NovelToon NovelToon
SUSAN

SUSAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Obsesi / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: SabdaAhessa

Susan tak pernah menyangka dirinya di timpa begitu banyak masalah.

Kematian, menghianatan, dan perselingkuhan. Bagaiamana kah dia menghadapi ini semua?
Dua orang pria yang menemaninya bahkan menyulitkan hidupnya dengan kesepakatan-kesepatan yang gila!

Akan kah Susan dapat melewati masalah hidupnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33. Pelampiasan

"JAMES!!" Teriak Edward memanggil James. Suaranya memenuhi seisi ruangan.

Sontak James langsung berlari menghampiri tuannya yang sedang naik pitam itu.

"Kita bawa dia bertemu dengan pelacur itu!" Kata Edward sembari menarik Susan ke arah lift.

Pelacur? Ya. Edward sudah menganggap Anna adalah seorang pelacur pribadi milik Peter. Dia menarik tangan Susan masuk ke dalam lift, James mengekor di belakangnya. Sedangkan Alice hanya diam terpaku melihat itu. Tak berani ambil tindakan.

James menempelkan kartu di lift. Lalu lift bergerak turun. Ini kali pertamanya Susan masuk ke dalam penjara bawah tanah milik Edward. Karena selama ini, ruangan itulah, satu-satunya ruangan terlarang yang di masuki oleh Susan.

Bukan tanpa alasan. Melainkan di tempat itulah banyak nyawa yang hilang. Daging berserakan. Bau anyir. Pengap. Bau. Kotor. Bau pesing. Bau kotoran manusia. Semua menjadi satu padu. Namun, inilah ruangan favorit bagi James, si psikopat.

JAMES

Edward akan memberikan musuhnya pada James untuk di eksekusi di ruangan ini. Terserah James mau di apakan saja. Bebas. Sesuka hatinya.

Mulai dari menguliti mereka hidup-hidup. Menyiramkan cuka ke luka yang masih basah. Menyayat saraf-saraf. Mencabut kuku satu per satu. Begitulah James. Dia suka menyiksa mangsanya hingga mati karena kesakitan.

Dan itu lah mengapa dia menjadi tangan kanan Edward selama ini. Selain dia cekatan dan bisa di percaya. Dia juga psikopat yang mengerikan.

Lift terasa kehabisan oksigen. Susan susah bernafas. Nafasnya berat hingga dadanya naik turun beraturan. Matanya panas karena menangis. Pergelangan tangannya juga sakit karena sedari tadi digenggam oleh Edward.

Tingg!!

Pintu lift terbuka. Susan dengan gemetar keluar dari lift. Dia bahkan tak sanggup membayangkan apa yang berada di dalam sana. Pikirannya juga menebak, apakah Anna benar berada disini atau tidak?

Saat keluar dari lift Susan hanya melihat ruangan pengap berukuran kira-kira 5m x 5m. Tanpa ventilasi dan penerangan yang redup. Ada dua orang pengawal yang berjaga di depan pintu besi. Mereka langsung memberi hormat saat melihat Edward datang.

Susan menelan ludah. Memikirkan kedua pengawal itu. Apa mereka berjaga disini sepanjang hari? Di ruangn tertutup yang pengap dan hanya berdua saja? Mereka bisa mati karena bosan, kan?

James segera memasukkan password di pintu besi itu. Dia juga menempelkan ibu jarinya di layar kecil. Fingerprint. Keamanannya disini begitu ketat. Kedua orang pengawal tadi juga menunduk saat James memasukkan password. Seakan begitulah peraturannya. Mereka sendiri tak tau password untuk membuka pintu besi ini.

Saat pintu besi itu mulai terbuka. Hawa di sekitar Susan seakan berubah. Bau menyengat. Terutama bau anyir. Sungguh ini bukan tempat yang menyenangkan kecuali untuk James.

Edward menarik Susan untuk masuk ke ruangan itu. Melewati beberapa ruangan dengan sel besi yang kosong. Lalu ada persimpangan di depan. Mereka belok ke kanan. Namun, Susan sempat menoleh ke belakang. Di persimpangan sebelah kiri, ada seorang pria yang duduk di lantai. Badannya kurus dan gundul. Mungkin itu salah satu tawanan James. Keadaannya sangat buruk.

Tepat di ujung lorong. Sebelah kanan. Terlihat seorang wanita yang tak berdaya sedang duduk di tepi ranjang sambil menundukkan kepala. Menggenggam ujung roknya yang sudah kotor dan robek.

Wajahnya penuh lebam. Tangannya ada beberapa luka yang sudah mengering. Susan juga melihat ada sisa makanan di piring kotor dekat bantalnya.

Sungguh, hati Susan tak tega melihat itu. Anna. Kondisinya begitu buruk. Wajah cantik itu hilang, entah pergi kemana.

Mata susan kembali menahan air mata. "Anna.." suaranya gemetar dan serak.

Anna tak berani mengangkat kepalanya. Dia ingat betul perintah Edward sebelumnya. Dia harus diam. Tak perlu melakukan menjelasan apapun pada Susan. Tak perlu minta maaf juga.

Susan melangkah mendekat ke jeruji besi yang menghalangi mereka berdua. Edward melepaskan genggamannya. Namun pria itu nampak melepaskan jasnya dan menggulung lengan kemeja putih itu sampai ke siku.

"Anna.." Panggil Susan lagi.

Namun Anna tetap diam. Dia hanya memberi sedikit anggukan kepala kepada Susan.

Tiba-tiba sedetik kemudian, Edward sudah masuk ke dalam sel. Melangkah mendekat pada Anna sambil menatap Susan.

Susan membulatkan mata.

"Apa yang akan Edward lakukan?" Batinnya.

Seketika Edward menjambak rambut Anna dengan keras hingga wanita itu menengadahkan kepala kepadanya. Lalu Edward meludahi wajah Anna. Anna nampak tak berontak sama sekali. Dia pasrah. Atau sudah terbiasa?

"Kau bilang dia sudah pergi? Lihat wanita ini Susan! Lihat wajah ini!" Edward menolehkan wajah Anna pada Susan yang masih berada di luar sel penjara.

"Lihat! Bagaimana wajah ini menikmati sentuhan Peter selama ini! Anak itu adalah bukti mereka saling menginginkan satu sama lain!" Kata Edward dengan dingin.

"Pantas saja Traver tak bisa menemukan Anna. Ternyata dia berada disini." Batin Susan.

Dia malah sibuk dengan pikirannya sendiri. Tak menghiraukan perkataan Edward. Membuat pria itu naik pitam dan menampar Anna dengan keras.

"Ed!!" Teriak Susan

"Bagaimana bisa kau memaafkan dia, Susan? Dia yang sudah jelas-jelas mengkhianatimu selama ini! Lalu untuk apa aku melakukan ini semua untuk mu?" Suara Edward mulai naik beberapa oktaf.

"Ed, aku sudah bilang pada mu. Biarkan aku selesaikan masalah ini dengan cara ku!"

Edward nampak tersulut emosinya. Kedua tangannya mengepal. Sedetik kemudian dia memukuli Anna beberapa kali dengan tangan kosong. Tangan kosong yang besar dan kekar. Tentu saja itu akan membuat Anna kembali babak belur setelah ini.

Brak!! Brak!!! Brakk!!

Edward mulai memukuli tubuh Anna dengan brutal. Dia memukul mana saja yang penting kena. Karena Anna kali ini berusaha melindungi dirinya dengan meringkukan badan di atas lantai.

Sedangkan Susan sukses di buat terperanjat hingga hampir jatuh. Dia melihat ada sedikit darah segar yang mulai keluar dari hidung Anna.

"Edward stoppp!!!" Teriak Susan.

Teriakannya menggema di ruangan itu. Namun percuma. Edward tak mendengarkan dia malah menendang punggung Anna berulang kali. Melampiaskan kemarahannya kepada Anna yang sudah tak berdaya lagi.

Susan geram melihat itu. Dia tak mungkin diam saja melihat Anna di pukuli oleh Edward. Dia berusaha masuk ke dalam sel namun di tahan oleh James.

"Stopppp! Edward jangannnn!!!!"

Terbesit satu ide di benatnya. Dia menggigit tangan james dengan keras hingga membuat pria itu melepaskan tubuh Susan begitu saja.

"Ed, hentikan!" Susan memegangi tangan Edward.

Edward menghentikan tendangannya. Tangisan Anna mulai mengisi ruangan. Sedangkan Susan langsung mendekap tubuh Anna yang meringkuk kesakitan.

"Anna, kau baik-baik saja?"

Mana mungkin dia baik-baik saja Susan? Dia sudah di pukuli dan di tendang berulang kali oleh Edward. Syukur-syukur kalau tulangnya tidak patah.

Susan menatap tajam Edward. Menusuk mata pria itu dengan tatapan mematikan. Dia juga menangis melihat kondisi Anna.

"Ayo ikut aku, Anna. Kita pergi kerumah sakit." Kata Susan memegangi lengan Anna. Membantunya untuk duduk.

Darah tampak bercucuran dari hidung Anna. Edward memang tak punya hati. Bagaimana bisa dia memukuli seorang wanita yang sudah pasti tidak bisa melawannya.

"JIka kau ingin membawanya pergi. Kau harus bercerai dengan Peter!"

Sontak Susan dan Anna saling melepar tatap. Ini bukan pilihan! Edward selalu menempatkannya di posisi yang sulit.

Jika dia meninggalkan Anna disini, wanita ini bisa mati karena siksaan Edward. Walaupun terbesit di pikiran Susan soal perselingkuhan Anna dengan suaminya. Tapi apakah pantas Anna di perlakukan seperti ini? Di tempat seperti ini?

Dia juga tidak mampu jika harus bercerai dengan Peter. Karena tekadnya sudah bulat untuk memafkan Peter dan memberi kesempatan kedua untuk suaminya itu.

Mata Anna seakan meminta bantuan pada Susan. Namun, apalah daya seorang Susan pun bukan apa-apa jika sudah berhadapan dengan Edward.

"Ed, dia suami ku!" Kata Susan pelan. Masih terus menatap Anna.

"Dan wanita ini tawanan ku!" Edward tak mau kalah.

Sungguh, Susan tak mungkin mengorbankan rumah tangganya demi menyelamatkan nyawa simpanan suaminya, kan?

Mata Susan menunjukkan keputus asaan. Dan Anna bisa membaca itu. Dia juga tidak berharap banyak pada Susan. Karena dirinya memang salah disini. Mungkin, sebenarnya juga pantas disini.

Susan mulai bangkit. Berdiri menghadap Edward yang masih bersungut-sungut amarah.

"Ed, jika aku tak bisa membawanya pergi. Ku mohon jangan siksa dia sepert ini!"

Edward terdiam. "Jika aku tidak boleh merusak barang, aku juga tidak boleh menyiksa dia, lalu aku harus apa Susan? Kau lah penjahat sebenarnya disini! Kau menutup mata dari kebenaran! Menyiksa ku, ini semua membuatku mati perlahan!"

"Ku, mohon Ed!"

"Kalau begitu biar aku melampiaskan semuanya pada mu!"

Sontak Susan membulatkan mata. Kakinya lunglai tak mampu menahan badan. Apa yang di maksud Edward? Apalagi jika bukan soal permainan di atas ranjang!

Edward langsung mengangkat tubuh Susan di bahunya. Melangkah tegap dan cepat. Langkahnya juga panjang. Dia nampak tak keberatan dengan tubuh Susan di bahunya.

Susan berulang kali berontak. Berusaha melepaskan diri dari Edward. Namun sia-sia. Pria itu sepertinya sangat kuat dan terlatih. Tak membuatnya goyah sedikit pun.

Edward segera menekan tombol lift dan menurunkan Susan saat sudah berada di dalam lift berdua.

"Edward, ku mohon jangan!!" Susan mulai menangis. Membayangkan panasnya tubuh Edward di atas badannya.

"Kau sudah berjanji pada ku, Ed!"

Edward masih tak berkutik. Matanya lurus ke depan. Seperti sedang merencakan permainan apa yang akan dia lakukan bersama Susan sebentar lagi. Karena sesungguhnya dia sangat merindukan tubuh Susan.

Terakhir kali berhubungan dengan wanita itu membuatnya tak nyenyak tidur. Bolak balik setiap malam memimpikan malam yang panas bersama Susan lagi.

Akhirnya hari ini dia bisa merasakan hal itu. Dia bertekad tidak akan memberi seinci pun di tubuh Susan kali ini. Dia harus menandai seluruh tubuh Susan dengan tanda cinta dari bibirnya.

Bersambung...

1
mahessa
🤣🤣🤣🤣
Riska Rosiana
skakmat🔥
mahessa
lahhhh🤣
mahessa
over all ini keren sih, wajib baca sih, terutama yg suka dirty novel, aku rekomendasi yg ini
mahessa
setuju sm si edward
Andreee
bakal jd masalah baru
mahessa
mampuss lu
mahessa
pikiran lu aja njingg
mahessa
betolll
mahessa
cekik aja
mahessa
kebiasaan
mahessa
fix ceraiii
mahessa
ya Allah Ed🤣
mahessa
waduhhh
mahessa
hmm si Edward
mahessa
iyalah, masa A🤣
mahessa
di kasih paham ya🤣
mahessa
flirting murahan🤣
mahessa
😶😶😶😶😶😶😶😶😶
mahessa
nah kan, udah ku duga dr awal kemunculannya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!