Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sholat Berjamaah
Entah keberanian dari mana yang membuat Jenaka nekat mencium Mandala terlebih dahulu. Jenaka yang baru sekali berciuman, yakni tadi pagi dengan Mandala mempraktekkan teknik berciuman yang tadi Mandala lakukan padanya. Mulanya Jenaka mengecup bekas es krim di bibir Mandala.
Mandala tersentak kaget dengan apa yang dilakukan istri nakalnya tersebut. Mau melepaskan ciuman istrinya namun Ia merasa tak rela. Mandala membuka matanya dan melihat Jenaka yang menciumnya sambil menutup mata.
Mandala menahan senyumnya. Ia tahu Jenaka masih ori seperti kata Genta, Mandala juga yakin kalau tadi pagi adalah ciuman pertama Jenaka. Kini Jenaka bahkan sok mau memamerkan kemampuannya yang kurang pengalaman tersebut.
Ciuman Jenaka terasa lembut. Terasa begitu polos, membuat Mandala yang semula kaget malah ingin mencicipi manisnya bibir Jenaka yang bercampur manisnya es krim.
Mandala memegang pipi Jenaka dan mulai membalas ciuman Jenaka. Menyesap manisnya Jenaka dan memainkan lidahnya sampai Jenaka membuka mulutnya lalu mencium Jenaka lebih rakus lagi.
Seakan ciuman pagi tadi tak cukup, Mandala mengulangi ciuman panasnya dengan Jenaka. Memberi sedikit ruang agar Jenaka bisa mengambil nafas lalu mulai menciumnya lagi dan lagi.
Sampai suara langkah kaki menaiki anak tangga dan suara senda gurau terdengar, membuat Mandala sadar kalau mereka berada di tempat umum. Mandala melepaskan ciuman Jenaka dan dengan salah tingkah mengambil air mineral lalu meminumnya banyak-banyak.
Jenaka tersenyum. Ia bahagia. Sangat bahagia. Ciuman indah tadi pagi terulang lagi. Jenaka masih menatap Mandala yang grogi sambil tersenyum.
Kini di lantai atas sudah ada beberapa orang yang menikmati es krim. Meski tak bisa berciuman lagi, namun melihat wajah Mandala yang tersipu malu sudah cukup bagi Jenaka.
Jenaka menuggu Mandala membayar pesanan mereka. Sampai es krim habis, tak ada yang mereka bicarakan. Mereka sibuk dengan detak jantung mereka masing-masing.
"Kak, Jena mau sholat dzuhur dulu. Sudah jam 2. Untung aja ada masjid, Jena hampir aja lupa." Jenaka menunjuk masjid di depan mereka.
"Yaudah sana!"
"Mm... Kakak enggak sholat?" benar juga, Jenaka tak pernah melihat Mandala sholat.
"Enggak. Kamu aja!"
"Masa sih imam aku enggak sholat? Kakak enggak mau nemenin aku di surga nanti?" cara membujuk sholat Jenaka begitu mengena di hati Mandala.
Mandala terdiam. Ia memang jarang sholat. Lalai, Ia sadar itu. Hanya duniawi yang Mandala pikirkan. Kinara sebagai istri yang sering mendampinginya juga tidak sholat, bagaimana mau mengingatkannya?
"Ayo, Kak! Kakak jadi imamnya!" Jenaka mengulurkan tangannya dan berharap agar Mandala mau meraihnya.
Mandala menatap tangan putih dengan gelang yang tadi Ia berikan. Tangan yang mengajaknya dalam kebaikan. Jenaka tersenyum hangat.
Mandala tak dapat menolaknya. "Iya. Nanti ada yang lihat!" Mandala melewati Jenaka dan berjalan menuju tempat wudhu pria.
Jenaka tersenyum. Meski Mandala tak meraih tangannya, namun Mandala meraih ajakkannya. Itu saja sudah cukup bagi Jenaka.
Jenaka masuk ke tempat wudhu wanita. Di dalam masjid sudah menunggu Mandala yang telah wudhu dan siap menjadi imam Jenaka.
Jenaka memakai mukena yang Ia bawa di tas ranselnya. Mereka pun sholat berjamaah untuk pertama kalinya, dengan Mandala sebagai imamnya.
Bacaan sholat Mandala terdengar begitu merdu dengan tajwidnya yang benar. Mandala mengerti ilmu agama, namun kenapa tak pernah menjalankan perintah-Nya?
Seusai mengucapkan salam, Jenaka mengulurkan tangannya dan mencium tangan Mandala dengan takzim. Mandala menunggu di luar masjid sementara Jenaka sibuk melipat mukena dan keluar tak lama kemudian.
"Kita belikan oleh-oleh untuk Ayah dan Bunda." kata Mandala.
Jenaka mengangguk meski dalam hatinya penuh ragu. Mandala bisa membaca keraguan Jenaka. Sikap Ayah mertuanya yang marah akan keputusan Jenaka menerima poligami yang dilakukannya belum mencair. Jenaka pasti ragu mau mengantar oleh-oleh kesana.
"Nanti malam kita pulang dan menginap disana. Aku antar!" Jenaka masih tak percaya. Mandala mau mengantar ke rumah Ayah dan Bunda. "Ayo cepetan!"
Jenaka berlari mengejar Mandala. Kini Ia menjaga jarak. Pasti banyak teman-teman satu kantornya yang akan membicarakan kedekatan mereka berdua.
"Pak Mandala sama Jenaka perginya? Pantas saja dari tadi enggak kelihatan?!" sapa Manajer Personalia saat melihat kedatangan Mandala.
"Iya. Tadi ketemu di masjid. Sekalian saya minta temenin Jenaka kesini!" jawaban Mandala begitu meyakinkan dan tak berani ada yang bertanya lagi.
"Ayo Jen! Katanya ada cemilan enak! Kasih tau saya yang mana!" cara mengajak Jenaka begitu tak kentara. Bak seorang atasan dan bawahan. Penuh kharisma.
"Iya, Pak." Jenaka menurut dan berjalan di belakang Mandala. Berdua mereka memilih cemilan untuk Ayah dan Bunda. Membeli keripik tempe, keripik oncom, keripik ikan dan aneka kacang.
"Mm... Kak, buat Kinara enggak dibelikan?" tanya Jenaka sambil berbisik.
Mandala menatap Jenaka heran. Bagaimana mungkin Jenaka masih memikirkan madunya? Bukannya kalau Ia lupa membelikan oleh-oleh malah menguntungkannya?
"Aku udah beliin kalung. Lagi juga Kinara enggak suka ngemil, takut gendut. Sebentar lagi dia akan kerjaan!" Mandala kembali memilih cemilan dan mengambil keranjang yang awalnya Jenaka bawa. Harga diri seorang lelaki, masa perempuan yang bawa?
"Kerjaan? Kak Mandala akhirnya setuju Kinara kerja lagi? Bukannya Kak Mandala marah kalau Kinara kerja lagi?" Jenaka keceplosan. Ia pernah menguping saat Mandala marah saat tau Kinara akan kerja jadi model lagi.
"Tau dari mana kamu?" tanya Mandala dengan tajam.
Jenaka baru menyadari kalau Ia telah salah bicara. Keceplosan. Ia harus menutupinya dengan kebohongan yang sempurna agar Mandala tak mengetahuinya.
"Asal nebak aja itu mah, Kak. Ya aku tau lah dunia model tuh kayak gimana. Pasti Kakak akan melarang kan? Bener kan?"
Masuk akal alasan yang Jenaka kemukakan. Mandala kembali memilih cemilan, tak menatap Jenaka tajam lagi. "Mau gimana lagi, kalau Kinara sudah berkehendak aku bisa apa?"
"Kakak sangat cinta sama Kinara ya? Aku iri melihatnya! Andai perasaan Kakak ke aku seperti itu, maka aku akan menuruti setiap permintaan Kakak. Aku akan terus berada di sisi Kakak." ucap Jenaka tanpa sadar.
Mandala menghentikan langkahnya dan menatap Jenaka. Tatapan Mandala membuat Jenaka tersadar.
Jenaka tersenyum. "Aku sadar diri kok, Kak. Aku bukan Kinara. Aku Jenaka. Selamanya aku akan mengejar cinta Kakak meski Kakak hanya akan mengejar cinta Kinara. Aku enggak tau sampai kapan aku kuat mengejar Kakak. Mungkin saat Kakak terlalu jauh untuk kukejar maka aku akan berhenti berlari. Mungkin aku akan menumpang mobil cowok lain dan tak lagi berlari mengejar cinta Kakak? Siapa yang tahu?!"
Jenaka berjalan mendahului Mandala. Matanya terasa pedih. Akankah Ia bisa seperti itu jika di dalam hidupnya hanya ada nama Mandala seorang dalam hatinya?
Mandala merasa tercubit dengan perkataan Jenaka. Kini mereka hanya berdiam diri sambil mengantri di kasir.
****
Hi... Aku percepat Up nya ya. Jangan lupa like banyak ya 🥰🥰😍😍
Drmn Jenaka tau klo bacaan sholat Mandala benar???
salam buat neng Maya dan neng Adel yaaa😍😍
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak