuatu yang selalu menyakitinya, tapi ia terus bertahan. Aku sungguh jahat, sungguh jahat padanya selama ini.” Batin Jack.
“Berhenti, Kak. Kumohon, izinkanlah aku pergi!” pinta Mayang. Sebenarnya, ia kasihan pada Jack, tapi rasa sakit di hatinya belum bisa terobati dan mungkin tidak akan bisa.
“Kau ingin pergi?” tanya Jack dengan sangat antusias, seperti anak kecil yang di janjikan mainan baru oleh ibunya.
“Ya, aku ingin pergi sejauh mungkin,” jawab Mayang. Ia tidak mengerti maksud dari pertanyaan Jack.
“Hahaha.!” Jack tertawa mengerikan.
“Kenapa dia berubah mengerikan seperti ini?” batin Mayang, ia mulai ketakutan lagi seperti saat Jack membawanya secara paksa ke apartement itu.
“Kau ingin pergi kan? Mari kita pergi bersama menuju neraka!” Jack mengeluarkan pintol dari balik baju yang ia kenakan. Membuat Mayang terkesiap.
“Apa yang ingin kau lalukan?” Mayang berjalan mundur dari hadapan Jack.
“Kau ingin pergi, jadi ayo! Kita pergi bersama, rasa sakit yang selama ini kita rasakan pasti akan segera hilang. Tentu kita tidak akan berpisah lagi,” Tangan kiri Jack, ia ulurkan pada Mayang. Sedangkan yang kanan, memegang erat senjata api nya.
“Kau benar-benar tidak waras!”
“Aku memang tidak waras, jadi mari kita pergi!” wajah tanpa expresi itu semakin mendekat pada wajah Mayang. Mayang semakin ketakutan.
Jack menodongkan senjata itu tepat di dada Mayang. Mayang yang bergetar hanya bisa memejamkan matanya.
Saat Jack hendak menarik pelatuk senjata api itu, tiba-tiba pintu kamar Mayang di dobrak oleh seseorang.
Brak.. “Jack, apa yang kau lalukan?” teriakan yang terkesan seperti bentakan itu menghentikan kegilaan Jack.
“Jangan seperti ini! Hidupmu masih panjang, kenapa kau kembali pada sosok asalmu! Bangkit lah, tinggalkan masa lalumu yang buruk,” Dean mendekati tubuh Jack yang mulai melemah.
“Dia ingin meninggalkan aku! Dia ingin pergi!” Jack yang terduduk lemah di lantai, menunjuk Mayang yang masih berdiri dengan tubuh bergetar di hadapannya itu.
“Mayang, ku mohon mengertilah! Jangan buat keadannya semakin buruk. Atau kan akan menyesal nanti!” ancam Dean pada Mayang.
Mayang terdiam, dalam hati ia berpikir. Apa yang sebenarnya telah terjadi pada Jack.
“Aku tidak akan meninggalkan mu!” Tangan putih itu terulur pada Jack.
“Kau memaafkan ku?” tanya Jack.
“Ya!” balas Mayang.
“Kita akan menikah besok!” begitu cepat expresi wajah Jack berubah. Membuat Dean bernapas dengan lega.
“Untung saja,” batin Dean.
Flashback on
“Tuan Dean, maaf menganggu. Tuan Jack sedang melakukan hal gila, dia ingin menghabisi nona Mayang dan juga dirinya sendiri!” Mbok Jum menelpon Dean. Ia takut, Jack benar-benar nekat untuk menghabisi hidupnya.
Dengan panik, Dean segera mengeluarkan mobilnya dari garasi dan segera menuju apartemen Jack.
“Anak itu!” berkali-kali Dean memukul stir kemudi sambil mengumpati Jack.
“Tidak akan aku biarkan, aku akan memaksa gadis itu. Agar dia mengerti, jika begini terus. Jiwa Jack bisa kembali terguncang!”
Flashback off
Keesokan harinya, Dean mendatangkan pendeta untuk menikahkan Jack dan Mayang.
“Aku berjanji, tidak akan lagi melakukan hal bodoh kepadamu!” setelah mereka di nyatakan sah sebagai pasangan, Jack mencium kening Mayang dengan lembut.
“Seluruh hidupku, akan ku serahkan padamu!” balas Mayang.
.
.
.
“Aku akan membebaskan mu!” ujar seseorang kepada Marco.
“Kenapa kau membantuku?” tanya Marco.
“Karena aku ingin menghancurkan Jack, serta Klan Dragon,” jawab orang itu.
“Apa hubungannya denganku?” tanya Marco lagi.
“Hubungannya, karena tujuan kita sama.”
“Rupanya Rahmat menghidupi seorang pengkhianat!”
“Cepatlah pergi, lewat jalan yang ada di samping hutan. Anak buahku sudah menunggumu di sana,” ucap orang itu. “ Untuk sementara, bersembunyilah di markas Klan Tiger,” sambungnya.
Marco segera bergegas pergi dari tempat itu dengan kondisi tubuh yang lemah.
Pukul 02:13 dini hari, Erick terbangun dari tidurnya sambil memegangi kepalanya yang terasa pusing.
Ia panik saat melihat seluruh anggota Klan Dragon tertidur.
“Penyusup!” teriak Erick. Ia segera berlari ke arah ruangan di mana Marco di sekap. “Matilah kami!”
Ia kembali berlari, dan membangunkan Iwan serta anggota yang lain.
“Bangun, cepat bangun. Tahanan hilang!” teriak Erick dengan panik.
Perlahan Iwan mengerjapkan matanya. “Ada apa?” tanya Iwan.
“Ada yang meracuni kita dengan obat bius semalam dan membebaskan tahanan,” kata Erick. “Kita harus segera mencari mereka,” sambungnya.
Matanya mencari keberadaan Joe dan Argo. “Dimana Joe dan Argo?” teriak Erick.
“Sepertinya, mereka belum kembali dari kemarin sore,” jawab Iwan dengan wajah datarnya.
“Siap!” umpat Erick. Ia pun segera menghubungi Dean.
Ponsel Dean berdering, Dean yang sedang berada di apartemen Jack, mengerutkan kening saat melihat Erick menelpon pada Jam setengah tiga dini hari. Ia pun segera mengangkat panggilan itu.
“Ada apa?” tanya Dean.
“ .. .. .. “
“Apa? Cari sampai ketemu!” perintah Dean.
Sam dan Jack yang melihat wajah Dean berubah pucat, menjadi saling pandang.
Mereka bertiga tidak tidur malam itu, dan menghabiskan waktu dengan minum-minum. Jadi begitu Erick menelpon, Dean langsung mengangkatnya.