SQUEL "GAIRAH SANG CASANOVA"
Bacaan ringan di bibir, kalau tidak suka boleh diskip!
Aneeq Conda Tanson, pria tampan dengan sejuta pesona yang dapat mengikat para wanita. Namun, sayang dia justru memakai ketampanan yang dia warisi dari ayahnya, hanya untuk mempermainkan mereka.
Baginya masa muda adalah waktu untuk bersenang-senang. Hingga kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat, saat dia bertemu dengan seorang wanita yang melamar menjadi sekretarisnya.
Wanita dengan status janda, dengan lekuk tubuhnya yang mempesona.
Hatinya semakin berdesir, kala melihat seorang anak kecil dengan bola mata biru memanggilnya dengan sebutan "Daddy"
What is Daddy?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MSS 32
Walaupun duduk berjauhan, bahkan dengan letak meja yang berbeda arah, nyatanya tak dapat membuat seorang wanita bernama Jennie itu merasakan ketenangan.
Sedari tadi dia dibuat gusar, entah kenapa dia selalu merasa was-was, apalagi saat Aneeq memanggilnya untuk mendekat seperti saat ini.
"Nona Jennie, kemarilah," titah Aneeq membuat Jennie yang tengah membuat jadwal Aneeq seminggu ke depan jadi terhenti begitu saja.
Wanita itu menoleh ke samping, menatap Aneeq yang tengah sibuk pada layar komputernya. Ada apa gerangan Aneeq memanggilnya?
"Iya, Tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya Jennie sebelum mendekat ke arah Aneeq, dia berharap tidak akan ada lagi kontak fisik, karena hal itu benar-benar mengganggu kesehatan jantungnya.
"Aku bilang ke mari, aku ingin kamu lihat sesuatu," ujar Aneeq mengulangi perintahnya pada Jennie. Mau tidak mau wanita itu akhirnya bangkit lalu melangkah ke arah Aneeq.
Dia sedikit menarik nafas, karena jika sudah berada di dekat pria itu, dia pasti tidak akan mendapatkan udara yang cukup, Jennie berdiri tepat di samping meja Aneeq.
"Mendekatlah, kalau jauh-jauh kamu mana bisa lihat!" cetus Aneeq dengan intonasi suaranya yang terdengar tidak sedang bercanda.
Dengan ragu-ragu Jennie menggerakkan kakinya lagi, untuk sedikit berpindah lebih dekat dengan Aneeq.
"Aku ingin kamu melihat ini, bagaimana menurutmu apa bagus?" tanya Aneeq seraya menunjuk layar menyala di depannya. Jennie melihat ke arah telunjuk Aneeq, dia memerhatikan sebuah gambar sampel produk yang akan diluncurkan.
Jennie tampak berpikir sejenak.
"Sepertinya kurang sentuhan warna, Tuan," jawab Jennie untuk memberikan pendapat, sesuai dengan apa yang dia amati, Aneeq mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jadi warna apa yang cocok menurutmu?" tanya Aneeq lagi, mulai mengarahkan kursor ke bagian warna, agar Jennie membantunya.
Jennie terlihat antusias, dia melupakan sejenak rasa gusar yang sedari tadi hinggap. Kini dia justru senantiasa menatap layar itu dan mencari-cari kira-kira warna apa yang cocok untuk dipadukan dengan gambar yang sudah ada.
"Tuan coba warna yang itu," ucap Jennie sambil menunjuk, tetapi selalu saja ada akal bulus yang dipakai pria ini, Aneeq pura-pura tidak tahu yang mana yang Jennie maksud. Hingga dia mengarahkan kursor ke warna yang lain.
"Yang ini?"
Jennie menggeleng cepat. "Bukan, tapi yang biru itu, cuma lebih ke kiri supaya tidak terlalu cerah." Jawabnya sambil menunjuk lagi, dan Aneeq tidak akan berhenti begitu saja untuk mengerjai sekretaris seksinya ini, apa yang dia lakukan sengaja dibuat salah hingga Jennie merasa geram.
"Haish, sudah kamu saja yang pegang kursornya, salah terus dari tadi," gerutu Aneeq pura-pura marah, padahal dalam hati sudah cengar-cengir menunggu saatnya tiba, di mana semangka incarannya terlihat dari celah kemeja Jennie, ketika wanita itu sedikit membungkuk.
Jennie menghela nafas, padahal apa yang dia tunjukkan itu sangat jelas, tetapi kenapa Aneeq malah marah-marah. Akhirnya dia mengalah, Jennie semakin mencondongkan tubuhnya, dan pada saat itu pula dua sembulan yang tertutup setengah braa itu terlihat begitu indah.
Memanjakan mata Aneeq yang senantiasa melirik ke samping.
Ya, itu dia, An, semangkanya.
Oh my God, benar-benar sial, hanya dengan melihat daging tanpa tulang itu, sesuatu dalam diri Aneeq tiba-tiba menggeliat, ular anaconda yang bersemayam dalam diam, kini meminta untuk beraksi karena sudah beberapa hari tidak dimanjakan.
"Nona Jennie," panggil Aneeq.
"Ya, Tuan," jawab wanita itu, Jennie menatap Aneeq dan pandangan mereka langsung bertemu dengan jarak yang sangat dekat. Ingin sekali rasanya Aneeq menarik pinggang wanita itu, tetapi mengingat Jennie bukanlah wanita sembarangan membuat Aneeq langsung mengurungkan niatnya.
Sabar, An. Tunggu sampai dia menyerah, pelan-pelan saja.
Pandangan mata mereka terputus begitu saja, saat suara dering ponsel Jennie terdengar begitu nyaring. Jennie langsung mengarahkan pandangan matanya pada benda pipih yang bergetar di atas meja kerjanya.
"Tuan, maaf, saya mau angkat telepon dulu," pamit Jennie lalu melangkah, hilang sudah pemandangan indah yang sedari tadi mengitari otak kotor Aneeq.
Wanita itu segera meraih ponsel dan mengangkat panggilan tersebut. Sebuah panggilan dari pengacara yang mengurus perceraiannya dengan Michael.
"Halo, ada apa, Tuan?" sapa Jennie lebih dulu, sedikit menjauh dari Aneeq, agar pria itu tak dapat menjangkau obrolannya.
"Maaf, Nyonya. Untuk sementara, gugatan anda ditolak, karena suami anda tidak terima, dan meminta mediasi, bukti bahwa dia benar-benar berselingkuh, jadi sebaiknya anda bawa bukti tersebut pada pengadilan," papar pria yang ada di ujung sana.
Mendengar itu, tubuh Jennie langsung melemah. Michael benar-benar tidak ingin melepaskannya dengan mudah. Bagaimana caranya dia mendapatkan bukti itu?
Michael, kamu memang badjingan!