Kesedihan Rara mencapai puncak hanya dalam waktu satu hari.
Setelah orang tuanya batal menghadiri acara wisudanya, Rara malah mendapati kekasihnya berselingkuh dengan sepupunya sendiri.
Rara mendapati kenyataan yang lebih buruk saat ia pulang ke tanah air.
Sanggupkah Rara menghadapi semua cobaan ini?
Ig : Poel_Story27
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poel Story27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Mengubah Apapun
Mansion Richard.
"Apa yang kau dapatkan, Jef?" tanya Brian melalui telpon.
"Tuan, ada sedikit insiden di restoran! Dan itu dimanfaatkan oleh nona Vita. Saya akan mengirimkan informasinya ke e-mail Anda," jawab Jefry.
"Perintahkan anak buahmu untuk tidak lengah, Jef! Lindungi terus calon menantuku," perintah Brian.
"Baik, Tuan!"
Brian memutuskan sambungan telponnya, lalu memeriksa e-mail yang dikirimkan anak buahnya.
"Vita pasti memanfaatkan kejadian itu, untuk mempengaruhi anak kita," seru Lidya sambil melihat rekaman Video di laptop suaminya.
"Sudah pasti! Lihatlah, sebentar lagi anakmu itu akan pulang. Lalu menunjukkan kepada kita tentang kejadian ini," sahut Brian.
Lidya menggelengkan kepala. "Entahlah, aku tidak tahu sampai kapan anak itu akan bodoh!"
Tepat seperti yang ada di pikiran ayahnya, tak lama kemudian Sean pun pulang, dan langsung mencari keberadaan orang tuanya.
"Ayah, lihatlah kelakuan calon menantu pilihanmu!" Sean memberikan photo-photo yang ia dapatkan dari Vita.
Brian mengambil photo tersebut, ia melihatnya sambil tersenyum mengejek.
"Jika info yang kau dapat ini benar, apa kau tetap merasa lebih baik darinya," sindir Brian.
"Apa maksud Ayah?" tanya Sean.
"Berhentilah mencari-cari keburukan calon istrimu! Karena kau tidak lebih baik dari apa yang kau tunjukkan, dan dia tidak seperti yang kau pikirkan," sahut Brian.
Sean menggeleng kesal. "Apa Ayah menyangka photo itu hasil editan? Ayah bisa memerintahkan orang untuk memeriksa keaslian photo itu!"
"Pergilah ke kamarmu Sean! Ini tidak mengubah apapun, cukup pikirkan tentang pernikahanmu sudah dekat!" seru Brian.
Sean melengos kesal meninggalkan orang tuanya. Dia sudah putus harapan untuk mengubah pendirian orang tuanya.
***
Hari berlalu dengan cepat, Sean saat ini sedang bersiap untuk melakukan akad di mansionnya. Seluruh keluarga besar dan kerabat dekat sudah berkumpul untuk meyaksikan peristiwa sakral ini.
Sean tertunduk lesu, ia tidak dapat menolak kenyataan, hari ini ia akan resmi menjadi suami dari wanita yang tidak ia cintai, wanita yang ia benci lebih tepatnya.
Sementara itu Rara sudah datang, dan kini sedang berada di kamar rias bersama team make up artist profesional, yang di persiapkan oleh keluarga Richard.
Sedangkan Rio mulai asik bermain bersama Rachel kakak sepupunya. Rania, kakak kedua Sean mengkerutkan dahi melihat anak-anak yang begitu cepat mengakrabkan diri itu.
"Ibu ... anak itu!" Rania menatap ibunya penuh tanya. ia memang baru tiba hari dari Amerika, dan belum mengetahui apapun tentang Rio.
"Apa yang kau pikirkan, Sayang?" tanya Lidya sambil tersenyum lebar.
"Aku seperti pernah melihatnya! Ya ... photo yang ada di dompet ibu," ujar Rania yakin.
"Dia memang keponakanmu Sayang! Kau pikir apa alasan ayah dan ibu menikahkan Rara dengan adik bodohmu itu," sahut Lidya.
"Dan Sean tidak mengetahuinya?"
"Ya ... begitulah! Padahal dia mengalami morning sick selama tujuh bulan penuh, tapi sampai saat ini dia belum bisa merasakan bahwa Rio adalah anaknya," jawab Lidya.
Seorang pelayan datang menghadap Lidya. "Nyonya, akad sudah selesai. Nona Rara dipersilahkan datang ke ruang akad untuk menanda tangani buku nikah."
Lidya dan putrinya masuk ke dalam kamar tempat Rara sedang di rias.
"Apa belum selesai?" tanya Lidya kepada make up Artist.
"Sudah, Nyonya." Make up Artist tersebut memutar kursi Rara
Lidya tersenyum melihat menantunya, yang juga anak dari teman karibnya itu. Rara terlihat begitu anggun dengan kebaya panjang berwarna putih, Kebaya itu benar-benar pas ditubuh Rara, menampilkan lekuk indah tubuhnya.
Wajah Rara sudah dihiasi make up yang sedikit tebal, tapi tidak mengurangi nilai kecantikan naturalnya. Sementara rambutnya disanggul tanpa hiasan, membentuk sanggul modern, dengan beberapa helai rambut dibiarkan tergerai menghiasi sisi wajahnya.
Dengan senyuman lembut penuh kasih sayang, Lidya mendekati menantunya. "Kamu cantik sekali sayang! Ayo, kamu sudah ditunggu di ruang akad!"
Bersambung.