NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: tamat
Genre:Beda Usia / Ibu Mertua Kejam / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Pagi itu suasana rumah Bramantya terasa hangat dan tenang.

Aroma teh jahe dari dapur menguar lembut, dan sinar matahari menerobos masuk melalui jendela besar ruang tamu.

Rianti tengah duduk di sofa, mengenakan dress santai warna krem, sambil menatap keluar jendela.

Bramantya datang menghampiri, membawa segelas susu hangat untuknya.

“Minum dulu, Sayang. Biar bayi-bayi kecil itu ikut sarapan juga.”

“Terima kasih, pelampung bersertifikat.”

Belum sempat mereka tertawa, suara bel pintu terdengar.

Ting tong—

Bramantya menoleh ke arah pintu dan memberi isyarat pada salah satu staf untuk membukanya.

Dari balik pintu, tampak Prabu dan Tryas berdiri. Prabu menunduk, sementara Tryas memegangi perutnya yang mulai membesar.

Rianti sontak terkejut, sementara Bram langsung berdiri tegak dengan wajah tenang namun tegas.

“Bram, Rianti, aku datang untuk minta maaf. Atas semua yang sudah terjadi.”

“Butuh waktu lama kamu untuk datang dan bilang itu.”

Tryas menunduk, suaranya lirih.

“Kami salah besar, Mas Bram. Aku tahu kami nggak bisa menghapus semuanya, tapi tolong… biarkan kami menebusnya.”

Bram menarik napas panjang, lalu berjalan pelan menghampiri mereka.

Wajahnya masih serius, namun nada suaranya lebih lembut dari sebelumnya.

“Aku tidak dendam, Prabu. Tapi aku juga nggak bisa pura-pura lupa. Cukup jangan ulangi kesalahan yang sama. Jangan ganggu keluarga kami lagi.”

Prabu mengangguk cepat, suaranya parau.

“Aku janji, Bram. Aku janji.”

Rianti, yang sejak tadi diam, perlahan berdiri.

Ia berjalan mendekat dan menatap Tryas sesama wanita, sesama ibu hamil.

“Aku nggak mau benci siapa pun. Hidup kita sekarang bukan cuma tentang masa lalu, tapi tentang anak-anak yang kita bawa di perut ini.”

Tryas menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

“Terima kasih, Rianti. Qku benar-benar menyesal.”

Bram merangkul lembut bahu istrinya, menatap Prabu dan Tryas dengan nada lebih damai.

“Jaga istrimu baik-baik, Prabu. Sekarang kamu tahu rasanya hampir kehilangan orang yang kamu cintai.”

Prabu mengangguk, matanya memerah.

“Aku tahu, Bram. Dan aku nggak akan sia-siakan kesempatan kedua ini.”

Suasana berubah hangat. Rianti dan Tryas saling tersenyum kecil, saling menguatkan dalam keheningan yang penuh makna.

Sebelum pergi, Tryas sempat menatap Rianti fan memeluknya.

“Semoga anak-anak kita bisa tumbuh dalam dunia yang lebih baik dari kita, ya.”

Rianti menepuk tangannya lembut.

“Amin.”

Prabu dan Tryas pun pamit, meninggalkan rumah dengan langkah tenang.

Bram menatap Rianti yang masih berdiri di dekat pintu.

“Kamu hebat, Sayang.”

“Aku cuma nggak mau anak-anak kita lahir dalam kebencian.”

Bram meraih tangan istrinya, menciumnya perlahan.

“Dan itu alasan kenapa aku jatuh cinta sama kamu tiap hari.”

Sore itu langit Jakarta berwarna jingga lembut.

Rianti duduk di ruang keluarga, memegang perutnya sambil mengelus pelan.

Bramantya baru saja pulang dari kantor, masih mengenakan kemeja kerja, ketika mendengar suara istrinya yang lirih tapi manja:

“Bram, aku pengin banget kupat tahu Solo.”

“Kupat tahu? Mau aku pesenin dari restoran langganan?”

“Nggak, aku pengin makannya di tempatnya langsung… di Solo.”

Bram menatapnya tak percaya.

“Kamu bercanda, kan?”

“Enggak.”

Tatapannya serius tapi matanya berbinar seperti anak kecil yang minta es krim.

"Jadi kamu mau ke Solo cuma buat makan kupat tahu?”

“Iya, dan kamu mau nemenin aku, kan?”

Bram menepuk keningnya sambil tersenyum pasrah.

“Oke. Kalau perintah Ratu, Raja harus patuh."

Bramantya segera menyiapkan semua barang yang akan dibawa oleh mereka ke Solo.

Setelah semuanya siap mereka lekas menuju ke bandara

Pesawat pribadi Bramantya sudah menunggu kedatangan mereka berdua.

Kemudian pesawat mulai lepas landas menuju ke Solo.

Beberapa jam kemudian pesawat pribadi Bramantya mendarat di Bandara Adi Soemarmo, Solo.

Rianti tampak sumringah, mengenakan dress santai dan topi rotan, sementara Bram masih berusaha mencerna fakta bahwa perjalanan romantis mereka kali ini dimulai dari kupat tahu.

“Bulan madu jilid dua, ternyata temanya kuliner.”

“Kan aku udah bilang, bayi kembar kita pinter pilih destinasi.” 

Sopir segera mengantarkan mereka ke warung kupat tahu yang terkenal di Solo.

Warung kecil itu sederhana, dindingnya penuh foto-foto tokoh terkenal yang pernah makan di sana.

Aroma bumbu kacang dan bawang goreng menyambut begitu mereka masuk.

Pemilik warung sampai kaget melihat kedatangan sepasang tamu glamor yang begitu sopan.

“Lho, Mas, Mbak, beneran dari Jakarta cuma mau makan sini?”

“Iya, Bu. Katanya kupat tahu di sini paling enak sedunia.”

Beberapa menit kemudian, dua piring kupat tahu disajikan di meja kayu kecil.

Bram menatap piringnya dengan wajah serius seperti menilai investasi besar.

“Ini bumbu kacangnya kelihatan autentik banget.”

“Jangan teori. Cepat makan.”

Rianti menyuap sesendok pertama, matanya langsung berbinar.

“Ya Tuhan, ini enak banget…”

“Oke, aku akui. Worth it naik jet pribadi.”

Mereka makan dengan lahap, bahkan sempat jadi tontonan warga sekitar.

Beberapa orang diam-diam mengambil foto, melihat konglomerat dan istrinya menikmati kupat tahu di warung sederhana sambil tertawa-tawa.

Setelah selesai makan, Bramantya mengajaknya menginap di hotel Solo Heritage

Bramantya menyiapkan kejutan kecil untuk istri tercinta.

Di balkon kamar mereka, ia menata meja makan dengan lilin kecil dan bunga melati khas Jawa.

“Makan malam romantis versi Solo.”

“Kamu nggak pernah kehabisan cara bikin aku bahagia, ya?”

“Aku cuma ingin tiap ngidam kamu, jadi alasan buat kita jatuh cinta lagi.”

Rianti menggenggam tangannya.

“Kalau begitu, besok aku mau ngidam selat Solo.”

“Baik. Aku catat di agenda bulan madu kuliner nasional.”

Mereka tertawa bersama, menikmati malam Solo yang hangat dengan suara gamelan dari kejauhan.

Rianti bersandar di bahu Bram, memejamkan mata.

“Bram…”

“Hm?”

“Terima kasih udah selalu nurutin semua keinginan gila aku.”

“Itu bukan gila, Sayang. Itu cinta dalam bentuk craving.”

Pagi itu, matahari Solo menyelinap lembut lewat tirai kamar hotel.

Rianti membuka matanya pelan wajahnya masih terlihat segar setelah malam yang penuh tawa bersama suaminya.

Ia menoleh ke samping, melihat Bramantya masih terlelap, dada pria itu naik turun dengan napas tenang.

“Tidur terus, ya, pangeranku…”

Ia tersenyum kecil, lalu perlahan turun dari tempat tidur.

Dengan langkah ringan, Rianti menuju lobby hotel untuk mencari minuman hangat niatnya sederhana, hanya ingin membuatkan teh jahe untuk suaminya.

Beberapa menit kemudian, ia kembali ke lantai kamar mereka.

Tapi langkah Rianti mendadak berhenti.

Di depan pintu kamar, ada seorang wanita berdiri.

Rambut panjang, pakaian mencolok, dan wajah yang sangat familiar.

"Linda?”Apa yang dia lakukan di sini?!”

Tepat sebelum bibir Linda mendekat, Bramantya membuka matanya.

Ia terkejut melihat Linda di hadapannya.

“Linda?! Apa yang kamu—”

Namun suara itu tak sempat menjelaskan apa-apa.

Rianti sudah berdiri di ambang pintu dengan mata berkaca-kaca.

“Jadi, ini alasan kamu ngajak aku ke hotel ini?"

“Rianti! Tunggu! Ini nggak seperti yang kamu pikir—”

Tapi Rianti sudah berbalik.

Teh yang dibawanya jatuh, pecah di lantai dengan suara nyaring.

Ia berlari menuruni koridor hotel, air matanya jatuh di pipi.

“RIANTI!!”

Bram langsung berlari mengejarnya, sementara Linda hanya terdiam panik.

Ia mengacak rambutnya frustasi, mengambil jaket dan ponsel.

Keluar ke depan hotel, Bram sempat melihat Rianti masuk ke taksi dan menutup pintunya cepat.

“Tolong ikuti taksi itu!”

Ia melompat ke dalam mobil sewaan yang terparkir di depan hotel, memberikan instruksi pada sopir dengan nada panik.

“Cepat! Kejar taksi putih itu! Istriku ada di dalam!”

Mobil melaju kencang menembus jalanan pagi Solo, sementara Bramantya menggenggam setir dengan wajah tegang pikirannya berputar antara rasa bersalah, bingung, dan takut kehilangan.

“Ri, jangan salah paham. Kumohon, tunggu aku.”

1
Nur Rsd
ceritanya bagus
my name is pho: terima kasih 🥰🥰
total 1 replies
kalea rizuky
tinggalin aja cwek uda jelek gendut bloon lagi
kalea rizuky
tolol kehilangan dua anak sekaligus males baca q oon kebangetan
my name is pho: kak, sabar.
🤭🙏
total 1 replies
kalea rizuky
rianty ttep aja bodoh
kalea rizuky
rianty ttep tolol
kalea rizuky
rianty Bram itu cinta mati ke lu jd lu sikap manis aja dia pasti bucin bodoh bgt ambil hati bram donk uda lupain itu rabuu bangsatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!