NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Setelah Kamu

Cinta Terakhir Setelah Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: Melisa satya

Tristan Bagaskara kisah cintanya tidak terukir di masa kini, melainkan terperangkap beku di masa lalu, tepatnya pada sosok cinta pertamanya yang gagal dia dapatkan.

Bagi Tristan, cinta bukanlah janji-janji baru, melainkan sebuah arsip sempurna yang hanya dimiliki oleh satu nama. Kegagalannya mendapatkan gadis itu 13 tahun silam tidak memicu dirinya untuk 'pindah ke lain hati. Tristan justru memilih untuk tidak memiliki hati lain sama sekali.

Hingga sosok bernama Dinda Kanya Putri datang ke kehidupannya.

Dia membawa hawa baru, keceriaan yang berbeda dan senyum yang menawan.
Mungkinkah pondasi cinta yang di kukung lama terburai karena kehadirannya?

Apakah Dinda mampu menggoyahkan hati Tristan?

#fiksiremaja #fiksiwanita

Halo Guys.

Ini karya pertama saya di Noveltoon.
Salam kenal semuanya, mohon dukungannya dengan memberi komentar dan ulasannya ya. Ini kisah cinta yang manis. Terimakasih ❤️❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melisa satya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dinda berduka

Tertidur di samping Nenek Layla.

Saat Dinda bangun pagi ini, tubuh wanita tua itu seketika panas tinggi. Dinda yang ingin bersiap ke kantor terkejut merasakan suhu tubuh yang tidak biasa.

"Nenek! Nenek aku bawa ke rumah sakit ya."

Nenek Layla membuka mata, dia menyentuh wajah cucunya dan tersenyum.

"Nenek baik-baik saja, jangan khawatir."

"Tapi, Nek."

"Pergilah bekerja, nanti setelah minum obat juga sembuh."

Dinda cemas, dia menuju ke dapur untuk membuatkan makanan. Roti tawar adalah pilihan paling simple dan juga teh hangat.

"Nenek, makan dulu. Nanti minum obatnya."

Nenek Layla bahkan tak bisa membuka mulut. Wajahnya terlihat begitu pucat. Dinda segera menelpon menghubungi Daren.

Panggilan tak terjawab membuat gadis itu merasa frustasi.

"Ya Tuhan." Siska datang seperti biasa, dia telah membeli dua nasi bungkus untuk sarapan mereka.

"Pagi Din, tumben lo belum mandi."

"Nenek Sis, nenek demam."

"Hah?"

"Ya udah ke rumah sakit."

Nenek Layla menggelengkan kepala.

"Tidak usah, nenek baik-baik saja."

Wanita tua itu berusaha menggapai tehnya namun gelas yang dia pegang jatuh begitu saja. Dinda tak bisa menawar lagi, mereka bergegas memanggil angkutan dan membawa nenek Laila ke rumah sakit.

"Sis, temeni aku."

"Oke."

Dinda mengganti pakaian wanita tua itu dengan pakaian bersih, mereka menuju ke rumah sakit setelah tetangga Dinda datang menggendong Nenek Layla.

Saat menaiki mobil, wanita tua itu telah tak sadarkan diri.

"Ayo, Pak. Buruan!"

Siska menyadarinya. Dia menepuk wajah nenek Layla dan memintanya bangun.

"Nek, nenek. Nenek lihat aku dong."

Dinda memeluk tubuh itu dan menjaganya sepenuh hati.

"Nenek, kita akan tiba di rumah sakit, sebentar lagi ya."

Siska tampak membeku, dia menyadari sesuatu tapi takut mengatakannya.

"Cepat Pak!"

Saat Dinda tiba di rumah sakit, Siska buru-buru keluar dan memanggil suster.

Perawat datang dan siap mengefakuasi. Sayangnya saat tubuh renta itu telah berbaring di tempat tidur. Dokter yang datang memeriksanya terlihat terkejut.

"Bawa nenek saya untuk di obati dokter, tolong."

Dokter dan perawat saling menatap.

"Kenapa kalian diam saja? Tolong!!"

"Maaf, tapi pasien sudah tiada."

Seluruh tubuh Dinda meremang, airmatanya jatuh tanpa bisa dia tahan.

"Apa?"

"Pasien telah tiada sebelum sampai di rumah sakit."

"Tidak!!" Dinda memeluk jasad nenek Layla.

"Aku baru saja bicara dengannya, dia bilang, dia tidak apa-apa."

"Maaf, kami turut berduka cita."

Dunia Dinda rasanya berhenti berputar.

"Nenek, aku sama siapa kalau nenek nggak ada?"

Siska menutup mulut. Pengunjung rumah sakit ikut terenyuh melihat Dinda menangis.

"Nenek, kenapa nenek ninggalin aku. Aku sama siapa?"

Telepon Dinda berdering, gadis itu tak peduli apapun selain memeluk jasad neneknya.

Siska melihat panggilan dan nama Pak Daren terpampang di layar.

"Nenek!"

[Halo]

[Halo, Din. Tadi kamu nelpon kenapa?]

"Dokter, tolong periksa sekali lagi. Dokter mungkin salah, nenek saya tadi baik-baik saja."

Suara serak Dinda terdengar jelas.

[Halo, ada apa di sana?] Daren bangkit dengan mimik wajah serius.

[Halo, Pak. Saya temannya Dinda. Kayaknya tadi Dinda menelepon untuk izin tidak masuk bekerja.]

[Oke. Ada apa?] Tristan melihat raut wajah Daren. Sahabatnya itu menekan loud speaker agar pembicaraan juga di dengar oleh Tristan.

[Tadi kami dalam perjalanan ke rumah sakit, kami baru tiba dan nenek Layla sudah meninggal.]

Tristan seketika ikut berdiri.

"Dokter tolong periksa lagi, nenekku pasti masih hidup." Suara tangis Dinda di seberang sana membuat Tristan tak menentu.

"Maaf Nona, kami akan menyiapkan mobil ambulansnya segera."

Hati Dinda hancur seketika. Suara tangisnya membuat bulu kuduk merinding.

Panggilan berakhir, Siska menutup panggilan secara sepihak.

"Bro, gimana? Dia berduka, pekerjaan tidak akan ke pegang."

Tristan tidak tahu harus apa. Dia telah menolak untuk mengakui perasaannya di depan sang ayah, jika dia pulang ke Indonesia secara tiba-tiba, itu akan menciptakan pertanyaan baru.

"Bro, jadwal meeting full dan Dinda sedang berduka. Dia tidak mungkin bisa profesional saat ini."

Tristan masih diam, dia tak memberi jawaban sampai ponselnya berdering.

Panggilan masuk datang dari Dinda. Daren melihatnya dan Tristan segera menjauh.

[Hallo.] Tristan begitu cemas. Dia sangat menantikan suara di seberang sana.

[Halo Bos.] Nada suaranya menjadi lebih tegar dari beberapa menit yang lalu.

[Hmmm.] Tristan tahu Dinda sedang berusaha kuat.

[Saya ingin minta cuti beberapa hari.]

Daren menatapnya.

[Ada urusan apa kamu meminta cuti? Ingat Dinda, kamu baru satu bulan terhitung besok, belum memenuhi kriteria untuk cuti.]

Daren tak percaya ini, dia akan protes membela gadis itu tapi Tristan mengankat tangannya meminta sahabatnya itu untuk diam.

[Bos, pagi ini aku kehilangan nenekku.] Bergetar suara Dinda di ujung sana.

[Aku butuh waktu untuk memakamkannya. Beri aku cuti walau hanya dua hari.]

Tristan tak langsung menjawab sampai suara Dinda terdengar pilu menahan lukanya di ujung sana.

[Baik, saya memberimu izin.]

[Terimakasih, Bos.]

Panggilan di tutup. Tristan menatap Daren yang kini tampak kecewa.

"Lo, lo bener bener nggak punya hati, Tristan."

"Mereka tidak tahu jika kita bersama, aku melakukan ini agar dia tidak larut dalam kesedihan."

Daren membuang wajah.

"Pesankan penerbangan, kita akan kembali ke Indonesia."

Daren mengerjap beberapa kali.

"Beri alasan yang masuk akal kepada ayahku, bilang jika kita pulang karena Dinda memang sedang berduka dan tak ada alasan lain selain mengkhawatirkan perjanjian kerjasama dengan klien."

"Gua ngerti."

"Oke, jangan lupa alihkan semua jadwal yang ada di Singapura ke Sabrina. Kau mengerti?"

"Mengerti."

Tristan bergegas pulang. Tidak, ini bukan tentang pekerjaan. Tapi ini tentang hati yang mengkhawatirkan satu nama.

Gadis itu membuatnya ikut sakit meski mereka tak memiliki hubungan apapun.

****

Kediaman Dinda kini tengah ramai, rumah kecil itu dipenuhi oleh para tetangga. Siska terus berada di samping Dinda dan menguatkan sahabatnya.

Semua orang tahu, Dinda sebatang kara suara tangisnya membuat para pelayat ikut bergetar merasakan pedih.

"Nenek!"

"Nenek jangan tinggalkan aku."

Siska memeluknya, mengusap pundaknya menenangkan hati yang kacau.

Saat jasad nenek Layla akan dibungkus kain kafan, Dinda masih tak sanggup untuk merelakannya.

"Tidak, aku sama siapa? Jangan lakukan ini."

"Dinda tenangkan dirimu, ikhlaskan dia."

Gadis itu benar-benar sendirian. Nenek Layla di shalatkan, lalu bersiap menuju ke pemakaman. Orang-orang meminta Dinda untuk tetap tinggal namun gadis itu menolak tegas dan ingin ikut.

"Dinda."

"Aku ikut, ini adalah terakhir kali aku melihatnya."

"Ya sudah, ayo."

Menuju pemakaman yang tak jauh dari tempatnya berada. Dinda di temani Siska berjalan mengikuti orang-orang yang mengangkat jenazah sang nenek.

Beberapa warga juga masih mengikuti proses pemakaman. Saat jenazah tiba dan akan di turunkan. Dinda kembali ingin mendekat.

"Nak, ikhlaskan."

Dinda diam melihat jenazah itu di turunkan, hatinya sakit melihat orang-orang menguburkan sang nenek dan mengalihkan tanah menutupi lobang. Dinda seketika lemas, Siska telah memperingatkan jika Neneknya sedang tidak baik-baik saja. Dinda tidak cukup peka dan tetap bekerja meninggalkan wanita tua itu bersama sahabatnya.

Gundukan tanah itu telah selesai dikerjakan, seseorang membacakan doa dan Dinda hanya bisa mendekat memeluk tanah yang masih basah. Warga sangat kasihan padanya, tangisnya tak pernah redah sampai jasad tak lagi bisa di sentuh.

"Dinda ayo pulang, Nak."

"Neneku bagaimana?"

"Dia telah mendapatkan tempat terbaik di sisinya. Kamu juga harus istrahat, jangan menangis terus."

"Iya Dinda, walau sekarang nenekmu tlah tiada. Kami semua akan selalu ada untukmu."

Dinda mengangguk.

"Kami pulang duluan ya, jangan terlalu lama di sini." Orang-orang itu pergi tapi tidak dengan Siska.

"Siska jaga Dinda."

"Iya, Tante."

Dinda mengusap papan nama bertuliskan nama sang nenek. Airmatanya kembali jatuh tapi tidak sederas tadi.

"Gua udah pernah bilang kan, nenek ngga baik-baik saja. Dia sakit Din, tapi dia nggak mau ngerepotin lu."

"Aku tidak pernah merasa direpotkan Siska, aku bekerja seperti ini juga untuknya. Sekarang kalau nenek sudah ngga ada, aku bekerja untuk siapa?"

"Untuk diri lu, Din. Untuk masa depan lo. Kehidupan kita masih panjang meski kita orang miskin."

Dinda masih mengingat bagaimana neneknya bertanya dia sudah makan atau belum.

"Nenek sayang banget sama lo, Din. tolong jangan seperti ini."

Dinda diam menatap papan nisan itu, waktu terus berlalu namun dia belum beranjak juga.

"Dinda, udah sore, pulang yuk."

Dinda melamun.

"Dinda, tolong jangan gini dong, nanti lu sakit."

"Dinda." Suara khas memanggil di kejauhan. Dinda menoleh dan mendapati bosnya dan Daren berdiri di sana.

Tristan mengambil penerbangan tercepat dan tiba dua jam kemudian. Dia tiba di rumah Dinda, kebetulan bertemu para pelayat dan mereka mengatakan jika Dinda masih di pemakaman.

Di sinilah dia sekarang melihat gadis itu dengan raut wajah lelahnya.

"Bos!" Siska melihat mereka.

Tristan menghampiri gadis itu dan Dinda tak ragu memeluknya.

"Nenek meninggalkan ku tiba-tiba, kau tahu, pagi ini dia baik-baik saja."

"Hush, sudahlah. Dia telah tenang di alam sana."

Dinda menangis dalam pelukannya. Daren dan Siska pun menjauh untuk memberi mereka ruang.

"Bos, maafkan aku."

"Tidak ada yang perlu di maafkan. Kau tenang saja, selesaikan urusanmu, semuanya aku yang akan menghandle pekerjaan."

1
$ᑕĥ¡ẓน𝕣υ
gpp sebenarnya. mau di atas atau di bawah sama² enak/Shy/
$ᑕĥ¡ẓน𝕣υ
geger dikit. kebetulan otaknya jatuh, jdi niat pinjem otak lu bntr
Anul Pendekar
diplaster pake semen maksudnya?
Anul Pendekar
gaa kok, beneran deh
Rezqhi Amalia
deg degan psti. jantung nya msih aman kam😂
Rezqhi Amalia
pengen banget ya ke Paris dind😂😂
👑Chaotic Devil Queen👑
Eh skinship apa ini tiba-tiba😭👊
MARDONI
Cinta saja tidak cukup untuk membuat kami bersama’ duh, dalem banget
MARDONI
Wah, jadi mereka akhirnya ketemu lagi setelah sekian lama! Kayaknya bakal ada banyak hal yang belum sempat mereka bicarain dulu.
ginevra
special pakek telor hehehhe
ginevra
kamu itu udah jatuh cinta Tris... udah sikat aja bos
ginevra
bilang aja jangan ganggu pacar gue... gitu Tris
LyaAnila
nah emang betul itu. seperti kata ayahku dulu "kalau kamu salah, diam kalau nggak salah lawan." ya wajar kalau diam wong dia tau dia salah. itu artinya dia sadar diri. gimana sih heran gue sama pemikiran si Tristan ini/Angry/
Anyelir
kalau gini sih nyari penyakit sendiri namanya
Anyelir
sabar ya tristan
$ᑕĥ¡ẓน𝕣υ
mahkluk hijau bertaring itu loh din. kau tau kan din, yg klo muncul bikin jantung berdebar-debar 🤣
$ᑕĥ¡ẓน𝕣υ
gpp mah klo mikir yg gak gak, dripda trjdi yg gak gak kan/Grin/
Anul Pendekar
wkwk gass keluarkan pesonamu dindaa 👀🍿
Anul Pendekar
waduh bosnya ketauan manja dari kecil 👀🍿
👑Chaotic Devil Queen👑
Kenapa risih anjay? Tinggal pake headphone😃👊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!