NovelToon NovelToon
Tangisan Di Malam Pertama

Tangisan Di Malam Pertama

Status: tamat
Genre:Beda Usia / Selingkuh / Cinta Terlarang / Tamat
Popularitas:15.9k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Naia Seora 25 tahun, pengantin baru yang percaya pada cinta, terbangun dari mimpi buruk ke dalam kenyataan yang jauh lebih mengerikan yaitu malam pertamanya bersama suami, Aryasatya, berakhir dengan pengkhianatan.


Naia dijual kepada pria bernama Atharva Aldric Dirgantara seharga dua miliar. Terseret ke dunia baru penuh keangkuhan, ancaman, dan kekerasan psikologis, Naia harus menghadapi kenyataan bahwa kebebasan, harga diri, dan masa depannya dipertaruhkan.


Dengan hati hancur namun tekad menyala, ia bersumpah tidak akan menyerah meski hidupnya berubah menjadi neraka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 33

Damar dan Bu Halimah hanya bisa saling pandang di luar ruangan. Keduanya berpikir mungkin Allah memang sudah mengutus seseorang di waktu yang paling tepat untuk menenangkan hati mereka yang sedang gelisah.

Sementara itu, di dalam kamar perawatan, suasana masih hangat oleh suara lembut tangisan bayi-bayi mungil.

“Naia, Pak Adiwira Mahesa ada di depan dan ingin menawarkan bantuan,” ucap Leni pelan setelah menarik napas panjang. “Beliau bilang, kalau diizinkan, beliau yang akan mengadzani keempat bayi kamu.”

Naia memejamkan matanya sejenak merenungi ucapannya Leni barusan. Wajahnya yang pucat tampak tenang, meski ada gurat kecemasan terlihat di sana.

“Nggak apa-apa kok, Len,” jawabnya lirih.

“Kalau Pak Adiwira mau membantu, aku nggak keberatan. Aku juga nggak mungkin menelepon papanya Tuan Muda Atharva untuk datang ke sini.” pungkas Naia sembari menghela nafasnya dengan perlahan.

Ia menoleh, menatap sahabatnya dengan mata berkaca-kaca.

“Kamu tahu sendiri, aku sedang bersembunyi dari Atharva. Aku takut dia tahu aku melahirkan dan memisahkan aku dari keempat anak ini. Mungkin yang lebih parah, dia bisa saja melenyapkan mereka.” ucapnya Naia yang mulai terlihat panik.

Suara Naia bergetar, penuh trauma dan ketakutan yang masih membekas dalam ingatannya. Leni langsung menggenggam tangan Naia, mencoba menenangkan.

“Tapi, Naia,” ucap Leni pelan, menatap sahabatnya dalam-dalam. “Kamu kan tahu kalau Pak Adiwira itu punya perasaan sama kamu. Aku cuma takut kamu akan terus bergantung padanya dan akhirnya merasa berutang budi. Aku nggak mau kamu terluka lagi. Kamu masih istri orang, Nai… meski aku tahu kamu sudah tersiksa menikah dengannya.”

Naia sontak terdiam. Suasana kamar mendadak hening, hanya terdengar detak jam dinding dan napas lembut bayi-bayi yang terlelap di boks mereka.

Leni menunduk, Naia pun memandang ke langit-langit putih rumah bersalin itu, memikirkan nasib dan masa depannya yang belum jelas.

Namun sebelum salah satu dari mereka sempat berbicara lagi, pintu kamar tiba-tiba terbuka perlahan. Suara langkah kaki terdengar pelan namun mantap memasuki ruangan.

Naia menoleh cepat. Seketika matanya membulat penuh haru.

“Bapak… Ibu…” cicitnya dengan suara bergetar. Ia mencoba bangkit dari posisi berbaring, tapi Leni buru-buru menahannya agar tidak memaksakan diri.

“Assalamualaikum, Nak Naia,” sapa seorang pria paruh baya dengan suara teduh. Lelaki itu berpeci putih, berwajah teduh dan berpostur tinggi tegap.

“Waalaikumsalam…” sahut Naia, suaranya parau karena tangis yang tertahan.

Sosok perempuan berhijab yang berdiri di samping pria itu segera menghampiri ranjang, lalu memeluk tubuh Naia erat-erat.

“Ya Allah, Nak Naia…” ucapnya dengan air mata yang terus mengalir. “Ibu rindu sekali. Tujuh bulan, Nak… Ibu nyari kamu, nggak pernah berhenti berdoa agar Allah jaga kamu di mana pun berada.”

Naia tak kuasa menahan tangisnya. Ia balas memeluk Haja Wahidah, menangis sejadi-jadinya di pelukan hangat yang sudah lama tak ia rasakan.

“Maaf, Bu… Naia nggak pernah balik lagi ke Jakarta selama tinggal di sini takutnya suamiku menemukanku,” katanya tersendat-sendat.

“Naia takut semuanya hancur karena keputusan yang Naia ambil dulu.” ucapnya lirih.

Pak Haji Abidin yang berdiri di dekat ranjang menatap keduanya dengan mata berkaca-kaca saking bahagianya bisa bertemu dengan anak angkatnya.

“Sudah, Nak. Semua itu sudah berlalu. Sekarang yang penting kamu dan anak-anakmu selamat itu hal yang terpenting,” sahutnya haji Abidin.

Ia menatap ke arah empat bayi di boks, lalu mengucap syukur pelan.

“Subhanallah… cantik dan tampan-tampan sekali anak-anakmu mirip bayi bule yah. Allah benar-benar titipkan amanah besar padamu, Nak Naia.” pujinya Haji Abidin.

Naia tersenyum lirih, masih sesekali menghapus air matanya. “Terima kasih, Pak… terima kasih karena sudah datang.”

Haji Abidin mengangguk lembut. “Kami ini orang tuamu juga, Nak. Setelah kamu pergi dari rumah Tuan Muda Atharva waktu itu, bukankah kamu sudah kami angkat jadi anak kami? Tidak perlu takut lagi, Nak. Mulai sekarang, kamu nggak sendirian.”

Leni yang menyaksikan dari sisi ranjang ikut tersenyum haru. Ia sadar, kedatangan Haji Abidin dan Haja Wahidah bukan kebetulan seolah benar kata Damar dan Bu Halimah tadi yaitu Allah memang selalu mengutus orang baik di waktu yang paling tepat.

Leni yang sedari tadi berdiri di sisi ranjang tampak gelisah ketika melihat Pak Adiwira masih menunggu di depan pintu bersama Damar dan Bu Halimah.

Dia melirik sekilas ke arah Naia yang kini tengah berbincang haru dengan Haji Abidin dan Haja Wahidah.

Tak ingin kesempatan itu terlewat, Leni segera melangkah ke arah pasangan tua tersebut, lalu berkata cepat dengan nada sopan namun tegas.

“Alhamdulillah, Pak Haji... Ibu... mungkin sekalian Bapak bisa mengadzani bayi-bayi ini sekarang? Kasihan, sudah cukup lama mereka lahir, takutnya nanti malah buang air sebelum sempat di adzani.” ujarnya Leni yang bernada permintaan itu.

Nada bicaranya terdengar terburu-buru, membuat Haji Abidin menoleh dengan sedikit heran.

Leni tersenyum canggung, berusaha menutupi maksudnya yang sebenarnya kalau ia ingin mencegah Pak Adiwira mendapat kesempatan lebih dekat dengan Naia.

Pak Haji Abidin tersenyum bijak. “Insya Allah, Nak Leni. Memang lebih baik segera diadzani, agar mereka mendapat perlindungan dari Allah SWT sejak awal.”

“Betul sekali, Pak,” sahut Bu Halimah yang berdiri di sampingnya. “Saya bantu siapkan air dan kain kecil, biar bayinya nyaman waktu diangkat.”

Damar pun mengangguk cepat, ikut memahami arah pembicaraan Leni. Ia bergegas menyiapkan satu per satu boks bayi dan memposisikannya di dekat ranjang Naia.

Naia menatap ke arah mereka dengan mata berbinar penuh haru. “Terima kasih, Pak Haji… terima kasih semuanya,” ucapnya pelan.

“Saya ingin Damar yang iqamahkan anak perempuanku, Aydena. Bapak yang adzani tiga anak laki-laki saya, ya?”

Pak Haji Abidin tersenyum, mengangguk dengan penuh kehangatan. “Masya Allah… tentu saja, Nak Naia. Semoga mereka kelak jadi anak-anak yang saleh dan salehah.”

Leni menarik napas lega diam-diam, merasa rencananya berhasil. Ia menatap ke arah pintu, memastikan Pak Adiwira sudah melangkah pergi dengan sopan tanpa menimbulkan kecurigaan.

“Alhamdulillah akhirnya Pak Adiwira sudah pergi. Maafkan saya, andaikan Naia sudah jadi janda mungkin saya akan mendukung kalian berdua. Tapi, masalahnya dalam hatiku berharap Naia bersatu dengan Tuan Muda Atharva karena feeling saya kayaknya Tuan Muda Atharva sudah bertaubat,” batinnya Leni.

Suasana kamar pun berubah khidmat. Pak Haji Abidin mengambil satu per satu bayi dengan hati-hati, membisikkan azan ke telinga mungil mereka, suaranya lembut namun penuh makna.

Air mata Naia kembali menetes, tapi kali ini bukan karena takut, melainkan karena rasa syukur yang mendalam.

Satu per satu suara adzan yang dikumandangkan Pak Haji Abidin menggema lembut di kamar perawatan itu.

Getarannya menyelinap hingga ke relung hati, seakan menenangkan jiwa siapapun yang mendengarnya. Setiap lafadz yang keluar terasa begitu tulus dan penuh doa.

Naia memejamkan matanya, air matanya kembali menetes tanpa bisa ditahan. Namun kali ini, bukan hanya karena haru. Ada sesuatu yang lain perasaan aneh yang muncul begitu saja di dadanya.

“Seandainya yang mengadzani mereka adalah Tuan Muda Atharva…”

Pikiran itu melintas begitu saja, membuat dadanya terasa sesak. Ia bahkan tidak tahu mengapa hatinya tiba-tiba menginginkan hal itu.

Padahal selama ini, bayangan tentang Atharva selalu membawa ketakutan dan luka. Namun, di tengah suara adzan yang bergema, Naia tiba-tiba teringat sosoknya caranya menatap, suaranya yang tegas, bahkan sisi lembut yang dulu sempat membuatnya percaya bahwa ia dicintai.

“Kenapa hati ini malah menginginkan dia…” batinnya lirih.

“Padahal aku sudah berusaha melupakan semuanya sudah berusaha menjauh…”

Naia menggigit bibirnya pelan, berusaha menahan gejolak perasaannya agar tak tampak oleh Leni dan keluarga angkatnya.

Ia hanya menatap bayi-bayinya yang terbaring tenang di boks masing-masing, seakan mencari jawaban di antara wajah polos mereka.

“Apakah memang takdir bisa sekejam ini?” gumamnya dalam hati. “Aku ingin mereka tumbuh tanpa ada rasa takut, tapi mengapa justru aku merindukan ayah yang mungkin takkan pernah mereka kenal…” gumamnya.

Helaan nafas panjang meluncur dari bibirnya. Ia menatap langit-langit kamar yang putih bersih, seolah ingin menenangkan dirinya sendiri.

Namun suara adzan terakhir yang dikumandangkan Pak Haji Abidin justru membuat air matanya kembali jatuh, karena di balik keikhlasan itu, terselip rindu yang tak semestinya.

1
sunshine wings
Yaaa.. 💪💪💪💪💪
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak 🙏🏻🥰😚
total 1 replies
sunshine wings
❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
🥹🥹🥹🥹🥹
sunshine wings
Kan Lampard.. 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
Yes benar sekali.. Syabas anak buahnya Atharva.. 👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻
sunshine wings
Akan terbongkar juga akhirnya..
Ketahuan kan.. ❤️❤️❤️❤️❤️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: coming soon terbongkarnya kakak 🤭😂
total 1 replies
sunshine wings
Nah.. Nah kaaannn.. Rahsia gak sepenuhnya rahsia..😍😍😍😍😍
sunshine wings
Ya Atharva, instinct mu memang betul.. ❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
Ikatan darah itu kan kuat.. ❤️❤️❤️❤️❤️
Uba Muhammad Al-varo
apa pun keadaannya semoga zayden baik' saja.
Uba Muhammad Al-varo
kok bisa zayden kecelakaan,ada apa ini atau 3 saudaranya zayden pada kemana 🤔🤔🤔
sunshine wings
Betul rasanya ya kok aku yg pusing sih author.. ✌️✌️✌️✌️✌️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
sunshine wings
Oalaaa.. Kembarannya daddy Atharva rupanya ya.. 🥰🥰🥰🥰🥰
sunshine wings
Apa kenbarannya mommy Naia ato daddy Atharva??? 🤔🤔🤔🤔🤔
sunshine wings
Uncle ini.. Siapa ya?🤔🤔🤔🤔🤔
Uba Muhammad Al-varo
awal yang baik pertemuan kembar sama Artharva,ayo tuan cepat selidiki dan hasil akhirnya kau akan mendapatkan kebahagiaan tuan
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: Amin ya rabbal alamin 🤲🏻🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
Tuan Muda Atharva kok mau dilawan.. Lo yg hancur Claudia.. 😏😏😏😏😏
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: betul-betul kakak 🤣
total 1 replies
sunshine wings
Ya Allah perkenankanlah doa²nya Tuan Muda Arthava.. 🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼❤️
sunshine wings
Sabar ya Naia.. ❤️❤️❤️❤️❤️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semoga sabar berbuah manis
total 1 replies
sunshine wings
Alhamdulillah ya Allah..🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼🤲🏼❤️❤️❤️❤️❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!