NovelToon NovelToon
Dendam Dan Cinta Tuan Mafia

Dendam Dan Cinta Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Janda / Romansa / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Annavita

Aira tak menyangka jika pernikahan harmonis yang ia bina kini hancur lebur, karna orang ketiga.

Dunianya hancur, hingga sebuah kecelakaan menimpanya dan membuat ia koma. setelah sadar, ia dihadapkan dengan seorang pria yang tiba-tiba saja menjadikannya seorang budak. hingga dimana Aira dijadikan bak seorang tawanan oleh pria misterius itu.

sementara disisi lain, Rayyan berusaha menjalani dendam yang diamanatkan padanya dari sang ayah. dendam yang begitu membuatnya berapai-api pada Aira.

akankah Rayyan berhasil menuntaskan dendamnya? atau malah rasa cinta timbul dihatinya untuk Aira?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Annavita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

33

Rayyan keluar dari gedung kantornya, melangkah menuju tempat yang agak terpencil di bawah rindangnya pepohonan. Di sana, Kenny, salah satu anak buahnya yang bertugas memantau aktivitas di sekitar rumah Hatta, sudah menunggunya.

"Ada apa?" tanya Rayyan dengan nada datar, langsung ke inti permasalahan.

Kenny mendekat, berbicara dengan suara rendah agar tidak menarik perhatian orang lain.

"Bos, aktivitas di rumah Hatta cukup intens. Banyak mobil keluar masuk, dan beberapa orang yang tidak dikenal terlihat membawa koper besar."

Rayyan mengerutkan kening. "Koper besar? Apa isinya?"

"Tidak tahu, Bos. Tapi sepertinya bukan barang biasa," jawab Kenny.

"Terus pantau mereka," perintah Rayyan. "Jangan sampai ada yang lolos dari pengawasanmu."

"Siap, Bos," jawab Kenny.

Saat Rayyan dan Kenny sedang berbincang, Dimas, yang hendak menjemput Rania di kantor, secara tidak sengaja melihat Rayyan. Instingnya langsung bergejolak. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Rayyan.

Dengan tekad yang membara untuk menemukan Aira, Dimas memundurkan mobilnya agar tidak terlihat, lalu menunggu Rayyan masuk ke mobilnya. Begitu Rayyan melaju, Dimas segera mengikutinya dari belakang.

"Bos, sepertinya ada yang mengikutimu," ucap Kenny tiba-tiba melalui earphone yang terhubung ke telinga Rayyan, dan dia saat ini tepat berada didepan mobil Dimas

Rayyan melirik kaca spion. Ia menyeringai sinis. Ia sudah menduga bahwa cepat atau lambat Dimas akan mengikutinya.

"Aku akan membereskannya," ucap Kenny lagi, menawarkan diri untuk menyingkirkan Dimas.

"Tidak perlu," balas Rayyan. "Biar aku saja yang menanganinya."

Rayyan mengarahkan mobilnya menuju jalan yang sepi dan terpencil. Ia menghentikan mobilnya di tengah jalan. Dimas, yang mengikuti dari belakang, menelan ludah. Ia merasa terjebak. Ia tahu Rayyan sudah menyadari kehadirannya.

Rayyan keluar dari mobilnya dengan tenang, lalu berjalan menghampiri mobil Dimas. Dimas, dengan jantung berdebar, turun dari mobilnya.

"Kau masih mencarinya?" ucap Rayyan datar, membuka percakapan.

Dimas memilih diam. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Dimas harus menemukan Aira, karna hanya Aira yang bisa mengambil uang di tabungannya itu.

"Kau benar, Aira ada bersamaku," ucap Rayyan lagi, menyeringai sinis. "Heh, aku menyukai istrimu itu... Ups, aku lupa, kalian sekarang bukan suami istri." ejeknya

Kata-kata Rayyan bagai cambuk yang menyengat hati Dimas. Ia mengepalkan tangannya, menahan amarah yang membuncah.

"Kurang ajar!" desis Dimas dengan suara bergetar. "Benar dugaanku, siapa kau sebenarnya?!"

Rayyan tertawa sinis. "Siapa aku? Aku adalah orang yang akan menghancurkan hidupmu," jawab Rayyan dengan nada dingin. "Dan Aira adalah bagian dari rencanaku."

Rayyan menahan amarahnya yang mendidih, tatapannya menghunus tajam ke arah Dimas. Dengan gerakan cepat, ia menepis tinju Dimas yang melayang, lalu membalas dengan cekalan kuat di pergelangan tangan Dimas. Ia memutar lengan Dimas dengan paksa, membuatnya meringis kesakitan.

"Kau tidak pantas menyentuhnya," desis Rayyan dengan suara rendah dan penuh amarah. "Kau tidak pantas untuk Aira."

Rayyan mendorong Dimas hingga terhuyung ke depan, lalu dengan sigap menariknya kembali dan membenturkan kepalanya ke kap mobil dengan keras. Dimas mengerang kesakitan, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Rayyan.

"Kau pikir kau bisa lari dari masa lalu?" bisik Rayyan, semakin mempererat cengkeramannya. "Kau pikir aku akan membiarkanmu hidup tenang setelah apa yang kau lakukan?"

Dimas berusaha memberontak, namun tenaga Rayyan jauh lebih kuat. Ia merasa tulang-tulangnya akan remuk. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan suara tercekat, wajahnya semakin tertekan ke kap mobil.

Rayyan menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan emosinya yang bergejolak. Ia mencondongkan tubuhnya ke arah Dimas, berbisik dengan nada yang penuh dendam.

"Dua tahun lalu," ucap Rayyan, suaranya bergetar menahan amarah. "Kau mengemudi dalam keadaan mabuk, menabrak seorang wanita di jalanan sepi. Kau meninggalkannya tergeletak di sana, sekarat, tanpa sedikit pun rasa bersalah. Kau tahu siapa wanita itu?"

Dimas terdiam, pikirannya berputar mencoba mengingat kejadian itu. Ia memang pernah menabrak seseorang, tapi ia tidak pernah tahu siapa korbannya. Ia hanya ingin melarikan diri dari tanggung jawab.

"Dia adikku," bisik Rayyan, suaranya hampir tidak terdengar. "Adikku satu-satunya. Kau merenggut nyawanya. Dan kau pikir aku akan membiarkanmu hidup bahagia dengan Aira?"

Rayyan melepaskan cengkeramannya, mendorong Dimas hingga tersungkur ke tanah. Ia menatap Dimas dengan tatapan penuh kebencian dan jijik.

"Aku sudah menunggu saat ini," ucap Rayyan, suaranya bergetar karena amarah. "Aku sudah menunggu saat untuk membalas dendam atas kematiannya"

Rayyan berjongkok, mencengkeram kerah baju Dimas, lalu menyeretnya dengan kasar menuju mobilnya. Dimas meronta dan berteriak, namun suaranya tenggelam dalam kebisingan jalanan.

"Kau akan membayar atas semua yang kau lakukan," desis Rayyan di telinga Dimas. "Kau akan merasakan sakit yang sama seperti yang dirasakan adikku."

Rayyan mendorong Dimas masuk ke dalam mobilnya, lalu mengikat tangan dan kakinya dengan tali yang sudah ia siapkan. Ia menutup mulut Dimas dengan lakban agar tidak bisa berteriak.

"Kenny," panggil Rayyan melalui earphone. "Amankan mobil Dimas dan bawa ke tempat biasa. Pastikan tidak ada yang melihat."

Kenny, yang sejak tadi mengawasi dari kejauhan, segera menjalankan perintah Rayyan. Ia masuk ke mobil Dimas dan membawanya pergi, meninggalkan Rayyan dan Dimas di jalan yang sepi itu.

Rayyan menyeringai sinis menatap Dimas yang ketakutan dan tak berdaya. Ia menyalakan mesin mobilnya, lalu melaju dengan kecepatan tinggi, membawa Dimas menuju tempat yang telah ia siapkan untuk membalas dendam.

"Perjalananmu baru saja dimulai, Dimas," ucap Rayyan dengan nada mengancam. "Dan ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang dan menyakitkan. Kau akan menyesal telah dilahirkan."

*

Dimas diseret menuju sebuah gudang tua yang terletak di bagian belakang properti Rayyan. Gudang itu tampak terpencil dan tidak terawat, jauh dari pandangan mata. Di dalamnya, debu dan kegelapan berpadu, menciptakan suasana yang mencekam. Kedua anak buah Rayyan mendorong Dimas masuk, lalu menutup pintu gudang dengan kasar.

Rayyan, dengan langkah tenang, masuk ke dalam gudang. Ia mengamati sekeliling, memastikan semuanya sesuai dengan rencananya. "Bawa dia," perintah Rayyan singkat.

Kedua anak buahnya menarik Dimas menuju sebuah dinding yang tampak biasa saja. Namun, Rayyan tahu bahwa di balik dinding itu terdapat sebuah ruangan rahasia. Ia menekan sebuah tombol tersembunyi, dan seketika dinding itu bergeser, memperlihatkan sebuah tangga yang menuju ke bawah tanah.

"Turun," perintah Rayyan lagi.

Dimas, dengan tubuh penuh luka dan memar, menolak untuk bergerak. Ia tahu bahwa di bawah sana, menantinya adalah siksaan yang lebih mengerikan. Namun, kedua anak buah Rayyan tidak memberinya pilihan. Mereka menyeretnya menuruni tangga, menuju kegelapan yang pekat.

Ruangan bawah tanah itu tampak seperti penjara. Dinding-dindingnya terbuat dari beton kasar, tanpa hiasan apa pun. Udara di dalam ruangan itu terasa pengap dan lembap, dengan bau yang tidak sedap menusuk hidung. Hanya ada satu lampu yang tergantung di langit-langit, memberikan penerangan yang minim dan menciptakan bayangan-bayangan yang menakutkan.

Rayyan duduk di sebuah kursi tua yang terletak di tengah ruangan. Ia menatap Dimas dengan tatapan dingin dan tanpa ampun. "Duduk," perintah Rayyan.

Kedua anak buahnya mendorong Dimas hingga tersungkur ke lantai di hadapan Rayyan. Dimas meringis kesakitan, mencoba bangkit namun kedua tangannya terikat erat di belakang punggungnya.

"Kau bekerja di pemerintahan," ucap Dimas dengan nada marah dan putus asa. "Kau seharusnya menegakkan hukum, bukan malah melanggarnya. Kau menculikku dan Aira! Kau pikir kau bisa lolos dari semua ini? Ayah Aira adalah kepala polisi, kau akan tamat di tangannya!"

Rayyan tertawa sinis mendengar ancaman Dimas. Ia berdiri dari kursinya dan melangkah mendekati Dimas.

"Pandu?" ucap Rayyan dengan nada mengejek. "Dia hanya seorang polisi korup yang melindungi orang-orang kaya dan berkuasa. Dia tidak akan bisa melindungimu dari kemarahanku."

Rayyan berjongkok di hadapan Dimas, menatapnya dengan tatapan yang menusuk. "Kau tahu, Dimas," ucap Rayyan lagi, "aku sudah lama menunggu saat ini. Aku sudah lama ingin membalas dendam atas apa yang kau lakukan."

Bugh!

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah Dimas, membuatnya terhuyung dan sudut mulutnya mengeluarkan darah.

"Ini untuk Aira," ucap Rayyan dengan nada dingin. "Karena kau telah menyakitinya, mengkhianatinya, dan membuatnya menderita."

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Rayyan membabi buta menghajar Dimas, melampiaskan semua amarah dan dendam yang selama ini ia pendam. Pukulan demi pukulan mendarat di wajah, perut, dan tubuh Dimas, membuatnya semakin tak berdaya.

"Ampun... ampuni aku..." rintih Dimas dengan suara lemah, memohon ampunan.

Melihat Dimas yang sudah tak berdaya, Rayyan akhirnya menghentikan pukulannya. Ia mengatur napasnya yang memburu, menatap Dimas dengan tatapan dingin dan tanpa ampun.

"Aku akan berhenti," ucap Rayyan dengan nada datar. "Jika kau melakukan apa yang aku perintahkan."

Dimas menatap Rayyan dengan tatapan bingung dan ketakutan. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Aku ingin kau menyerahkan diri ke polisi," jawab Rayyan. "Aku ingin kau mengakui semua kejahatan yang telah kau lakukan. Aku ingin kau mempertanggungjawabkan perbuatanmu."

"Polisi?" lirih Dimas, dia belum siap dipenjara, bagaimana dengan Rania yang sedang hamil anaknya

Rayyan tersenyum sinis. "kenapa? Kau memilih mat1?" ucap Rayyan membuat Dimas seketika menggelengkan kepalanya.

Rayyan berdiri dan melangkah menjauhi Dimas. "Pikirkan baik-baik," ucap Rayyan. "Kau punya waktu sampai besok pagi untuk memutuskan. Jika kau menolak, aku akan membuat hidupmu menjadi neraka yang tak berujung." ucap Rayyan, dengan langkah meninggalkan ruangan itu.

Bersambung...

Komennya ya, komen🥰

1
Rita Anugrahima
seruuu thor, di tunggu update y😊
Annvita: maaciw.../Kiss/
komen terus disetiap bab ya ya/Smirk/
total 1 replies
Annvita
Ala Moh../Doge/
Annvita
komen dong woey.../Whimper/
Annvita
kalian serius diemin aku kayak gini? /Left Bah!/
Annvita
komennya ges... komen/Chuckle/
Annvita
eit eit eit.... komennya jangan lupa ditinggal disini ya .../Hey//Hey/
Annvita
Novel yang buagus banget... hati-hati loh Rayyan dari benci bisa loh jadi cinta UPS....

guys baca juga ini seru buanget loh... apalagi mantan suami Aira, nanti sadar dan ngejer ngejer lagi tu mantan bini... hoho
Annvita
jangan lupa tinggalkan komentar kamu gesss . /Determined//Determined//Determined/
Bé tít
Tertinggal sama ceritanya, cepat update author!
Annvita: jangan lupa komen disetiap bab nya ya.../Smile/
total 1 replies
Amanda
Buat mood pembaca semakin bagus!
Annvita: maacih /Kiss/
total 1 replies
Cleopatra
Seru banget, aku nggak sabar nunggu chapter berikutnya!
Annvita: jangan sampe kelewat ya.../Bye-Bye/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!