Gairah Sang Casanova

Zoya buru-buru keluar dari mobil Ken setelah dia merapikan pakaiannya. Pria itu benar-benar tidak bisa dikontrol, karena senggol sedikit gairahnya akan langsung memuncak.

Zoya sedikit menggerutu, dia harus berkuliah setelah tubuhnya dibuat panas dingin tanpa penyatuan, atau apapun.

Gadis itu pun rasanya ingin meledak, apalagi saat dia menggenggam senjata yang Ken banggakan. Ya Tuhan, sumpah demi apapun sebenarnya Zoya tidak habis pikir kenapa benda sebesar itu bisa keluar masuk ke dalam intinya.

Dengan memikirkannya saja Zoya langsung merinding, bulu kuduknya meremang-remang tidak karuan.

Zoya berniat untuk langsung masuk ke dalam kelas. Namun, tiba-tiba langkahnya tercekal oleh kalimat yang sangat tidak ingin dia dengar.

"Kemarin ibunya yang jadi wanita malam, sekarang malah anaknya." Cibir seseorang yang sedang bergerombol dengan teman satu Genknya.

Dan Zoya tahu, kalimat itu ditujukan untuk siapa.

"Aturan, kalo ibunya udah mati. Dia sadar, ini malah nerusin, udah kayak warisan aja." ujarnya lagi.

Zoya bergeming, hal semacam itu sudah biasa dia dengar, dan dia tidak mau terpancing. Akhirnya Zoya memutuskan untuk kembali melangkah.

Namun, lagi-lagi kalimat itu mengusik indera pendengarannya.

"Pake acara pura-pura budek lagi, mungkin telinganya cuma dipake buat dengerin desahaan om-om yang dilayaninya."

Langkah Zoya kembali terhenti, gadis yang tengah diolok-olok itu berbalik, dan menatap tajam ke arah teman satu angkatannya yang bernama Laura.

Gadis yang dikenal bermulut pedas, dan tukang cari masalah.

"Maksud kamu apa bicara seperti itu?" tanya Zoya dengan ketus.

Dia tidak akan menjadi Si Lemah yang selalu tertindas ketika dirinya diusik.

Mendengar itu, Laura terkekeh-kekeh, dia berhasil memancing kemarahan Zoya.

"Aku tidak punya maksud apa-apa, Zoy. Cuma heran aja, ibu kamu kan udah mati. Terus kenapa bisa kamu dianterin mobil mewah setiap hari, dia itu siapa?" tanya Laura ambigu.

"Dengar-dengar sih itu ayahnya." timpal satu teman yang lain.

"Waw, emang anak pelaacur punya ayah? Bukannya dia main sama banyak cowok yah? Emang bisa bedain itu benih siapa?"

"Kalo itu nggak tahu deh, kan ibu aku bukan kayak ibunya Zoya."

"Hahaha bener juga, mungkin dia udah jadi sugar baby kali yah, pemikat om-om berduit, dan jadi simpanan suami orang."

Tiba-tiba...

Plak!

"Aw!"

"Jaga mulut kamu!" cetus Zoya.

Laura memegang pipinya yang terasa kebas, dia memicing tajam ke arah Zoya. Dengan satu tangan yang terkepal kuat.

"Kenapa? Kamu ngerasa ngelakuin itu semua? Kalo kamu ngerasa, emang kamu tuh pelaacur!"

Mendengar itu, Zoya semakin bertambah geram, lebih dari rasa sakit di tubuhnya. Hati Zoya seperti diremat dengan kuat.

Bak diiris sembilu, rasanya benar-benar luar biasa. Hingga tanpa sadar Zoya mendorong tubuh Laura dengan kasar hingga gadis itu terjungkal.

"Argh!" Laura memekik, "kurang ajar kamu!"

"Kamu yang kurang ajar!"

Laura tak tinggal diam, dia segera bangkit dan langsung menyerang tubuh Zoya, dia tidak terima diperlakukan seperti itu, karena selama ini tidak ada yang berani melawannya.

Sang ayah yang memiliki penyandang dana terbesar di kampus ini, menjadikannya semena-mena, dan dia dengan suka hati membuat ulah.

"Dasar jalangg!" Laura balas mendorong dada Zoya, hingga gadis itu tersungkur di atas tanah, dan sikutnya langsung mengeluarkan darah.

Teman-temannya yang lain tak ikut campur, mereka hanya menonton aksi gelut dua gadis cantik yang populer di kampus mereka.

Emosi Zoya semakin memuncak hingga ke atas ubun-ubun, dia tak mempedulikan rasa perih pada lengannya.

Yang ada di otaknya hanya ingin membalas perbuatan Laura, Zoya bangkit lalu melangkah ke arah gadis itu dan langsung menjambak rambut Laura hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Aw! Sialan, lepasin!"

"Tidak! Sebelum kamu minta maaf."

"Aku tidak sudi!"

Zoya semakin mencengkram kuat surai kecoklatan itu, hingga si empunya mengaduh.

Aksi itu langsung menjadi tontonan gratis para mahasiswa yang kebetulan berada tak jauh dari lokasi kejadian, mereka kompak bergerombol, demi melihat siapa yang akan menjadi pemenang.

Dan salah satunya adalah Raga, pemuda yang selama ini dekat dengan Zoya langsung membulatkan matanya, saat melihat sang teman sedang berkelahi dengan Laura.

"Zoya, stop!" pekik Raga.

Mendengar itu, Zoya langsung menatap ke sumber suara, dan dia bisa melihat Raga di sana.

Cengkraman Zoya melemah, dan hal itu digunakan sangat baik oleh Laura, gadis itu kembali mendorong tubuh Zoya.

Namun, sebelum jatuh ke tanah, Zoya justru jatuh dipelukan Raga.

"Raga?"

*

*

*

Ini Akang Ragaku😘😘😘

Jangan lupa sajennya🔥🔥🔥🔥